"Aku tak peduli dengan masa lalu. Yang aku tahu adalah masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya hadir untuk memberi luka, dan aku tak ingin mengingatnya!!" (Rayyan)
"Aku sadar bukan gadis baik baik bahkan kehadiranku pun hanya sebagai alat. Hidupku tak pernah benar benar berarti sebelum aku bertemu denganmu." (Jennie)
"Aku mencintaimu dengan hati, meski ku akui tak pernah mampu untuk melawan takdir."( Rani)
Kisah perjuangan anak manusia yang hadir dari sebuah kesalahan masa lalu kedua orang tua mereka. Menanggung beban yang tak semestinya mereka pikul.
Mampukah mereka menaklukkan dunia dan mendirikan istana masa depan yang indah dengan kedua tangan dan kakinya sendiri?
Atau kejadian masa kelam orang tua mereka akan kembali terulang dalam kehidupan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19.19 Kembalinya Javier ke kota B
"Baiklah. Beristirahat lah, dan jangan lupa minum obatmu." Rayyan beranjak dari duduknya.
Namun beberapa langkah, suara Jennie memaksanya untuk berhenti.
"Asisten Rayyan, terimakasih untuk semua pertolongan dan juga terimakasih karena telah mengijinkan ku untuk memulihkan diri disini, membiarkan Bibi dan Paman Tyo merawatku hingga hari ini. Terimakasih banyak, entah dengan apa aku bisa membalasnya nanti." Jennie menunduk, kedua matanya yang sudah sempat mengering kembali mengembun.
"Sembuh lah dan kembali menjadi kuat!! baru nanti aku akan menagih semua hutangmu. Ingat!! semua yang ku lakukan tidak gratis karena nanti kau harus membayarnya jika sudah ku butuhkan." Rayyan berujar tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Lelaki itu melanjutkan langkahnya setelah tak lagi terdengar Jennie bersuara.
Pintu bercat coklat itu tertutup rapat. Jennie menatap nya dengan nanar namun sebuah senyum terbit dari kedua sudut bibirnya.
Sementara itu di depan pintu, Rayyan masih berdiri disana. Lelaki tersebut kembali mengulas senyum tipis. Dia berharap segala ucapannya dapat mengembalikan semangat Jennie untuk sembuh kembali. Entah mengapa tatapan kosong yang nampak di wajah gadis itu membuat Rayyan tak suka. Tak terlihat lagi ambisi dan juga kekuatan disana, yang terlihat adalah kelemahan.
Malam semakin larut namun keduanya masih terjaga dengan pikiran masing-masing.
.
.
Pagi yang di tunggu tentu muncul ketika waktunya telah tiba. Matahari seolah tak pernah melupakan tugasnya hingga pagi itupun sinarnya telah menyegarkan permukaan bumi.
"Pagi, Den."
"Pagi, bu."
Jam didinding masih menunjukkan pukul 6 pagi ketika Rayyan beru kembali dari jogging nya. Mengitari sekeliling villa hampir tiap pagi lelaki itu lakukan.
Di teguknya segelas air putih dan dicomot nya singkong goreng yang asapnya masih nampak mengepul tersebut sebelum beranjak menuju lantai 2 kamarnya.
"Mau ibu bikinin minum sekarang, den."
"Nanti saja bu, saya ke proyeknya agak siangan." Bu Tyo mengangguk sedangkan Rayyan melanjutkan langkahnya.
Sementara Vino nampak sudah rapih dengan pakaian casual nya. Semalam, lelaki tersebut mendapatkan perintah khusus untuk datang ke markas pasukan bayangan. Sudah terlalu lama rutinitas semacam ini tak lagi dilakukannya. Vino hanya bekerja sesuai perintah, itu sebabnya dirinya tak pernah menyalahgunakan wewenangnya secara sembarangan. Dalam kasus yang menimpa Rayyan saja misalnya. Vino tak bisa menggerakkan semua anggotanya tanpa ada persetujuan khusus dari Javier.
"Dek, mas mau berangkat dulu ya. Tidak tahu nanti pulangnya jam berapa, tapi aku usahakan memberi kabar padamu.Hemm?"
Wanita berhijab panjang yang selama ini menemani Vino dari mulai saat saat terpuruk hingga kini mereka bisa merintis usaha kecil itu menganggukkan kepalanya.
"Hati hati mas." Ucapnya pelan setelah sangat suami melabuhkan kecupan ringan di keningnya.
Vino melangkah meninggalkan rumah sederhana itu dan berlalu menggunakan motornya. Sebelum benar-benar pergi, Vino menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada sahabatnya.
"Sepertinya hari ini akan panjang." Gumamnya dengan tersenyum.
Sesampainya di bukit kecil bekas markas mereka terdahulu Vino menghentikan laju motornya. Dan meraih ponsel khusus yang selalu dia gunakan untuk saling berhubungan dengan orang-orang nya.
"Kita berkumpul di markas, segera hubungi yang lain untuk segera bergerak. Boss besar akan datang." Perintahnya dengan tegas. Vino meletakkan kembali ponselnya dalam saku celana.
"Aku merindukan hari hari begini. Selamat kembali menjalani garis keras kehidupan." Senyum di bibir Vino semakin terlihat jelas, hari hari penuh tantangan akan kembali mereka jalani sepertinya.
Ryyan yang sedang menikmati udara pagi setelah membersihkan diri segera membalas pesan yang masuk dalam ponselnya.
