S 2
"Aku Punya Papa." Tiga kata yang selalu diucapkan Farzan bocah berusia 6 tahun itu, ketika teman-teman seusianya mengolok dirinya tidak punya papa.
Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya yang selalu diolok, namun Zana hanya bisa diam karena dia tidak bisa menunjukkan siapa ayah dari anaknya.
Hingga ketika Farzan dinyatakan mengidap Pneumonia, penyakit yang bisa mengancam nyawanya, membuat dunia Zana seakan runtuh. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk pengobatan putranya, namun hasilnya selalu nihil bahkan semua yang ia punya telah habis terjual. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Zana kembali ke kota kelahirannya untuk mencari sosok ayah biologis putranya, yaitu laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya 7 tahun lalu, dengan harapan laki-laki itu bisa menolong putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19. AKU AKAN MEMERANGKAP MU DI SISIKU
BAB 19.
"Pa, anak ini benar-benar mirip dengan Farhan." Ujar mamanya Farhan sambil memperlihatkan pada suaminya foto bocah laki-laki yang ada di ponsel putranya itu.
Papa tersenyum penuh haru menatap foto itu, rasanya ia sedang melihat Farhan sewaktu kecil.
Beberapa saat lalu Farhan sudah menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat. Seluruh keluarganya tentu merasa sangat terkejut karena ia merahasiakan hal sebesar itu dari mereka semua dalam waktu yang sangat lama. Namun, saat ia menunjukkan foto anak laki-laki yang begitu mirip dengannya, membuat semua keluarganya seakan tersihir dengan ketampanan putranya itu.
"Farhan, dimana dia sekarang? Ayo bawa cucu Papa kesini, Papa ingin bertemu dengannya." Ucap lelaki paruh baya itu terlihat antusias.
Farhan menundukkan kepalanya, "Pa, sekarang aku tidak tahu mereka ada dimana." Ucapnya dengan lirih.
"Tidak tahu, apa maksudmu Farhan?" Kau sendiri tadi yang bilang bahwa dalam 2 minggu ini kau bersama mereka di rumah sakit." Papa nampak bingung.
"Bahkan tadi siang mereka masih ada bersamaku, Pa. Tapi mereka pergi dan itu semua karena Keyla yang sudah hampir mencelakai putraku. Dan sekarang aku sedang berusaha mencari keberadaan mereka." Ujar Farhan.
Papa seketika nampak geram mendengar penuturan putranya, hampir saja ia menyesal seumur hidup membiarkan putranya menikah dengan wanita jahat seperti Keyla.
"Sejak awal aku memang tidak menyukai Keyla," sahut Aruna, adiknya Farhan.
Semua pasang mata pun langsung tertuju padanya.
"Saat dirumah sakit saja aku sudah merasa tidak yakin kalau dia yang mendonorkan darahnya, karena waktu itu dia terlihat sangat bugar. Apa itu wajar bagi orang yang sehabis mendonorkan darahnya sebanyak 2 kantong? Tapi aku diam karena aku tidak mempunyai bukti untuk mencurigainya."
Semuanya pun nampak berpikir mencerna ucapan Aruna. Waktu itu mereka tidak memperdulikan apapun kecuali kondisi sang papa yang saat itu cukup kritis. Sehingga tidak memperhatikan bagaimana keadaan Keyla yang katanya mendonorkan darahnya.
"Sudahlah, kita tidak usah membahas tentang wanita itu lagi. Yang terpenting sekarang bagaimana caranya menemukan keberadaan cucu Papa, dan pernikahan Farhan akan tetap berjalan sebagaimana mestinya walaupun mempelai wanitanya akan diganti." Ujar papa.
"Papa benar, aku akan membantu Farhan untuk mencari mereka." Sahut Juna, suaminya Aruna.
Semuanya mengangguk setuju. Terlebih Farhan, senyum simpul tercetak di bibirnya. Entah kenapa ada perasaan senang membayangkan bahwa ia akan menikah bukan dengan Keyla melainkan dengan wanita yang telah melahirkan putranya.
"Pokoknya kalian berdua harus segera menemukan cucu Papa. Dan Papa sendiri besok akan mendatangi rumah Keyla, karena bagaimanapun Papa yang sudah memulai ini semua maka dari itu Papa juga yang harus mengakhiri semuanya secara baik-baik."
Farhan dan Juna serentak mengangguk.
.
.
.
