Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Dia bilang yes
Semua yang ada disana terlihat tegang dengan kalimat bernada penolakan dari bu Laras.
"Tante.... saya tahu mungkin saya dan Rere masih terlalu muda untuk menikah, tapi misal tante merasa keberatan kami menikah sekarang, kami bisa tunangan dulu kok." Kanaka mengeluarkan pendapatnya.
"Maaf mbak Laras, bukannya kami memaksa, tapi.... saya jamin Rere tetap bisa meraih apapun mimpinya, andai pun dia mau melanjutkan kuliah S2 pun kami juga mengijinkan." Kini giliran Letta yang berbicara mengungkapkan pendapatnya.
"Sebenarnya kami ini keluarga yang menikah di usia muda mbak Laras, saya menikah dengan opa ketika berumur dua puluh satu tahun, bahkan anak saya Devano menikah ketika usianya baru delapan belas tahun, dan pernikahan kami semua baik-baik saja meski menikah tanpa pacaran dulu," kata oma Gelsey memecah keheningan.
Laras yang mendengar hal ini kembali dibuat kaget dan juga kagum, bagaimana bisa mereka ini orang kaya tapi hidup bersahaja, hidup harmonis dan terlihat bahagia.
Setelah termenung agak lama, akhirnya Laras menoleh ke Rere dan menepuk punggung tangan anak gadisnya.
"Sekarang ibu menyerahkan sama kamu Re, kalo kamu bersedia, ibu akan merestui kamu," ucap Laras membuat semua bernafas lega.
"Rere..... um, Rere bersedia asal Kanaka berjanji buat setia sama Rere dan tak akan membatasi Rere apabila Rere nanti bekerja dan berbakti sama ibu," kata Rere sambil menatap mata Kanaka.
Kanaka mengulas senyum mendengar permintaan Rere tersebut. "Aku Kanaka Harvey Danuarta berjanji di depan orang tua kita akan menyayangi, setia, bertanggungjawab dan mendukung apapun yang membuat kamu bahagia."
Semua orang yang ditempat itu menatap Kanaka dengan bangga, didikan keluarga Danuarta memang tak main-main sih, meski kita tahu masa muda Devano juga terbilang badung, hanya saja memang mereka diajar untuk berjiwa ksatria.
"Jadi lamaran kita diterima ya mbak Laras?" tanya Letta sekali lagi.
"Iya jeng kami terima, dan terima kasih banyak sudah menerima kami meski kami bukan berasal dari keluarga dengan status sosial yang sama dengan Kanaka," ucap bu Laras.
Letta mengeluarkan sebuah kotak beludru dari dalam tasnya, menyerahkan ke Kanaka agar dipasangkan di jari manis Rere.
Semua menatap Letta dengan tatapan terpesona, betapa ibu tiga anak itu begitu teliti dan mempersiapkan semua sebaik mungkin.
Setelah Kanaka memasangkan cincin di jari manis Rere, bu Laras mempersilakan keluarga Kanaka untuk menikmati hidangan sederhana yang Laras sajikan.
Sambil makan, mereka berbincang mengenai pelaksanaan pernikahan Kanaka dan Rere, karena seperti kebiasaan di keluarga itu, bahwa mereka tak mengijinkan anak-anak mereka berpacaran terlalu lama.
"Saya maunya yang sederhana aja Mo, mengundang keluarga dan teman dekat, semacam intimate wedding gitu," jawab Rere saat ditanya konsep pernikahan yang diinginkan.
"Kalo pernikahannya dilaksanain di sirkuitnya om Ali boleh nggak ya Pip?" tanya Kanaka.
"Mau ngapain sih mas, pakai hotel opa ajalah!" ketus Letta tentu tak setuju dengan permintaan Kanaka, mendengar Rere mau intimate wedding saja membuat kepala Letta berdenyut, padahal dulu resepsi pernikahan Letta dan Devano juga dilaksanakan secara intimate, eh giliran anak meminta seperti itu mereka keberatan.
"Pakai resto Pipo juga kan bisa Mo, kita sulap semanis mungkin." Kenzo yang sejak tadi diam ikut mengusulkan pendapat.
"Kamu juga kenapa ngusulinnya yang aneh-aneh sih mas!" omel Letta membuat bu Laras tersenyum sumringah.
