3 tahun lamanya, Felicia bekerja sebagai sekretaris dari pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Selama lebih dari 2½ tahun juga dirinya menyimpan perasaan untuk direkturnya.
Felicia tidak memiliki niat untuk menyatakan perasaannya sama sekali, dia hanya berniat menyimpan perasaan itu untuk dirinya sendiri sambil terus mengagumi sang atasan. Sampai kartu undangan yang diberikan sang direktur membuatnya memilih menghapus perasaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kaka santika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Hari-hari berlalu begitu saja tanpa terasa.
Felix dan Felicia sudah membuat kontrak baru sesuai keinginan Felicia.
Felix sendiri berniat melamar Felicia dalam beberapa hari setelah Felicia menandatangani kontrak yang baru itu. dirinya pun sudah memberitahu keluarganya sendiri untuk membantunya menyiapkan beberapa hal.
Dan hari itu pun akan segera tiba tanpa terasa, besok dirinya akan melamar Felicia. Dan, saat ini dirinya sedang di mobil yang dikendarai supirnya.
Kedua orang tuanya sendiri menaiki mobil yang berbeda dari Felix. Karena mereka berangkat secara terpisah, diwaktu yang berbeda dan dari tempat yang berbeda juga. Jadi mereka memutuskan untuk pergi sehari sebelum melamar Felicia.
Perjalanan itu berjalan dengan lancar tanpa halangan saat ini Felix baru sampai di salah satu cabang hotel yang merupakan aset dari papanya.
Dia segera menuju Penthouse milik papanya. Dan ternyata kedua orang tuanya sudah sampai ke hotel tersebut lebih dulu.
"Kenapa lama sekali sampainya?" Tanya mama Felix sambil berjalan ke arah anaknya.
"Macet banget, ma." Ucap Felix sambil memeluk mamanya.
Mama Felix langsung mengelus rambut lebat anaknya yang terlihat kelelahan sekali itu.
"Kamu istirahat dulu ya, besok kita bakalan sibuk sekali. Nanti jangan lupa untuk turun juga, kita akan makan bersama." Ucap mama Felix.
Felix menganggukkan kepalanya paham. Setelah itu dia menaiki tangga menuju kamarnya yang biasa dia gunakan saat menginap di hotel ini saat masih jaman saat dia masih muda dulu.
Setelah sampai ke kamarnya Felix langsung membaringkan tubuhnya lalu mencoba menghubungi sekretarisnya untuk bertanya apa dia sudah memberitahu kedua orang tuanya tentang kedatangannya besok.
Tapi setelah beberapa kali dirinya mencoba menghubungi sekretarisnya, tapi tidak mendapat jawaban sama sekali.
Membuatnya menghempaskan handphone nya ke atas kasur dengan kesal.
Tapi, saat handphone nya berdering dengan cepat Felix segera mengambil handphone nya kembali.
Dapat dilihatnya nama orang yang menghubunginya di handphone itu tertulis 'My Secretary' membuat Felix segera mengangkatnya.
"Kenapa kamu tidak langsung menjawab telfon dari ku?" Tanya Felix sesaat setelah dirinya mengangkat panggilan telfon tersebut.
"Saya baru saja membantu ibu saya pak. Ada apa bapak menelfon?" Tanya Felicia.
Felix terdiam mendengar pertanyaan Felicia, dirinya malah hampir melupakan niat awalnya menelfon sang sekretaris.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin memastikan apakah kamu sudah memberitahu orang tuamu akan kedatangan ku dan kedua orang tua ku?" Tanya Felix setelah terdiam beberapa saat tadi.
"Sudah pak, ngomong-ngomong saya rasa bapak dan saya sebaiknya berbicara seperti biasanya saja bukan pak?" Tanya Felicia.
"Memangnya kenapa? Apa itu terdengar aneh?" Tanya Felix.
"Iya pak." Ucap Felicia.
"Felicia, kamu tahu sekali selama ini aku menyukaimu menjadi sekretarisku karena kejujuranmu kan?" Tanya Felix.
"Iya, pak. Saya tahu." Jawab Felicia.
"Lain kali, berhati-hatilah dengan mulutmu yang kadang minta dipukul itu." Ucap Felix dengan suara yang terdengar menahan kesal.
"Baik, pak. Lain kali saya tidak akan terlalu jujur mengatakan sesuatu." Ucap Felicia.
"Tidak, maksudku kamu boleh jujur. Tapi perhatikan apakah perkataanmu apakah akan baik-baik saja jika orang lain mendengarmu." Ucap Felix, jangan ditanya kenapa hal seperti ini pun Felix beritahu Felicia hal seperti itu. Karena walaupun Felicia orang yang cerdas dan tanggap masalah pekerjaan tapi terkadang ada masa dimana mulut dan otaknya bisa membuat orang lain kesal juga.
