NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pergi

Biarkan Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:743k
Nilai: 4.7
Nama Author: Velza

Menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia adalah idaman semua pasangan suami istri. Hal itu juga yang sangat diimpikan oleh Syarifa Hanna.

Menikah dengan pria yang juga mencintainya, Wildan Gustian. Awalnya, pernikahan keduanya berjalan sangat harmonis.

Namun, suatu hari tiba-tiba saja dia mendapat kabar bahwa sang suami yang telah mendampinginya selama dua tahun, kini menikah dengan wanita lain.

Semua harapan dan mimpi indah yang ingin dia rajut, hancur saat itu juga. Mampukah, Hanna menjalani kehidupan barunya dengan berbagi suami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Kiriman Paket Lagi

Tepat saat istirahat siang, Hanna mendapat telepon dari Widya yang memberi tahu ada kiriman paket lagi untuknya. Tanpa buang waktu, dia langsung menuju lantai dasar untuk melihat secara langsung orang yang mengiriminya paket itu.

"Widya .... mana orangnya?" tanya Hanna dengan napas tersengal.

"Udah pergi, Mbak. Soalnya yang nganter kurir, bukan orang yang kemarin," jawab Widya seraya memberikan satu buket besar bunga lili putih.

Hanna tertegun sejenak melihat buket bunga di tangannya. "Lili putih? Sebenarnya siapa orang yang mengirim paket seperti ini? Kenapa dia bisa tahu bunga favoritku? Bahkan, Mas Wildan saja tak tahu soal bunga favoritku."

"Wah, bisa jadi dia penggemar rahasiamu, Mbak. Atau enggak orang itu udah mengenal kamu sejak dulu, makanya bisa tahu apa pun kesukaanmu," timpal Widya.

"Tapi aku nggak ngerasa punya teman dekat yang ciri-cirinya kamu sebutin tadi pagi, Wid. Kalaupun ada teman pria, itupun juga nggak dekat banget," ucap Hanna

"Mending kamu sewa detektif, Mbak. Buat cari tahu siapa orang yang sering kirim paket buat kamu," usul Widya.

"Aku mana ada duit buat nyewa detektif, sih, Wid. Kerja aja belum ada satu tahun di sini."

"Iya juga, ya," jawab Widya sambil menggaruk keningnya.

Tanpa sengaja, pandangan Widya tertuju pada sebuah kartu ucapan berwarna merah di sela-sela bunga. "Eh, Mbak, itu ada kartu ucapan. Coba lihat, siapa tahu ada petunjuk di sana."

Hanna melihat ke arah yang ditunjuk Widya dan.benar saja, ada sebuah kartu ucapan di sana. Dia lantas mengambil kartu itu lalu meletakkan buket bunga di meja resepsionis, tepat di depan Widya.

"Astaga, Mbak Hanna. Muka orang ditutup pake buket," gerutu Widya lalu menggeser buket itu dari hadapannya.

Spesial untuk wanita yang paling kucinta, yang akan menjadi primadona di hatiku selamanya.

Dari : Pemujamu

"Gimana, Mbak?" tanya Widya yang sangat penasaran.

"Nggak ada petunjuk apa pun, Wid. Nih, kamu baca sendiri isi kartu ucapannya."

Widya langsung menerima kartu dari Hanna lalu membacanya. Mulutnya sedikit terbuka, tetapi langsung ditutup dengan telapak tangan.

"Omaigat, Mbak Hanna. Benar 'kan apa kataku, dia itu penggemar rahasiamu. Aku yakin pasti dia bakal menampakkan diri setelah berhasil membuatmu mati penasaran," seloroh Widya.

"Udah, ah. Jangan bikin kepalaku makin pusing." Hanna mengambil buket bunganya lalu kembali ke ruangannya. Sementara Widya menatap kepergian Hanna dengan senyum penuh makna.

Di ruangannya, Hanna langsung meletakkan buket itu di sofa. Pikirannya masih melanglang buana, memikirkan siapa orang yang dimaksud Widya.

