"Kalian berdua pergi dari rumah ini sekarang!"
"Papa mengusir kami?"
Agus Sudarmono, ayah Lili, tega mengusir putri sekaligus pengawal pribadinya selesai acara pernikahan. Mereka berdua dipaksa menikah setelah dijebak tidur bersama oleh ibu tirinya.
Yang lebih menyedihkan hati, Lili harus meninggalkan segala kemewahan yang selama ini dikecapnya. Dan harus hidup sederhana bersama dengan pengawalnya di sebuah desa.
Akankan kah Lili bisa bertahan dengan kehidupan barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Budy alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Eh, masih ada serangga di rumah ini," Lili mengusap tanda merah di lehernya.
Lili bergegas menuju meja makan karena Galang sudah memanggilnya. Lili menarik kursi lalu duduk di depan Galang.
"Ada apa?" tanya Lili hati-hati. Wajah manis Galang berubah ke setelan awal, kaku dan garang.
Lili cemas, otaknya berputar keras memikirkan kesalahan apa yang telah diperbuat. Sampai sang suami kembali menjadi orang yang menyebalkan.
"Apa dia kemarin mabuk?" batin Lili.
Galang menaruh botol kecil yang ia temukan di kamar. Lili mengambil botol itu lalu menyimpannya.
"Aku bisa jelaskan," katanya dengan bibirnya bergetar, ia mengenggam kedua tangan Galang.
"Aku tidak bermaksud menjebak, ini semua ide Mila," imbuhnya sebelum Galang murka.
Galang melepas pegangan tangan Lili, ia berjalan mendekati sang istri yang terlihat ketakutan olehnya.
Galang memeluk Lili dari belakang, "Tanpa obat ini, aku pun sudah tergoda sama kamu," bisik Galang.
Wajah Lili berubah memerah, malu mengingat beberapa hari lalu terus menggodanya. Untung saja dia belum mengikuti saran dari Mila.
"Untuk baju itu, bagus sih. Mila pandai mencarikan baju dinas untukmu," goda Galang sembari mengecup belakang telinga Lili.
Wajah Lili semakin merah, "Berhenti menggodaku. Galang, kapan kamu mengajakku ke kota. Lihatlah, banyak serangga menggigitku."
Lili menunjukan lehernya yang memerah, Galang menahan tawa. Istri kecilnya itu benar-benar polos. Masih saja mengira tanda yang dia buat itu gigitan serangga.
"Itu bukan gigitan serangga." Galang mengacak-acak rambut Lili gemas.
Lili mengerutkan kening, ia berpikir mungkinkah dia alergi? Tapi dia membantah pikirannya sendiri, karena selama ini tidak memiliki riwayat penyakit alergi.
Galang meminta Lili berdiri dan mengatakan akan menunjukan apa penyebab lehernya memerah. Lili mendelik kala Galang mengecup lehernya.
Galang mencium pipi Lili, membantu Lili duduk kembali.
"Ayo makan," ajak sang istri yang masih diam terpaku.
"Ya Tuhan, bodohnya aku! Ini semua bekas ciuman sari Galang. Terus waktu itu siapa?" batin Lili.
Ia menatap ke arah Galang. "Apa mimpi itu nyata?"
Lili teringat dua malam yang bermimpi dengan Galang. Mimpi sangat indah, bisa bermesraan dengan Galang.
"Itu bukan mimpi, Sayang," ucap Galang sembari memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
"Bukan mimpi? Jadi ..."
Galang mengangguk, Lili menepuk jidatnya saat mengingat Bik Onah. Pantas saja dia menahan tawa waktu itu, pikir Lili.
"Galang, kamu jahat sekali, aku tunjukan semua ini sama Bik Onah. Ih, nyebelin!" Mila manyun, dia malu nanti pas ketemu sama Bik Onah.
Dia yakin Bik Onah menertawakan dirinya karena terlalu polos menunjukan hal yang harusnya dikonsumsi pribadi.
"Sudah jangan pikirkan yang sudah terjadi, kamu cepat makan." Galang mengambilkan nasi banyak di piring Lili.
"Galang, ini banyak sekali," protes Lili.
"Biar kamu punya tenaga untuk kita melanjutkannya," kata Galang sambil tersenyum.
"Aku nggak mau lagi hari ini capek," tolak Lili.
Galang terkekeh mendengar jawaban sang istri.
