Kepentok Cinta Pengawal Pribadiku

Kepentok Cinta Pengawal Pribadiku

Bab 1

"Buka pintu, atau kami dobrak!” teriak seseorang dari luar kamar.

Lili menggeliat mendengar samar-samar suara bising yang berasal dari gedoran pintu. Gadis itu tidak bergegas bangun, justru dia merasa nyaman dengan aroma maskulin yang dia hirup.

Tangannya meraba apa yang disentuhnya, terasa hangat bukan seperti sebuah bantal guling. Jemarinya merasakan lekuk-lekuk yang keras.

“Siapa sih yang ribut-ribut pagi-pagi?” Lili meregangkan kedua tangannya. Perempuan itu melihat ke arah pintu, lalu memandang tubuhnya yang terasa dingin. Matanya melebar tatkala ia melihat tubuhnya hanya berbalut lingerie tipis berwarna merah menerawang, dan kurang bahan.

“Aaa! Tidaaak!” teriak Lili ketika dirinya melihat pengawal pribadinya tidur telanjang dada di sampingnya. Galang reflek membuka mata serta berdiri saat mendengar teriakan sang nona.

“Kamu kenapa di sini? Baju kamu ...?” Lili menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

“Maaf, Nona, saya juga tidak tahu,” sahut Galang bingung melihat dirinya sendiri bertelanjang dada dengan celana boxer saja. Dia bergegas memakai pakaiannya yang ada di lantai.

Galang adalah pengawal pribadi Lili, dia yang terus menjaganya hampir 24 jam. Ke manapun Lili pergi maka ada Galang di sampingnya.

Suara pintu terbuka dengan keras karena dibuka paksa oleh beberapa orang dengan tubuh kekar. Beberapa orang mengambil foto tanpa permisi. Untung saja Galang sudah berpakaian lengkap.

“Lili, apa yang kamu telah lakukan bersama pengawal pribadimu?” tanya Rida yang muncul dengan air mata berderai. Tangannya menunjuk Galang yang sedang memunguti pakaian milik Lili.

“Mama, Lili tidak melakukan apa-apa.” Lili menarik selimut semakin tinggi untuk menutupi semua bagian tubuhnya, ketika orang-orang yang membawa kamera mulai menyorot dirinya.

“Ma, tolong suruh pergi mereka!” seru Lili meminta tolong ke ibu tirinya.

Rida menyunggingkan ujung bibirnya, dialah yang membawa semua wartawan datang ke hotel. Dia telah merencanakan ini sejak lama untuk mempermalukan dan menjatuhkan nama baik Lili, tidak mungkin dia mengusir para wartawan itu begitu saja.

Keputusan Agus, ayah Lili, membuat Rida meradang. Harapan wanita itu agar anaknya sendiri yang dipilih memimpin perusahaan serta mewarisi harta Agus musnah sudah. Suaminya lebih memilih Lili yang masih ingusan untuk mengambil alih perusahaannya.

Ia menjebak Lili agar tidur dengan pengawal pribadinya. Rida tahu gadis itu tidak akan mampu menghadapi konsekuensi dari situasi yang diciptakannya.

"Tolong semuanya menyingkir!" Galang melilit tubuh sang nona dengan selimut yang digunakan untuk menutupi tubuhnya. Ia menggendong serta menyembunyikan wajah Lili dari kamera orang-orang yang sedang memotretnya, lantas membawanya keluar secepatnya.

“Lili, Mama tidak percaya kamu melakukan hal seperti ini!” teriak Rida kala dirinya disorot kamera. Para wartawan pun mendekati wanita paruh baya itu, meminta keterangan tentang anak tirinya yang keluar dari kamar hotel dengan pengawal pribadinya.

Dengan akting hebat, dan air mata buaya, Rida berpura-pura sedih di hadapan wartawan. Ia sangat yakin rencananya akan berjalan dengan lancar.

“Kamu bisa lari Lili, tapi kalian tidak akan bisa lolos dengan bukti-bukti ini,” desis Rida kepada dirinya sendiri. Wanita itu tersenyum memandangi foto-foto yang berhasil diperolehnya.

Di luar hotel terjadilah kejar-kejaran antara Galang dengan para wartawan bayaran Rida yang masih terobsesi untuk mendapatkan berita besar. Galang berlari sangat gesit, dia bisa mengecoh para wartawan dengan cara masuk ke toilet perempuan.

“Nona, silakan pakai baju Anda.” Galang memberikan pakaian yang dia ambil dari lantai kamar.

Sembari menunggu sang majikan ganti baju, Galang memesan taksi, agar mereka bisa segera pergi dari hotel yang sudah dipenuhi dengan wartawan itu.

“Galang, sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Lili saat keluar dari toilet.

“Saya juga tidak tahu, Nona, sekarang kita pergi dari sini mencari tempat yang aman.” Galang menarik tangan Lili, dan menggenggamnya erat agar perempuan itu tidak terjatuh saat mengimbangi langkah kakinya yang panjang.

“Itu dia! Kejar mereka!” teriak salah satu wartawan yang melihat Lili dan Galang keluar hotel.