"Hah, rasanya seperti mencari jerami di tumpukan jarum, eh, mencari jarum di tumpukkan jerami." Hanna menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, matanya terpejam untuk mengurangi berbagai tanya yang berkecamuk memenuhi isi kepalanya.

"Sepertinya dia bukan orang sembarangan, secara tidak ada sedikit pun jejak yang ditinggalkan," gumam Hanna.

Tiba-tiba Hanna langsung duduk tegak saat menemukan solusi agar dia tahu siapa orang yang mengiriminya paket.

"Adnan. Ya, lebih baik aku minta tolong dia buat bantu lacak orang yang kirim paket ini." Hanna mengambil ponsel yang ada di meja kerja, lalu menekan nomor telepon Adnan dan mulai menghubunginya.

"Ya, halo," ucap Adnan setelah panggilan tersambung.

"Halo, Nan. Kamu lagi sibuk nggak?" tanya Hanna.

"Em, sebenarnya sibuk, tapi kalau untuk Mbak Hanna pasti bisa diatasi," jawab Adnan dengan candaan khasnya.

"Ish, beneran ini, kamu sibuk nggak?"

"Lagi senggang, Mbak Hanna Sayang. Ada apa?" tanya Adnan.

Hanna pun lantas menceritakan semua yang dialami, lalu meminta tolong pada mantan iparnya itu untuk mencari tahu siapa orang yang selalu mengirimi paket.

"Wah, wah, aku kalah saing kayaknya. Baru juga cerai dari Mas Wildan, udah dapat penggemar rahasia aja," celetuk Adnan.

"Gak usah mancing emosi, ya. Tinggal bilang aja, kamu mau bantu apa enggak?"

"Sabar, dong, Mbak. Galak amat jadi cewek, kalau aku mau bantu, kira-kira ada imbalan apa?"

"Kebiasaan kamu, tuh, ya. Coba sesekali ikhlas gitu nolong orang," protes Hanna.

"Aku, tuh, selalu ikhlas, Mbak. Tapi kalau yang minta tolong kamu, harus ada imbalan, dong. Anggep aja sebagai wujud terima kasihmu pada mantan adik ipar yang tampannya setara dengan artis terkenal," ucap Adnan dengan percaya diri.

"Ribet, ya, kalau berurusan sama kamu. Ya udah, kamu mau minta imbalan apa? Jangan yang aneh-aneh."

"Apa, ya? Oh, iya, temenin aku dinner nanti malam di restoran biasanya. Gimana?"

Hanna diam sejenak, berpikir dan menimang permintaan Adnan. "Cuma dinner aja 'kan?"

"Iya, Mbak Hanna."

"Oke, deal. Jam berapa?"

"Jam 7 malam, aku tunggu di depan rumahmu." Adnan langsung mematikan panggilannya tanpa mendengarkan lagi jawaban Hanna.

"Dasar bocah tengil," gerutu Hanna.

**

Benar saja, jam 7 malam Adnan sudah di depan rumah Hanna. Tentunya dia tak keluar dari mobil sebab takut jadi bahan gosip tetangga Hanna. Tak berselang lama Hanna muncul dari dalam rumah, dia menutup pintu lalu menguncinya. Setelah itu dia segera masuk ke mobil Adnan sebelum ada yang melihatnya.

"Sudah siap, Mbak?" tanya Adnan.

"Ya," jawab Hanna sambil mengenakan sabuk pengaman.

Mobil pun melaju meninggalkan area perumahan yang di tempati Hanna, di sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Hanya ada suara musik yang mengurangi keheningan di dalam mobil.

20 menit kemudian, mobil yang dikemudikan Adnan sudah berhenti di tempat parkir. Dia lekas keluar dari mobil dan disusul Hanna setelahnya. Mereka masuk restoran bersama, siapa pun yang melihat pasti mengira jika mereka adalah pasangan kekasih.

Usai mendapatkan tempat yang sesuai, Adnan memanggil pelayan dan mulai memesan makanan serta minuman.

"Kamu mau pesan apa, Mbak?" tanya Adnan sambil melihat buku menu.

