NovelToon NovelToon
Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Gangster
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Caca adalah seorang gadis pemalu dan penakut. Sehari-hari, ia hidup dalam ketakutan yang tak beralasan, seakan-akan bayang-bayang gelap selalu mengintai di sudut-sudut pikirannya. Di balik sikapnya yang lemah lembut dan tersenyum sopan, Caca menyembunyikan rahasia kelam yang bahkan tak berani ia akui pada dirinya sendiri. Ia sering kali merangkai skenario pembunuhan di dalam otaknya, seperti sebuah film horor yang diputar terus-menerus. Namun, tak ada yang menyangka bahwa skenario-skenario ini tidak hanya sekadar bayangan menakutkan di dalam pikirannya.

Marica adalah sisi gelap Caca. Ia bukan hanya sekadar alter ego, tetapi sebuah entitas yang terbangun dari kegelapan terdalam jiwa Caca. Marica muncul begitu saja, mengambil alih tubuh Caca tanpa peringatan, seakan-akan jiwa asli Caca hanya boneka tak berdaya yang ditarik ke pinggir panggung. Saat Marica muncul, kepribadian Caca yang pemalu dan penakut lenyap, digantikan oleh seseorang yang sama sekali berbeda: seorang pembunuh tanpa p

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

part 13

Di ruang ujian yang disiapkan untuk tes beasiswa, suasana hening menyelimuti setiap sudutnya. Ruangan dibagi menjadi tiga sesuai dengan angkatan masing-masing, dan Marica berada dalam satu ruangan dengan Devano. Jarak antar pelajar diatur sedemikian rupa, menciptakan ruang yang cukup untuk setiap individu.

Pengawas berdiri tegap di depan ruangan, wajahnya serius ketika ia menyampaikan aturan yang tidak boleh dilanggar kepada para peserta.

"Jika ada kecurangan, maka akan langsung di diskualifikasi. Akan mendapatkan denda pinalti dan bisa di keluarkan dari sekolah," ucap pengawas dengan suara tegas yang menggema di ruangan.

Ketika jam waktu tes dimulai, suasana ruangan berubah menjadi penuh dengan aktivitas. Suara kertas yang terbuka dengan serentak mengisi ruang, mengingatkan bahwa saatnya untuk membuktikan kemampuan mereka.

Marica menatap soal-soal di depannya dengan penuh konsentrasi, menjawab satu per satu dengan hati-hati. Dia merasakan detak jantungnya semakin cepat seiring dengan meningkatnya ketegangan. Sementara itu, Devano juga tenggelam dalam soal-soalnya, mata yang cermat memindai setiap baris dengan teliti.

Para pengawas mengawasi setiap gerakan siswa dengan teliti, memastikan tidak ada tindakan curang yang terjadi. Mereka bergerak di antara meja-meja dengan langkah hati-hati, mata mereka menelusuri setiap sudut ruangan untuk memastikan integritas tes tetap terjaga.

Sementara itu, di ruang kontrol, seorang petugas duduk di depan layar monitor dengan penuh konsentrasi. Melalui kamera CCTV, ia memantau setiap sudut ruangan ujian, mencari tanda-tanda kecurangan yang mungkin terjadi. Tidak ada celah bagi pelanggar aturan, karena setiap gerakan terekam dengan jelas oleh kamera pengawas.

\~\~\~

Helikopter mendarat dengan mantap di landasan bandara yang luas. Suara mesin yang berhenti terdengar seperti nafas lega setelah menempuh perjalanan yang panjang.

Pintu helikopter terbuka perlahan, dan seorang pria keluar dengan langkah mantap. Tubuhnya tegap, dan aura kekuasaan terpancar dari setiap gerakannya.

Di belakangnya, beberapa orang berpakaian hitam dengan wajah serius dan penuh kewaspadaan mengikuti langkah sang pemimpin. Mereka adalah tim keamanan yang bertugas melindungi sang pemimpin dari segala ancaman yang mungkin terjadi. Dengan senjata tersemat rapi di tubuh mereka, mereka siap bertindak sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan dan keamanan.

Setelah memeriksa sekitar dengan cepat, sang pemimpin memberikan isyarat kepada pengawalnya untuk memastikan area tersebut aman. Dengan ekspresi serius, mereka menjaga jarak yang tepat dan memperhatikan setiap gerak-gerik di sekitar mereka.

"Nanti malam bawa di kehadapanku," ucapnya dengan suara yang tegas, sambil memperbaiki posisi kacamatanya yang elegan. Kata-katanya tidak memerlukan diskusi lebih lanjut; perintahnya jelas dan harus dijalankan dengan cermat.

"Baik, Bos," sahut salah satu dari orang-orang yang berpakaian hitam tersebut, memberikan penghormatan singkat sambil menundukkan kepala.

Dia adalah sosok yang tampaknya memiliki posisi khusus di antara mereka, dengan kedekatan yang lebih dekat dengan sang pemimpin.

Sebuah mobil hitam mewah meluncur dengan mulus menuju lokasi pendaratan helikopter. Kendaraan tersebut terlihat kokoh dan elegan, mencerminkan kekuasaan dan otoritas yang dimiliki oleh sosok yang naik ke dalamnya. Dengan langkah mantap, sang pemimpin naik ke dalam mobil, disambut oleh interior yang mewah dan nyaman.

