Mendapatkan batu roh ungu dan bertemu dengan seorang Dewi. Wan Tian yang tidak memiliki akar spiritual pun menjalani pelatihan keras dari Yang Yue, Dewi Alkemis dari batu roh ungu.
Menjadi kuat bukanlah masalah, ketika menghadapi kejamnya dunia. Bukankah ada guru seorang Dewi membantunya? Ketika mendapatkan kekuatan dan mengalahkan musuh kuat, para wanita cantik di dunia juga datang sendiri memperebutkannya.
Menjadi kultivator maupun alkemis hebat, semua dilaluinya dengan kerja keras. Jalan menuju abadi dan menjadi dewa, menginjak orang jahat, melindungi jalan kebenaran.
Tingkatan Ranah Kultivasi Manusia : Manusia Pejuang, Manusia Sakti, Manusia Luar Biasa, Tubuh Emas, Tubuh Berlian, Manusia Suci dan Manusia Tertinggi.
Tingkatan Ranah Kultivasi Abadi/Immortal : Darah Abadi, Janin Abadi, Tulang Abadi, Tubuh Abadi, Jiwa Abadi dan Setengah Dewa.
Tingkatan Ranah Kultivasi Dewa : Kelahiran Dewa, Dewa Abadi, Dewa Suci, Dewa Agung dan Dewa Tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanto Trisno 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjual Kulit Ular
"Hey, kita sudah sampai di kota. Selanjutnya kita bisa jalan-jalan di sini. Kamu belum pernah ke kota, bukan? Ayo kita jual kulit ular dan taringnya!"
Su Menglan menarik Lin Feng yang menggendong kulit ular piton yang mereka bunuh. Mereka sampai di depan toko yang menjual berbagai kulit hewan, tanduk dan lainnya. Apa saja yang bisa dimanfaatkan menjadi barang berkualitas.
Harga kulit ular cukup mahal dan bisa dijadikan sebagai tas atau sepatu. Juga bisa menjadi bahan membuat pakaian perang dan sebagainya. Shu Mei mendatangi pengurus toko dan membiarkan mereka menilai.
Saat Wan Tian membawa kulit ular, pandangan orang tertuju padanya. Mereka berbisik-bisik bahwa dengan membawa kulit ular piton, sama saja membawa tumpukan emas. Mereka juga memuji bahwa kulit piton itu terlihat sangat indah. Pengusaha akan melakukan apapun demi mendapatkannya.
"Di sini ada toko yang bisa menjual dan membeli barang dari binatang langka. Pasti harga kulit piton ini sangat mahal. Ayo kita tanya pada pengurus toko," ajak Su Menglan.
Lin Feng mengikuti Su Menglan dengan membawa kulit ular dan masuk ke dalam toko. Di sana sudah ada yang menyambut baik kedatangan mereka. Dengan mata berbinar, ia membayangkan itu adalah segunung uang.
"Wah, selamat datang di toko kami, Nona. Apakah ingin menjual kulit ular piton? Haish, sayang sekali. Harga kulit piton ini sedang menurun. Permintaan pasar juga sangat jarang." Ekspresi langsung berubah ketika ia sadar dari lamunan.
Tiba-tiba si pengurus toko bertingkah seolah kulit piton itu tidak berharga. Meskipun melihatnya saja sudah sangat jarang. Ia bermaksud ingin membeli dengan harga serendah mungkin
Namun Su Menglan bisa menebak gelagat pengurus toko. Ia melihat ada yang tidak beres dengan ucapannya. Jelas ingin memiliki barang bagus namun ingin mendapatkan untung banyak.
"Kalau begitu, silahkan buka harga! Ini adalah kulit ular piton yang sangat besar. Tuanku adalah pendekar hebat. Kami disuruh menjualnya dengan harga pasar. Jika tidak sesuai dengan harga pasar, kami akan pergi."
Lin Feng meletakan kulit ular di lantai. Dan pengurus toko pun langsung beranjak. Ia berjongkok dan memeriksa kualitas barang yang sangat luar biasa. Membayangkan dirinya menjadi kaya dengan satu lembar kulit piton. Terlihat corak cincin api di tubuh sang ular. Seharusnya itu adalah ular piton yang langka.
"Nona. Nona, baiklah. Kita bisa bicarakan dengan baik. Kulit ular ini sudah terkelupas dan cara menguliti sangat kasar. Juga warna kulitnya agak pudar. Eum ... harga tidak bisa tinggi. Hanya berani membayar dua puluh koin emas. Bagaimana, Nona?"
Bagaimana pengurus toko tidak mengatakan hal sebenarnya. Ia sudah sangat puas dengan teknik pemotongan yang sangat rapi. Sehingga tidak ada yang terbuang percuma. Selain itu, tidak meninggalkan bekas daging yang membusuk. Seharusnya itu bisa dijual dengan harga mahal.