"Samain aja," jawab Hanna dan diangguki oleh Adnan.

Adnan pun memesan dua porsi steak dan dua gelas lemon tea. Sembari menunggu pesanan datang, baik Hanna maupun Adnan sibuk dengan ponsel masing-masing. Berselang 15 menit, pesanan pun datang, mereka lantas segera menikmatinya.

Di sela menikmati makan malam, tiba-tiba ada seorang gadis yang menghampiri mereka.

"Adnan, kamu sama siapa?" tanya gadis itu sambil melirik sinis pada Hanna.

Hanna seketika mengalihkan perhatiannya dan melihat gadis yang mematapnya tak suka.

"Eh, kamu. Kenalin, dia Hanna, calon istriku."

"Apa? Calon istri?" Gadis bernama Arnita itu menatap tak percaya pada Adnan dan Hanna. Sementara Hanna langsung terdiam seperti orang linglung, pikirannya mendadak ngeblank setelah mendengar ucapan Adnan yang tanpa rasa sungkan.

"Iya, dia calon istriku," jawab Adnan dengan mantap.

"Bagaimana mungkin? Bukannya mamamu yang menjodohkan kita, tapi kenapa kamu sudah punya calon istri?"

"Iya, memang itu kemauan mamaku, tapi tidak denganku. Karena aku sudah memiliki calon sendiri, untuk itu kamu bilang saja pada mamaku untuk emmbatalkan perjodohan kita. Sebab yang akan kunikahi nanti Hanna, bukan kamu," pungkas Adnan.

"Kamu keterlaluan, Nan." Arnita berlalu pergi meninggalkan Adnan dan Hanna yang masih terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi.

Hanna menatap tajam mantan adik iparnya itu. "Oh, jadi ini alasan kamu ngajak aku dinner? Biar kamu bisa menolak rencana perjodohan dari mama, iya?"

"Kali ini tolong bantu aku, Mbak. Aku benar-benar belum ingin menikah, aku masih ingin fokus dengan karirku. Setiap hari mama selalu mengenalkanku dengan anak temannya, itu sebabnya aku akhir-akhir ini nggak pulang ke rumah," jelas Adnan.

"Kenapa kamu nggak nolak?" tanya Hanna yang nggak habis pikir dengan kelakuan Adnan.

"Udah berkali-kali aku nolak, tapi nggak digubris sama mama. Rasanya aku pengen ke luar negeri lagi aja," jawab Adnan.

Hanna tak tahu harus bagaimana, jujur saja dia sangat kasihan melihat Adnan yang seperti orang tertekan. Di sisi lain, dia juga tak.berhak ikut campur masalah itu karena dia sudah tidak terikat hubungan apa pun dengan keluarga Riswan.

1
❄️ sin rui ❄️
kurang menantang, pelakor nya kurang ngelunjak, malah cengeng, padahal istri sah udah badasss banget ehh pelakor nya nangis mulu ahh gak seru 🤣
Eko Sujati
Luar biasa
Tiur Lina
ceritanya keren.. simpel tidak bertele-tele.👍
Novella Amatus
bagaimana kabar novita dan wildan Thor?
Edi marsih
Luar biasa
DN
Hanna bodoh jg knp msh ngikutin terus keinginan Adnan.
DN
Mungkin si pengirim adalah Wildan
DN
Luar biasa
Yuni Safitri
Kecewa
Yuni Safitri
Buruk
Umy Dila
Lumayan
Yuliana Rahmawati
Luar biasa
Indah Rohmiatun
syukurin loe novita makanya jgn jadi pelakor
Indah Rohmiatun
bagaimana Wildan enak di cuekin ,biar tau rasa itu si wildan dan pelakor tak tau diri itu
Siti Hadijah
Luar biasa
Indah Rohmiatun
biar tau rasa tu si pelakor
Sulastri
Luar biasa
Sulastri
wanita tuh paling anti d madu perempuan mana yang mau d madu 😡
Dewi Dama
Luar biasa
Dewi Dama
kenapa y...saya malah kasian sama istri ke 2..?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!