Jihan Lekisha, seorang gadis cantik yang mempunyai rasa sosial tinggi terhadap anak-anak. Ia selalu membantu anak korban kekerasan dan membantu anak jalanan. Karena kesibukannya dirinya sebagai aktivis sosial , pekerja paruh waktu dan seorang mahasiswa ia tidak tahu kalau kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Hingga suatu hari ia melihat sang kekasih tidur dengan sahabatnya. Karena hal itu ia sampai jatuh sakit, lalu dirawat ibu bos tempatnya kerja. Tetapi ujian hidup tidak sampai disana. Siapa sangka anak bosnya maalah merusak kehormatannya dan lari dari tanggung jawab. Tidak ingin nama baik keluarganya jelek di mata tetangga, Rafan Yaslan sang kakak menggantikan adiknya menika dengan Jihan.
Mampukah Jihan bertahan dengan sikap dingin Rafan, lelaki yang menikahinya karena kesalahan adiknya?
Lalu apakah Jihan mau menerima bantuan Hary, lelaki yang menghamilinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah Kost
Hary bahkan melupakan kemarahan siang tadi, ia menemui pemilik kost. Untung masih ada kamar yang kosong . tapi dilantai atas tepat disamping Hary.
“Apa tidak ada kamar kosong dibawah Bu?” tanya Hary kahawatir karena Jihan sedang hamil.
“Wah, masih muda. Naik turun tangga tidak akan berasa,” ujar wanita itu sambil tertawa. Ia merentangkan tangan meminta uanga panjar.
Hary dan Jihan saling melihat. “Langsung bayar, Bu?”
“Bayar dulu. Jaman sekarang anak-anak muda banyak bohongnya, bilangnya nanti . Tapi sampai lebaran ketiga kagak dibayar-bayar,” ucapnya sembari menaikan alis pada Hary.
Dengan cepat lelaki itu mengeluarkan dompet membayar delapan ratus ribu untuk satu bulan.
“Delapan ratus ribu satu bulan?” tanya Jihan berbisik ke kuping Hary.
Lelaki itu hanya mengangguk, setelah wanita itu menghitung lembaran uang seratusan ribuan itu. Barulah ia memberikan kunci. “ Oh, kalau bawa kulkas, pemasak nasi bayar lagi,’ ucapnya lagi, lalu berjalan pergi.
“Mahal amat,” protes Jihan.
“Itu paling murah, dibawah malah satu setengah juta. Ini lingkungan perkantoran,” tutur Hary,saat naik keatas, ia tidak ingin Jihan terjatuh, Lalu ia menyorkan tangannya untuk ia pegang.
“Untuk apa? Tidak usah,” tolaknya dengan tegas.
“Jangan membantah Jihan, ini tangganya curang. Kamu mau kayak pertama kamu datang ke sini?”
“Kamu bukan suami, bukan saudara. Bagaimana mau pegang-pegang,” tolak Jihan
“Anggap saja aku adikmu dan kamu kakak iparku. Ayo Buruan aku capek,” ucap Hary meletakkan koper Jihan dipundak. Tidak ingin dalam masalah, Jihan menurut, ia meraih telapak tangan Hary lalu berjalan hati-hati ke lantai tiga.
“Pelan-pelan, lihat jalanmu.”
“Apa tidak ada tempat lain selain ini. Aku capek,” keluh Jihan sesekali ia memegang bawah perut.
“Waktu itu hanya tempat ini yang aku temukan dekat restoranmu. Malas cari yang lain,” jelas Hary.
“Tunggu. Kamu pindah ke sini karena mengikutiku?”
”Tidak juga.”
“Jangan bohong kamu mengikutiku kan?”
“Iya begitulah.”
“Dasar penguntit,” umpat Jihan mendengus kesal.
Tiba lantai tiga Jihan mengusap lengkul, rasa capek itu membuatnya jadi haus. Hary kelabakan sebab ia kehabisan air minum. “Tunggu di sini, aku akan beli di warung bawah.”
Jihan duduk, saat ia duduk seorang wanita muda berpakaian terbuka menghampiri Jihan dan bertanya dengan tatapan sinis. “Kamu siapanya Hary?” tanya wanita itu menyelidiki penampilan Jihan.
“Aku Kakaknya." Jihan menyodorkan tangannnya ajak salaman.
“Kakak ketemu gede atau Kakak benaran?”
“Kakak sepupu. Namaku Jihan,” sahut Jihan dengan sopan, ia tidak ingin wanita yang beru kenal salah paham. Jihan berpikir kalau itu kekasih Hary, jadi tidak mau menambah masalah.
“Oh begitu. Namaku Bianca, aku satu kampus dengan Hary dan beberapa kali ambil kelas yang sama dengan lu juga,” sahut gadis muda itu menyambut tangan Jihan.
Saat sedang mengobrol Hary datang. “Bianca, kenapa kamu ada disini?”
“Oh , sekarang aku juga akan kost sama kayak kamu,” ucapnya sembari bergelayut di lengan Hary.
Bianca orang yang tergils-gila dengan Hary, memdegar Hary pulang ke Jakarta dan kuliah kembali gadis muda itu kembali mengejarnya. Menurut pengakuan Hary , Ayah Hary dan Bianca berteman. Wanita itu anak yang orang kaya yang melakukan apapun yang dimau dengan kekuatan uang keluarganya. Berbanding balik dengan Hary yang tidak mau sama sekali menggunakan bantuan keluarganya. Bahkan menolak tinggal bersama.