"Baik pak, saya paham." Ucap Felicia.
"Ya sudah, kalau begitu aku akan mematikan sambangan telfon. Dan juga, segera biasa segerakan untuk terbiasa." Ucap Felix dan langsung memutuskan sambungan telfon itu tanpa menunggu jawaban Felicia sama sekali.
Di sisi Felicia.
"Dasar, mentang-mentang dia atasannya langsung main tutup aja." Felicia terus menggerutu.
"Felicia, kamu kenapa sih mulutnya ga bisa diam dari tadi." Ucap mama Felicia sambil menarik bibir Felicia yang sedang menggerutu itu.
Felicia langsung cemberut setelah bibirnya ditarik oleh mamanya.
"Udah, jangan cemberut lagi. Ayo bantuin mama bawa makanan ini ke meja makan." Ucap mama Felicia.
Akhirnya, Felicia menghentikan gerutuannya walaupun wajahnya masih terlihat cemberut dia tetap bergerak membantu mamanya yang saat ini juga mulai membawa masakan yang baru saja selesai itu ke meja makan.
Setelah meletakkan semua makanan di atas meja makan, Felicia segera kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri sebelum makan bersama keluarganya nanti.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk dirinya menyelesaikan bersih-bersih dirinya. Dia segera menuju lantai pertama karena memang kamarnya terletak di lantai 2 di rumah dua lantai milik kedua orang tuannya.
Setelah dirinya ke meja makan, dapat dilihatnya kedua orang tuanya sudah duduk di sana ada juga kakak laki-lakinya di sana.
"Lama banget sih, udah lapar nih." Ucap Charlie kakak laki-laki Felicia sesaat setelah dirinya melihat kemunculan adik perempuannya di dapur.
"Sewot banget sih, mama sama papa aja nggak marah kok." Balas Felicia.
"Itu karena papa sama mama udah capek bilangin kamu lagi." Ucap Charlie dengan muka menyebalkannya.
"Charlie, Felicia. Jangan adu mulut di meja makan." Ucap mama mereka yang membuat mereka berdua diam.
"Felicia, kamu juga cepat duduk." Ucap mamanya sekali lagi.
Dengan cepat Felicia segera duduk di tempatnya di samping kakak nya.
Dalam diam, kaki mereka terus menendang satu sama lain dengan cukup kasar.
"Charlie, Felicia." Suara berat itu terdengar membuat Felicia dan Charlie seketika diam.
Ya, mereka berdua takut kepada papa mereka yang jika sudah kesal atau marah terlihat menyeramkan itu. Jadi, hanya dengan mendengar suara berat papa mereka. Mereka benar-benar bisa terdiam saat itu juga.
Apalagi jika mereka akan di hukum, mengingat papa mereka yang merupakan pensiunan abdi negara dengan segudang prestasi dan bintang itu. Itu membuat mereka semakin tidak berani membuat masalah.
"Kalian ini, benar-benar ya. Sekalinya mama bilangan kalian masih suka ngelakuinnya. Sekalinya papa aja, belum apa-apa kalian udah nggak berani bersuara." Ucap mama mereka berdua yang memang sadar anak-anak dari tadi masih melanjutkan perselisihan kecil mereka dengan saling menendang.
Melihat kedua anaknya menundukkan kepala membuatnya menggeleng. Sebenarnya dia heran kenapa kedua anaknya masih suka membuat masalah di depan suaminya (alias papa mereka) padahal mereka setakut itu dengan papa mereka.
"Hah, sudahlah. Sayang, sudah. Ayo kita segera makan. Tidak baik membuat keributan di meja makan seperti ini." Ucap mama Felicia dan Charlie yang membuat Felicia dan Charlie langsung bersyukur memiliki mama yang baik dan pengertian seperti ini.
Dapat mereka lihat, setelah mama mereka mengatakan itu. Papa mereka yang tadinya sedang menatap tajam mereka berdua pun menghela nafas. Setelah itu, mereka semua makan dengan tenang tanpa keributan.
~Bersambung.
berasa datar... tp dr awal sebenernya udah bagus penasaran kelanjutan nya gmn.
ayo dong Author nya yg semangat bikin ceritanya
5 like buat kamu. aku bacanya nyicil ya
bru gbung nih,slm knl y....
lnjut dong,pnsran sm ksah mreka....
mga ga ada prpsahan ,trs sng mntan ga blik lg buat bkin ulah....
idenya boleh juga.
recommended