"Lili, aku mau kita membuat nama panggilan. Aku tidak mau kamu terus memanggilku dengan nama," pinta Galang.
Galang mode bucin, dia menjadi orang yang berbeda di depan Lili saat ini. Dia lebih manis, lembut dan lucu. Wajah garang dan kakunya mendadak menghilang.
"Baiklah sayang," kata Lili dengan senyuman merekah di bibirnya. Dia tidak menyangka cintanya terbalas.
"I love you," ucap Galang sembari memegang tangan Lili.
Lili kaget, ucapan Galang sangat di luar ekspektasinya. Dia tidak menyangka Galang akan mengatakan itu lebih dulu.
"Kenapa Diam? Apa kamu tidak mencintaiku?" tanya Galang.
"Sangat mencintamu," ucapnya dengan senyum lebar.
"Apa kamu bahagia sama aku?"
"Sangat bahagia, bahkan aku belum pernah sebahagia ini," ucapnya dengan mata sendu.
"Kamu tidak menyesal hidup miskin bersamaku?" wajah Galang berubah sedih.
Lili beranjak dari kursinya, ia mendekati Galang lalu memeluknya.
"Aku sangat bahagia sama kamu, dan hidup di sini tidak butuk juga," kata Lili. Dia mulai menerima dan nyaman tinggal di pinggiran kota.
Galang memegang tangan Lili, lalu menarik pelan sehingga duduk di pangkuannya.
"Aku tidak salah memilihmu," kata Lili.
Pagi ini Galang tersanjung dengan perkataan Lili, nona muda yang manja kini terlihat manis. Galang pun berharap dia semakin manja sama dirinya. Karena saat Lili manja membuat dirinya gemas dan ingin terus memeluknya.
"Kamu, memang istri kecilku yang nakal," Galang memberikan ciuman lembut di bibir Lili.
Hari ini, hari kebahagiaan mereka berdua.
...----------------...
"Apa kamu mau berangkat ke kota hari ini?" Lili bergelayutan di lengan Galang. Rasanya semakin berat melepas Galang dari pantauannya.
"Maaf Sayang, ini dadakan, aku sudah panggil Bik Onah datang." Galang mengacak-acak rambut Lili.
Tak hanya Lili, kini Galang pun merasa berat meninggalkan istri kecilnya. Dia pasti akan kangen terus.
"Kamu tidak perlu panggil Bik Onah, Mila akan datang ke rumah," kata Lili.
"Hati-hati ya, jangan bukakan pintu untuk orang asing."
"Iya sayang."
Tak lama dari kepergian Galang, mobil Mila terparkir di halaman rumah Lili.
Mereka berdua berpelukan lama untuk mengobati rasa rindu mereka.
"Lili, tempat ini tidak buruk," ujar Mila.
Dia pikir desa di pinggiran kota itu kumuh. Nyatanya sangat bersih, nyaman untuk di tempati. Ia percaya dengan omongan Galang kemarin di rumah bosnya.
"Ya, memang sangat nyaman," katanya sembari menaruh nampan berisikan minuman dan cemilan kecil.
"Bagaimana obatnya berhasil?" tanya Mila penasaran.
"Tidak, untung saja Galang tidak marah tahu kau kirim barang itu," ujar Lili.
"Yah, berari gagal dong. Tapi, jangan risau akau akan memberikan ide-ide lain untuk menaklukan suamimu," celoteh Mila.
"Tidak perlu, aku sama dia sudah ...," Lili menghentikan ucapanya. Mendadak dia malu.
"Benarkah? kok tiba-tiba?" Mila heran.
"Ternyata selama ini dia sayang sama aku, dan semalam kita sudah itu," jawabnya.
Mila heboh, ia penasaran kronologi mereka bisa berhubungan intim. Dia juga menanyakan bagaimana rasanya bercinta.
"Menikahlah nanti kamu tahu," jawab Lili.
"Ih, pelit deh. Pasti bikin merem melek ya," Mila menyenggol lengan Lili.
"Ya, cukup membuat aku sedikit teriak," jawabnya membuat Mila heboh.
Mereka berdua sangat heboh membicarakan malam pertama Lili yang sempat tertunda.
"Mila, bagaimana perusahaan?" Lili keluar dari topik pembicaraan.
"Perusahaan lumayan stabil, kami sedang mengajukan kerja sama. Di tempat Galang bekerja," Mila langsung menutup mulutnya.
"Apa yang kamu katakan?"