"Ma, aku tidak bisa tidur." Ujar Farzan sambil menatap langit-langit kamar. Padahal beberapa saat lalu ia berpamitan pada Arkan pergi ke kamar karena sudah merasa ngantuk, namun saat berada dikamar rasa kantuknya itu menghilang.
"Kenapa Sayang?" Tanya Zana, perlahan ia membuka matanya kemudian menarik dirinya duduk bersandar di kepala ranjang.
Farzan langsung berpindah merebahkan kepalanya diatas pangkuan mamanya, seperti kebiasaannya jika sedang tidak bisa tidur karena keluhan penyakitnya yang sedang kambuh. Namun, kali ini ia tidak bisa tidur bukan karena itu.
"Aku kangen sama Papa, Ma." Ujarnya lirih.
Zana menghela nafasnya, "Farzan anak yang pintar, jadi kamu pasti mengerti kalau Papamu itu tidak bisa kamu miliki seperti apa yang kamu harapkan selama ini."
"Tapi Ma, setidaknya kita tidak pergi menghindari Papa. Kalau alasan Mama karena mengkhawatirkan ku, aku bisa menjaga diri Ma. Buktinya aku bisa menghindar dari rencana Tante Keyla."
"Itu hanya keberuntungan, Farzan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Dan Tante Keyla, pasti dia tidak akan berhenti untuk menjauhkan kamu dari Papamu, jadi sebaiknya kita yang menghindari mereka. Sekarang Mama jadi berpikir, jika sebaiknya kita kembali ketempat dimana selama ini kita tinggal." Ujar Zana.
Mendengar itu, Farzan langsung bangkit dari pangkuan mamanya. Bocah tampan itu menatap mamanya dengan sendu, dan Zana bisa melihat penolakan dari tatapan putranya itu.
"Tidak Ma, kita hanya akan kembali ke sana dengan membawa Papa. Aku ingin menunjukkan kepada mereka yang selalu mengejekku tidak mempunyai Papa, bahwa sebenarnya aku ini punya Papa." Ujar Farzan dengan tegas. Itu adalah keinginannya sejak dulu, dan ia tidak akan memupus keinginannya itu begitu saja.
Zana hanya bisa terdiam mendengar ucapan putranya, rasanya itu sangat mustahil untuk diwujudkan. Jika Farhan masih seorang diri, mungkin ia akan sedikit merendahkan harga dirinya meminta laki-laki itu untuk memenuhi keinginan Farzan. Namun, keadaannya berbeda. Farhan sudah akan menikah dan sangat tidak mungkin ia meminta laki-laki itu untuk memenuhi keinginan putranya barang sekedar bersandiwara saja.
"Kita pikirkan itu nanti, Farzan. Sekarang sebaiknya kamu tidur, kamu harus beristirahat agar kondisimu benar-benar lekas membaik." Ujar Zana.
Farzan pun menurut, bocah itu kembali berbaring dan menjadikan pangkuan ibunya sebagai bantal.
Zana mengusap-usap pucuk kepala putranya itu dengan lembut sampai pada akhirnya Farzan pun tertidur. Dengan pelan Zana memindahkan kepala putranya itu dari pangkuannya keatas bantal.
Farzan sudah tertidur, dan sekarang gilirannya yang tidak bisa tidur karena memikirkan ucapan putranya itu.
Sementara itu ditempat lain...
✨✨✨
Farhan pun sama, ia tidak bisa tidur menunggu hari esok.
Beberapa kali ia berpindah tempat seolah mencari tempat yang nyaman untuk tidur, namun tetap saja matanya tidak bisa terpejam sampai akhirnya disinilah ia berada sekarang.
Berdiri di balkon kamar sambil menatap layar ponselnya yang terpampang foto Farzan. Ia sudah tidak sabar untuk bisa menemukan putranya itu.
Beberapa saat terus menatap foto Farzan, ibu jarinya bergerak mengusap layar ponselnya itu sampai menampilkan sebuah foto yang entah kenapa membuat nya seperti remaja yang sedang jatuh cinta. Senyum tipis tercetak dibibir sensualnya menatap foto itu.
"Lihat saja kalau aku sudah menemukanmu, tidak akan aku beri cela sedikitpun kau bisa pergi lagi dariku. Aku akan memerangkap mu di sisiku." Gumamnya, senyumnya semakin mengembang.
.
.
.
TBC.......✨✨✨
Tinggalkan like dan komennya dong, terimakasih. ☺️🙏🙏🙏
...🇮🇩🇮🇩🇮🇩...