"Dua puluh koin emas? Apa kau menghina kami? Ini kami dapatkan dengan susah payah dan hampir kehilangan nyawa! Lihatlah, warnanya sangat indah dan teknik pengulitan ini juga sangat rapi. Jika dijual di toko lain, mungkin sudah dapat dua sepuluh tael emas!"
"Haish. Nona sangat pandai bercanda. Mana ada yang harganya segitu? Jika ada yang mau membeli dengan harga segitu, itu adalah orang yang bodoh."
"Siapa yang kau bilang orang bodoh?" Seorang pria dengan pakaian rapi, datang ke toko. Ia tertarik dengan kulit ular yang bisa mendapatkan keuntungan. "Aku membayar dengan tiga puluh tael emas. Nona, bagaimana menurutmu?"
"Tunggu, tunggu! Kau tidak bisa seenaknya menawar di sini! Barang ini sudah ada di toko ini. Berarti ini sudah sah milik toko. Aku membayar tiga puluh koin emas dan tidak bisa ditawar!"
Pengurus toko khawatir kalau barang berharga itu bisa jatuh di tangan orang lain. Memang harga yang disebutkan orang yang baru datang itu sudah harga wajar. Namun tidak bisa membuat pengurus toko untung. Bagaimanapun juga, ia harus mendapatkan kulit ular piton tersebut.
"Tidak bisa seperti itu. Siapa kira kamu pengurus toko malah menjalankan bisnis dengan menipu anak kecil. Apa kau tidak merasa malu karena telah melanggar peraturan bisnis?"
"Tuan Chu! Kau yang tidak masuk akal. Semua orang juga tahu, kau tidak mungkin mau rugi dengan membayar tiga puluh tael emas, bukan? Haha! Harga sebenarnya juga tidak sampai semahal itu. Jadi berhenti bertarung denganku. Ini adalah wilayah kekuasaan bisnisku."
Pengurus toko meski merasa takut tapi ia masih memiliki hati nurani. Sebenarnya dirinya juga tahu sifat asli pria yang baru datang itu. Maka ia pun menarik Su Menglan untuk membisiki sesuatu.
"Nona. Tidak baik kamu membawa ini di tanganmu atau mengambil tael emas darinya. Tuan Chu adalah orang yang semena-mena dan lebih kejam dariku. Jika masih sayang nyawa, sebaiknya serahkan itu padaku."
"Tidak. Aku tidak mau menjualnya kepadamu. Tuan, aku akan menjual kulit ular ini padamu saja." Su Menglan tentu tidak percaya dengan ucapan pengurus toko. Ada harga maka ada barang. Begitu yang ada di pikiran Su Menglan.
Jika tidak bisa mendapatkan uang banyak, maka akan mengalami kerugian. Jika tidak bertemu dengan orang yang menawarkan harga tinggi, tidak mungkin bisa memiliki tael emas. Ia juga tidak menyangka, akan mendapatkan banyak tael emas hanya dengan menjual barang itu. Bagaimana jika dia menjual taring dan tulang? Sengaja ia menyimpannya di kantung ruang agar tidak ketahuan.
"Aish! Bodoh sekali. Kalau begitu, baiklah. Aku tidak akan tanggung jawab atas keputusanmu. Kuharap kalian berdua bisa meninggalkan kota ini dengan nyawa yang utuh. Itu saja sudah sangat untung."
Keputusan Su Menglan memang tidak bisa diganggu gugat. Bagaimana mungkin ia menjadi bodoh dengan hanya menerima koin emas yang lebih sedikit dari tael emas? Ia merasa paling beruntung sekarang.
Lain halnya yang ada di pikiran Yang Yue. Meski Wan Tian tidak peduli dengan semuanya. Ia tidak berharap apapun soal uang yang bisa didapatkan. Yang penting diberi makan saja sudah cukup baginya.
"Memang benar yang dikatakan oleh pengurus toko. Meski harga yang ditawarkan sangat murah. Namun kalian bisa membawa uangnya. Berbeda dengan orang yang baru datang ini. Sepertinya tidak sederhana. Sebaiknya hati-hati," peringat Yang Yue pada Wan Tian.
Saat ini belum bisa dipastikan yang sebenarnya. Selama berada di kota itu, mereka sudah dipastikan aman. Karena ada banyak orang berkerumun. Kalau ada yang tidak bisa didapatkan di kota, maka saat meninggalkan kota, barulah orang yang membayar dengan tiga puluh tael emas itu bergerak.
"Keputusan yang tepat, Nona. Kalau begitu, langsung saja. Pelayan! Berikan tiga puluh tael emas ini pada nona kecil ini! Dan ambil barang yang berharga ini, hahaha!"
"Kau akan menyesalinya saat nyawamu di ujung tanduk," bisik pengurus toko pada Su Menglan. Lalu meninggalkannya dengan kecewa dan juga merasa kasihan.
***