“Bang Hary kenapa tidak pulang ke rumah?” tanya Bianca dengan manja.
“Gue ingin kuliah lagi, sudah sana pulang saja.”
“Kuliah mulu, waktu itu sudah sarjana, sekarang mau apa lagi?”
“Ilmunya belum cukup.”
Jihan hanya diam ia baru mengetahui kalau Hary sudah lulus sarjana tehnologi terbaik. Bahkan mendapatkan beasiswa ke London.
Jihan tidak mau ikut campur hanya diam dan mendengar saat kedua orang itu saling bercerita.
“Jangan katakan pada siapun aku tinggal di sini,” bujuk Hary sebelum wanita itu pulang,
“Gampang asal kamu mau aku ajak makan.”
Setelah Bianca pulang, Hary duduk dengan Jihan.
“Gadis yang cantik,” puji Jihan.
“Tapi manja, aku tidak suka. Tapi Jihan boleh aku bertanya?”
“Iya.”
“Kenapa kamu pada akhirnya mempertahankanya?” Ia melirik perut Jihan.” Bukankah waktu itu kamu ingin membuangnya? Jangan marah. Kalau tidak mau jawab tidak apa-apa,” ujar Hary ia tidak ingin melihat kemarahan Jihan lagi.
“Karena Oma, dia melarangku melakukannya.”
“Oh.”
‘Mungkin aku harus berterimakasih pada Oma kamu’ ucap Hary dalam hati.
Hary membantu Jihan masuk ke kamarnya ,saat pintu dibuka bau apek membuatnya kembali mual dan ingin munta. Hary sudah memberinya sebuah masker tetap saja ia bisa mencium aroma tidak enak.
“Sudah, kamu duduk di kamarku. Biar aku yang membereskan ini.”
Jihan diam di dekat pintu melihat sikap baik dan perhatian Hary membuatnya rasa amarah dalam hati Jihan sedikit berkurang.
‘Kenapa sifat keduanya sangat berbeda. Rafan bagai balok es tetapi pria ini bagai gula-gula kapas yang bisa membuat seseorang di dekatnya merasa ingin lengket. Tapi sudahlah dia berandalan yang jahat’ Jihan mengingatkan dirinya kalau Hary orang yang membuatnya menderita.
*
Malam semakin larut, Hary akhirnya selesai membersihkan kamar untuk Jihan. Dengan badan berkeringat ia kembali ke kamarnya yang tepat di sebelah kamar Jihan. Ia terdiam ternyata Jihan sudah tertidur pulas diatas kasur Hary.
“Kenapa dia jadi tidur di sini. Aku suruh menunggu di sini, bukan suruh tidur. Bagaimana kalau ada yang melihat.” Hary kembali ke kamar Jihan. Namun pakainya dan kamar mandi ada di kamarnya. Ruangan yang ditempati Hary berbeda dari semua kamar kost . Kamar Hary lebih besar dan memiliki kamar mandi di dalam dan memliki pendingin ruangan ada tempat untuk masak juga dan tentu saja harga perkamarnya jauh lebih mahal. Ia kembali ke kamar dengan hati-hati ia membangunkan Jihan.
“Jihan! Jihan bangun! Kamu pindah,” bisik Hary merasa tidak enak, sesekali ia menatap ke arah pintu, takut ada yang melihat untungnya kamar Hary paling pojok tidak ada orang akan melintas dari sana.
“Aku capek bangat,” ujar Jihan masih dengan mata tertutup
Hary tidak tega membangunkannya. “Jihan, aku ingin mandi.”
“Ya sudah mandi,” sahut Jihan masih enggan membuka mata.
Hary mandi saat keluar dari kamar mandi Jihan sudah bangun, melihat Hary keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk di lengannya terlihat jelas sebuah tato. Melihat itu bumil itu kembali marah.
“Jihan, aku sudah minta ijin sama kamu,” ujar Hary dengan tatapan lelah.
“Kamu memang berandalan otak mesum. Kenapa pintu di tutup?”
“Astaga ini orang! Kalau tidak ditutup, takutnya ada maling saat kamu tidur. Bisa gak kamu jangan menyebutku berandalan dan tukang cabul. Sudah sana keluar. Capek aku mendengar hinaanmu.” Pertama kalinya Hary marah padanya.
Wajar pria itu mengeras, sudah ditolong tapi Jihan bukannya berterimakasih malah menghinanya dan memaki-makinya dengan kasar.
“Baik! Mana kuncinya?” Jihan berdiri .
“Itu ambil!” sahut Hary ketus.
Manusis itu punya batas kesabaran, kalau selalu ditekan dan dihina terus-terus pasti akan marah. Setelah Jihan keluar Hary merasa dadanya panas menahan rasa kesal. Sementara Jihan masih marah-marah saat ia membuka pintu kamar, ia terdiam Hary membersihkannya sampai benar-benar bersih dan memberinya wagian yang disukai Jihan. Ia menutup pintu dan merebahkan tubuh di ranjang.
"Apa karena dia membantuku bisa berbuat semaunya. Ngapain dia buka maju, bodoh lebih baik tidur."
Saat tidur ia merasa seseorang membuka kakinya.
Bersambung
Bantu VOTE, LIKE, KOMEN DAN BERIKAN HADIAH JUGA, TERIMAKASIH
tapi kenapa mereka semua gk mengizinkan jihan & hary hidup bersama.