Shafira dan Arya sudah lama menjalin hubungan rumah tangga tapi tak kunjung memiliki anak, mereka akhirnya mengadopsi anak perempuan bernama Kinara yang berusia sepuluh tahun.
Delapan tahun hidup dalam sebuah keluarga mereka terhitung harmonis, sampai akhirnya Shafira menyadari bahwa hubungan Arya dan Kinara lebih dari ayah dan anak pada umumnya, kecurigaan itu terbukti saat Shafira mendapati sang suami satu ranjang dengan sang anak angkat.
Rasa sakit hati, membuat Syafira berniat membalas dendam. Dia tak mau terpuruk dengan pengkhianatan sang suami. Dia ingin mengambil alih pimpinan perusahaan. Di bantu seorang pria bernama Garvin. Mampukah Syafira membalas sakit hatinya?
Harap baca setiap bab yang update. Jangan menumpuk bab. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan Belas
Arya memandangi mantan istrinya itu dengan intens. Dia tak menyangka jika wanita itu bisa setegas ini. Dia berpikir bahwa Syafira tidak akan mempermasalahkan uang yang telah diambil karena masih banyak hartanya yang lain.
"Fira, aku janji akan mengembalikan semua. Tapi tidak bisa secepat ini. Itu bukan uang yang sedikit. Kamu juga tahu, jika saat ini saya tidak memiliki pekerjaan," jawab Arya.
"Kamu memiliki banyak aset. Dan itu semua di beli dari uangku. Jadi aku minta kepastian kapan dikembalikan," balas Syafira.
"Aku tak bisa janji secepatnya. Bukankah kamu tahu jika menjual aset itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bisa berbulan-bulan baru ada pembeli," kata Arya lagi.
Syafira tersenyum mendengar alasan Arya. Dia seperti tidak ada cara lagi untuk memperlambat pembayaran.
"Kalau begitu, biar aku yang bantu jual. Aku izin untuk memotret semua alasanmu dan minta ukuran pasti semua aset. Aku banyak teman bagian jual beli properti," ucap Syafira lagi.
Arya terdiam mendengar jawaban dari mantan istrinya. Dia tak tahu harus memberikan alasan apa lagi. Sebenarnya alasan utama Syafira menginjakan kakinya kembali ke rumah karena ingin mengambil foto kedua orang tuanya. Ada satu foto yang cukup besar dia pajang di kamar. Daripada nanti di buang, lebih baik dia ambil.
"Sekarang kamu jauh berbeda. Obsesi banget dan sangat ambisius. Aku seperti tidak mengenal kamu," jawab Arya.
"Bukannya aku berbeda, kamu saja memang yang tidak mengenal aku. Kamu terlalu sibuk sehingga tidak tahu bagaimana sikapku yang asli. Aku tetaplah Syafira yang dulu. Tidak ada yang berubah," balas Syafira.
Wanita itu tersenyumlah saat mendengar ucapan dari sang suami. Dia lalu berdiri dari duduknya.
"Aku mau izin masuk kamarku," ucap Syafira.
Kinara tampak terkejut mendengar permintaan ibu angkatnya itu. Semenjak Maminya pergi dari rumah, dia langsung menempati kamar utama itu. Baju-baju Syafira yang tinggal di lemari juga ikut dipakainya.
Kinara juga memakai semua barang yang tertinggal, misalnya bedak dan sepatu dan lainnya. Setelah dia meminta Syafira kembali dan mami angkatnya tak mau lagi pulang, dia telah menggunakan semua barang pribadi wanita itu.
Sepertinya Kinara sangat terobsesi ingin menjadi Syafira. Dalam penglihatannya, jadi wanita itu sangat menyenangkan. Hidup kaya, suami tampan, dan keuangan mapan. Apa pun yang diinginkan langsung terkabul sesuai yang dia mau.
"Untuk apa Mami mau ke kamar itu lagi? Katanya tak mau lagi serumah denganku dan Papi," balas Kinara dengan suara panik.