"Ray, hari ini aku ada sesuatu yang harus dikerjakan. Jadi maaf tak bisa menemanimu ke proyek." Pesan Vino yang baru saja masuk ke dalam ponsel Rayyan.
"Ok, tak masalah." Balasnya, karena memang hari ini dia hanya berniat meninjau proyek sebentar saja.
.
.
Javier Alando Gemas melangkah keluar dari bandara bersama seorang pria muda yang merupakan asistennya. Keduanya langsung masuk ke dalam sebuah mobil yang sudah menunggu.
Lelaki dengan jambang dan bulu bulu halus yang menghiasi rahangnya tersebut mengedarkan pandangan matanya di sepanjang perjalanan menuju kota B.
Semalam, setelah mendapatkan segala informasi yang berhasil dihimpun oleh orang orang Rayyan. Frans segera menghubungi sang kakak. Tak diduga, jika sang kakak sendirilah yang akan pergi langsung ke kota B. Frans yang mendengar hal itupun langsung tersenyum lebar. Beberapa tahun terakhir ini sangat susah meminta sang kakak untuk kembali.
"Perlu aku ke kota B juga kak?" Ucapnya malam itu.
"Sebaiknya tidak, biar aku sendiri yang menuntaskan ini. Aku akan mengunjungi mu nanti jika masalahnya telah selesai." Frans cemberut disana.
Javier sampai mengulum senyum melihat kelakuan sang adik yang masih saja tak berubah meski umurnya sudah tak pantas lagi disebut bocah. Namun bagaimanapun, keselamatan adiknya itu adalah hal utama yang Javier jaga selama ini.
"Segala pekerjaan pasti ada resikonya kak, jadi ijinkan aku untuk berperan serta. Bukannya saat ini adalah waktu yang tepat untuk membalas budi?" Javier terdiam, ucapan Frans memang ada benarnya.
"Baiklah, tunggu kabar dariku dan jangan bertindak semaumu sendiri. Aku akan melihat perkembangan yang terjadi dalam beberapa hari ini, jadi, pada saat jedah waktu itu kau selesaikan saja semua pekerjaanmu agar tak menumpuk. Kau paham?"
"Siap komandan!!" Frans memberi hormat pada kakaknya yang disambut dengan gelengan kepala. Senyum Frans tak pernah surut, jujur saja dia sangat merindukan sang kakak.
"Kita langsung ke markas atau ada tempat lain yang akan anda singgahi boss?" Suara sopir yang menjemput mereka memecahkan lamunan Javier.
"Pemakaman umum. Aku ingin berkunjung ke tempat kedua orang tuaku terlebih dahulu."
"Baik boss."
"Roy, dalam beberapa hari ini adikku akan ikut datang ke kota ini. Kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?"
"Saya paham boss, jangan khawatirkan apapun saya akan menanganinya." Roy, tangan kanan Javier tersebut langsung mengambil gawainya, mengetik sesuatu disana sebelum pada akhirnya kembali fokus dengan perjalanan yang mereka lalui.
Pemakaman umum yang Javier maksud berada disebelah barat jantung kota B. Meskipun masih sedikit para investor yang melirik kota tersebut namun saat ini kota B sudah mulai sedikit menggeliat. Ada hotel dan juga sebuah restoran yang masih dalam tahap pembangunan disana.
Mobil berhenti tepat dijalan masuk pemakaman. Javier turun dari mobil diikuti oleh Roy sementara sang sopir diminta untuk tetap berada di mobil.
Dibalik kaca mata hitamnya, kedua mata Javier telah mengembun. Bayangan demi bayangan kedua orang tuanya nampak berkelebat dalam ingatannya. Ada rindu dan juga kegetiran yang dia rasakan.
"Mom, dad. Vier datang. Aku sangat merindukan kalian, kalian berdua sangat tahu itu bukan? kalian jangan khawatir, Frans kecil juga dalam keadaan baik dan Vier berjanji akan terus menjaganya. Vier kembali untuk memenuhi janji yang dulu pernah Vier ucapkan pada kalian, saatnya Vier membalas budi keluarga kita. Berbahagia lah kalian di surga." Dalam diam dan hanya tatapan matanya saja Javier mengungkapkan segala yang dia rasakan.
Bertahun-tahun lamanya dan kini tiba waktunya untuk mengucapkan terimakasih pada sang penolong. Andai saat itu, lelaki baik tak hadir mungkin dia pun akan kehilangan sang adik untuk selamanya. Siapa sangka, jika niat baik sang lelaki malah berakhir dengan kehancuran keluarga nya sendiri. Saat itu, Javier yang belum bisa berbuat apa apa hanya bisa terdiam. Dan ternyata Tuhan mempunyai jalan lain hingga dirinya dipertemukan dengan seorang pemuda yang kehilangan arah dialah Rayyan Kevlin Sanjaya.
karena mereka berdua sama-sama menempati posisi istimewa di hati Rayyan
yang penting Daddymu selalu bersikap baik padamu toooh
koneksinya gak main-main seeeh
aaahh aku telat bacanya ya, harusnya pas maljum kemaren 😅😅😅
pasti rayyan bahagia dpet.jackpot yg masih tersegel.
wkwkw bisa langsung hamil itu kan thor, kasian para orang tua pingin punya cucu, bakal jadi rebutan pasti.
ok lah makasih ry udah buat rayyan dan jenie bahagia disini