Mereka masih gigih untuk mendapatkan gambar dan video dari anak sang pengusaha terkenal itu. Para wartawan akan mendapatkan keuntungan besar kalau mereka berhasil membuat gosip setelah menangkap basah kedua orang yang sedang berada dalam kamar hotel tersebut.

Galang membuka pintu dan mendorong Lili ke dalam, ketika orang-orang yang membawa kamera itu sudah mulai mendekat. Mereka mengetuk-ngetuk pintu taksi agar dibuka dan mendapatkan klarifikasi dari Lili.

“Nona, apa benar kalian ada hubungan spesial?” tanya Wartawan itu sembari mengetuk-ketuk kaca jendela taksi.

“Nona, apakah tidak ada orang lain sehingga Anda tidur dengan seorang pengawal?”

Galang bergegas meminta sang sopir taksi untuk tancap gas.

“Siapa sebenarnya mereka?” tanya Lili dengan napas yang masih tersengal-sengal.

“Maaf, Nona, saya juga tidak tahu. Tapi kenapa Nyonya Rida bisa berada di sana?” Galang merasa ada yang janggal dengan penggrebekan ini. Kenapa bisa nyonya besar ikut bersama para wartawan?

“Aku akan menelepon Mama.” Lili mengambil ponsel dari dalam tas. Dia menempelkan benda pipih itu di telinganya.

“Jangan dulu, Nona.” Galang menarik ponsel dari tangan Lili.

“Kenapa?” Lili mengerutkan kening tipis.

Dengan singkat disebutkannya bahwa itu demi keselamatannya sendiri.

“Kenapa kita bisa berada di kamar hotel itu, bukankah semalam kita ada di jamuan makan?” Lili mengarahkan pandangannya ke wajah Galang.

Dia ingat terakhir ada jamuan makan malam dengan para relasi.

Sang pengawal pun mencoba mengingat apa yang terjadi selepas perjamuan. Dia tidak bisa mengingat secara detailnya, tapi dia ingat sang nona mengeluh pusing dan minta untuk pulang lebih dahulu.

“Pasti ada yang menjebak kita, Nona,” ucap Galang geram.

“Apa tujuan orang yang menjebakku?” Lili melipat kedua tangan. Ia bergidik memikirkan apa tujuan orang yang jahat kepadanya itu.

Selama ini Lili merasa tidak punya musuh, teman-temannya juga sangat baik. Di kantor pun dia terkenal baik dan disegani oleh karyawannya.

“Nyonya!” Galang menjentikkan jarinya, dia menebak Rida pelakunya.

“Tidak mungkin, Mama sangat baik sama aku. Tujuannya apa Mama menjebak kita?” Lili bertanya balik.

Di matanya Rida adalah sosok ibu tiri yang baik. Dia menyayangi dirinya seperti anak kandungnya.

“Lalu kenapa Nyonya Rida bisa berada di sana?” tukas Galang agar majikannya itu menyimpulkan.

Lili terdiam, mencerna apa yang dikatakan oleh pengawalnya. Kenapa sang mama bisa bersama dengan orang-orang yang membawa kamera itu?

“Pak, kita putar balik ke hotel lagi.” Galang menepuk sandaran kursi sopir taksi.

“Kenapa kita kembali ke hotel?” Lili menatap heran Galang. Datang ke hotel kembali sama halnya dengan menyerahkan diri.

“Nona, semalam kita pergi naik mobil, saat ini mobil kita masih terparkir di hotel. Selain itu saya mau cek CCTV hotel,” jelas Galang, membuat Lili menuruti pengawalnya.

Pemuda itu memakai masker dan topi untuk menyamarkan diri dari orang-orang di sana. Ia pergi ke tempat keamanan, lalu meminta untuk melihat rekaman CCTV semalam.

Galang mendengus, tidak ada rekaman dirinya di CCTV. Hanya orang-orang yang berlalu lalang keluar masuk saat jamuan makan. Pemuda itu tidak mendapatkan bukti untuk mengetahui siapa pelaku di balik semua ini.

Lantas ia berjalan mencari mobilnya yang terparkir di parkiran hotel, dan segera membawa sang nona bersamanya.

“Bagaimana?” tanya Lili penasaran.

“Saya tidak mendapatkan apa-apa, CCTV-nya tidak merekam kita.” jawabnya sembari melajukan mobil.

“Ya, sudahlah, kita pulang saja. Biar orang-orang Papa yang mencari tahu.” Lili mengajak sang pengawal pulang ke rumah ayahnya.

Tidak ada yang mustahil bagi ayahnya untuk mencari orang yang menjebaknya. Hanya hitungan jam pasti ketemu. Kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki Agus pasti akan memudahkan mereka untuk mendapatkan apa pun yang mereka mau.

Namun, Galang tak berpikiran sama. Pria itu mengerutkan kening, berpikir begitu keras, hingga majikannya ikut khawatir.

Sejenak sang pengawal menghela napas, dan menuturkan kecemasannya. "Saya mempunyai firasat buruk tentang hal ini, Nona."

Terpopuler

Comments

Morna Simanungkalit

Morna Simanungkalit

lanjut

2024-04-23

0

𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚

𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚

..

2024-04-23

0

Anissa Anissa

Anissa Anissa

kita di marahi bukan karena apa . Krna kita di syang SMA orang tua kita sendiri ☺️🙏

2024-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!