"Ini masih milikku! Jikapun aku tak meminta kamu keluar karena sebagai manusia aku masih memiliki perasaan. Aku tak mau nanti kamu jadi gelandangan karena tidak ada tempat berlindung. Syukur aku minta izin, jikalau aku masuk saja, tidak ada yang bisa melarang!" ucap Syafira.
Kinara terdiam mendengar ucapan Maminya. Entah kemana dirinya yang begitu lantang kemarin mengatakan jika dia dan Arya tidak berselingkuh. Mereka melakukan atas dasar suka sama suka. Semua juga dilakukan karena Syafira mandul, begitulah yang anak itu katakan saat ketahuan berkhianat.
Arya mengikuti Syafira dari belakang, begitu juga Kinara. Dia ingin tahu apa yang dilakukan wanita itu dan apa yang di cari. Saat memasuki kamarnya kembali, dadanya terasa sesak dan sakit. Teringat saat dia menghabiskan waktu bersama suaminya dulu.
Kinara memandangi dinding kamar dan terkejut karena sudah tidak ada lagi foto kedua orang tuanya. Dia membalikkan tubuhnya. Memandangi kedua orang itu.
"Di mana foto orang tuaku?" tanya Syafira.
Kinara tampak gugup. Dia telah membakar foto itu karena di anggap tak penting dan juga tak menyangka Syafira akan mengambilnya lagi. Dia pikir wanita itu tak akan mau kembali.
Arya saat tahu Kinara membakar foto kedua orang tua Syafira, sempat memarahi anak itu. Walau mereka telah pisah, tapi pria itu tak pernah membakar milik mantan istrinya itu. Foto mereka masih ada yang terpajang di dinding rumah. Diakuinya Fira banyak berjasa selama ini.
"Di mana foto kedua orang tuaku, Arya?" tanya Syafira lagi.
"Kau tak tahu. Saat aku pulang semua telah dibersihkan Kinara," jawab Arya berbohong. Dia ingin Kinara yang menjelaskan langsung dan tak mau ikut campur.
Syafira memandangi Kinara. Dia ingin tahu jawaban dari anak angkatnya itu. Dia merasa tak perlu mengulang pertanyaan lagi. Pasti sang anak sudah mengerti menjawabnya.
"Maaf, Mami. Aku pikir itu sudah tak guna. Aku sudah membakarnya," jawab Kinara pelan. Namun, jawabannya mampu membuat Syafira terkejut.
Dia hanya memiliki foto itu lagi. Semua telah hilang lenyap. Tubuhnya terasa lemah. Padahal foto itu sangat dia sayangi. Syafira merasa bersalah karena tidak langsung membawa saat dia pergi kemarin.
"Kenapa kau bakar? Bukankah kau bisa menyimpan di gudang dulu. Atau bertanya padaku. Kau juga tahu alamat kantorku. Bisa kirim ke kantor," ucap Syafira dengan suara gemetar menahan amarahnya.
"Aku tak tahu ... aku pikir Mami tidak membutuhkan itu lagi. Jika itu hal penting bagi Mami, pasti dibawa saat pergi dari rumah, bukannya ditinggalkan," jawab Kinara.
Arya yang tak mau ikut campur berjalan meninggalkan keduanya. Dia tak peduli apa pun yang akan Syafira lakukan pada sang putri.
"Kamu lupa ... harus berapa kali aku katakan lagi. Kau di sini hanya menumpang dan sebagai tamu. Jika pun aku tak mengusir kau hanya karena rasa kasihan. Jadi seharusnya kau tahu diri. Aku tak mau tahu, bagaimana caramu mengembalikan foto itu. Aku memberi waktumu satu minggu," ucap Syafira.
Dia lalu berjalan meninggalkan putri angkatnya itu. Sampai di ruang keluarga dia melihat Arya yang sedang menonton.
"Arya, ingat aku beri kamu waktu satu minggu lagi. Kau bisa hubungi nomor kantor jika telah menyediakan dana sejumlah yang kau mau ambil," ucap Syafira mengingatkan.
...----------------...
udah dipungut dari kecil malah gak berterimakasih