Mobil itu melaju meninggalkan landasan bandara, melintasi jalan-jalan yang ramai dengan lalu lintas.

\~\~\~

Di dalam lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk mendorong dan memberikan kesempatan yang adil bagi setiap siswa, ada sistem yang merugikan dan membatasi peluang untuk para pelajar yang tidak berada dalam kelas A atau B.

Sistem ini, yang memberikan kesempatan hanya kepada kelas-kelas tertentu untuk mengikuti tes beasiswa, menciptakan ketidakadilan yang tidak terelakkan di antara siswa-siswa sekolah tersebut.

Para pelajar yang tidak berada di kelas A atau B merasa terpinggirkan dan diabaikan oleh sistem tersebut. Mereka merasa bahwa kemampuan mereka diabaikan dan dianggap tidak layak untuk diberikan kesempatan yang sama dalam mengikuti tes beasiswa, meskipun mereka memiliki potensi dan dedikasi yang sama dengan siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi.

Ketidakadilan ini memperkuat kesenjangan sosial dan akademik di dalam sekolah. Siswa-siswa yang berasal dari kelas-kelas yang lebih rendah tidak hanya harus berjuang melawan persaingan akademik yang ketat, tetapi juga harus berhadapan dengan hambatan-hambatan sistematis yang menghalangi mereka untuk mencapai kesuksesan yang sama dengan teman-teman sekelas mereka.

\~\~\~

Di sebuah sudut kantin yang sunyi, para pelajar yang tidak mengikuti tes beasiswa hari itu tetap menjalankan rutinitas belajar mereka seperti biasanya. Mereka duduk bersama di meja makan, memperhatikan buku-buku dan catatan mereka sambil berbincang-bincang ringan.

"Tenang aja, crush mu pasti bakalan dapet nilai yang memuaskan," ucap Ririn dengan senyuman yang penuh keyakinan, mencoba menghibur teman-temannya.

"Iya, pasti dia akan mendapatkan beasiswa lagi," tambah Zerea sambil meneguk minumannya, mengiyakan ucapan Ririn.

Ketiganya melirik ke arah gedung sekolah sebelah, di mana tes beasiswa sedang berlangsung. Namun, Yura terlihat ragu. Dia menatap lurus ke gedung itu dengan ekspresi khawatir yang terpancar dari matanya.

"Gue ragu," ucapnya dengan nada rendah.

"Kenapa gitu? Si Devano tuh siswa paling pintar di angkatan kita," tanya Zerea, heran dengan keraguan Yura.

"Karena Caca ikut serta dalam tes," jawab Yura dengan suara yang ragu.

Meskipun tidak banyak yang diketahui tentang Marica, kehadirannya terlihat lebih meyakinkan dibandingkan dengan Devano.

Ririn dan Zerea saling pandang, mereka sadar bahwa kehadiran Marica dalam tes beasiswa tersebut memang menimbulkan keraguan di antara para pelajar.

Meskipun Devano memiliki reputasi yang sangat baik, kehadiran Marica sebagai pesaingnya menjadi sebuah ancaman yang mengganggu.

\~\~\~

Kelvin dan Emil duduk bersama di bangku sambil memperhatikan gedung tempat tes berlangsung. Kelvin, dengan ekspresi sinis, menyuarakan keraguan yang terpendam.

"Percuma mereka kerja keras menjawab soal-soal," ujarnya sambil bersandar dengan santai.

Sementara itu, Emil tengah menikmati camilannya dengan tenang. "Tapi tes itu tidak akan bisa dicurangi. Bahkan jika mereka mendapat soal bocoran, itu akan merugikan mereka," katanya dengan suara yang tenang.

Kelvin menggelengkan kepala dengan nada skeptis. "Tes memang adil, tapi hak yang seharusnya mereka peroleh sebagian diambil oleh pihak sekolah," tambahnya dengan sinis.

Emil menatap nanar ke arah para pelajar yang tengah sibuk dengan ujian mereka. "Sistem ini sulit dihilangkan," ucapnya dengan suara rendah, menyadari bahwa masalah ini adalah sesuatu yang lebih kompleks dari yang mereka bayangkan.

Di tengah suasana yang sunyi, Kelvin dan Emil terus mempertimbangkan dampak dari tindakan pihak sekolah terhadap hak-hak para pelajar. Meskipun tes dianggap adil, namun sistem yang mencuri hak-hak mereka akan sulit diubah.

"Mil, lo tahu kan apa yang harus lo lakuin?" tanya Kelvin sambil tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rahasia di balik senyumnya.

"Lah, tumben? Biasanya juga lo biarin aja," kata Emil dengan heran, mencoba memahami perubahan sikap Kelvin.

Namun, ketika melihat ekspresi kesal di wajah Kelvin, Emil mulai curiga. "Enggak mungkin kan karena si Caca ikut serta juga, terus lo enggak mau dia rugi gitu?" tebak Emil, mencoba mencari tahu penyebab perubahan sikap Kelvin.

Keterdiaman Kelvin semakin memperkuat kecurigaan Emil.

"Wahhhh," kesalnya, merasa frustasi dengan ketidakjelasan yang dialami oleh sahabatnya tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!