Dia sekarang tahu bahwa keluarga Kanaka adalah keluarga yang baik dan tak memandang status sosial keluarga Rere, dan keluarga itu terlihat hangat satu dengan yang lain, menambah poin plus untuk Laras melepaskan anak semata wayangnya ke keluarga itu.
Ketika orang tua mereka membicarakan acara pernikahan Kanaka dan Rere, kedua sejoli yang sudah berstatus tunangan itu memilih duduk di teras rumah sederhana Rere.
"Aku bingung mau ngomong apa Ka, Tuhan sebaik ini sama aku." Rere menundukkan kepala dalam, matanya menatap cincin bermata berlian yang melingkar di jari manis tangan kirinya.
Kanaka menggenggam tangan Rere lembut, selama dua puluh satu tahun tak pernah merasakan jatuh cinta hingga sosok Rere yang cantik juga sederhana itu mampu mengunci hatinya hingga terpaut dan tak ingin terlepas.
"Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya, tapi aku mau belajar untuk selalu mencintai kamu dengan segenap hati, aku mau seperti Pipo dan Mimo, tetap setia meski sudah puluhan tahun hidup bersama," ucap Kanaka lembut.
"Makasih ya Ka udah nerima aku dengan semua kekuranganku," ucap Rere sambil membalas genggaman Kanaka.
"Ehem.... ehem.... " Deheman Kenzo membuat keduanya merenggangkan tangan mereka.
"Dipanggil Pipo!" Lalu Kenzo kembali masuk ke dalam.
Kanaka dan Rere masuk ke dalam rumah mengikuti Kenzo.
"Yang begini nih yang bikin Mimo khawatir!" omel Letta tak ada malunya meski mengomel di depan calon besan.
"Kan cuman duduk berdua Mo," ucap Kanaka lembut.
"Mimo mau tanya kalo pernikahan kalian diadain tiga bulan lagi nggak papa kan?" tanya Letta.
"Kok lama banget Mo?" Kanaka mengeryit tak menyetujui usulan tersebut.
"Lalu kamu maunya kapan?" tanya Devano mulai jengah melihat Kanaka yang pasti minta buru-buru.
"Kalo sebulan lagi?" tanya Kanaka.
"Hah sebulan?! Wah jangan ngajakin bercanda kamu Ka!" Rere panik mendengar permintaan calon suami yang seenak jidatnya itu.
"Sebulan itu sebentar lho Mas, kamu mesti cari konsep, belum nyari seserahan, baju pengantin, cetak undangan," tegur opa Satria lembut.
"Kalo gitu kita nikah dulu aja, resepsinya belakangan, gampang ntar," jawab Kanaka santai.
"Cucunya Gelsey, anaknya Devano, pantes sih kelakuannya mirip mereka yang santainya kayak lagi rebahan di pantai," celetuk Satria santai.
Gelsey dan Devano yang disebut namanya hanya terkekeh pelan, sudah bisa ditebak sih, ujung-ujungnya Kanaka tidak akan mau mengadakan resepsi.
"Kamu nggak kasihan sama mertua kamu Ka, Rere anak satu-satunya lho, masak nggak ada resepsi?" tegur Letta.
"Saya lebih setuju dengan Kanaka jeng, yang penting mereka sah secara agama dan negara." Laras menjawab perkataan Letta, Laras memilih tetap terlihat seperti sekarang, anak gadisnya menikah terburu-buru, apa tetangga dan keluarga yang membuangnya tidak tambah mencibir Laras dan Rere, karena pasti mereka mengira Rere hamil duluan.
"Berarti nak Laras cocok jadi besannya Devano, Tuhan memang Maha Segalanya." tambah Satria.
Dan setelah pembicaraan itu belum juga membuahkan hasil, Letta memutuskan untuk pamit dari kediaman sang calon menantu.
Lebih baik besok dai dan Laras berdiskusi sendiri tanpa melibatkan keluarganya yang suka mengambil keputusan diluar nalar itu. Hahahaha.
________
Hai semua, maaf ya aku update nya agak telat, aktivitas kehidupan nyataku menyita banyak waktuku kemarin.
Terima kasih yang sudah ikuti cerita ini terus.
Banyak-banyak sayang buat kalian semua yang sudah kasih support seluar biasa itu.... muach muach.
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu