Soraya

Soraya perlahan tersadar dari pingsannya. Terlihat di sekelilingnya, ternyata ia di kamar rumah Justin. Tak mau bertanya siapa yang memulangkannya, karena ia sudah tahu, siapa yang membawanya ke sini.

Kamarnya terlihat bagus dan luas. Terlihat di sofa yang terletak antara dua jendela besar kamar. Di sofa itu, seperti ada seseorang yang tidur. Kalau dilihat jelas dengan kacamatanya, benar saja. Itu sungguh Justin. Benar-benar dipenuhi janjinya beberapa hari yang lalu sebelum mereka menikah.

Sampai terdengar suara ponselnya Soraya berdering. Ada di dalam tas kecilnya. Walau masih lemas, Soraya berusaha meraih tasnya dan mengeluarkan ponsel. Ada panggilan masuk di ponselnya, dari seseorang yang sangat ia kenal.

Vera. Lebih tepatnya Vera Nanda Grensonyse. Dialah sahabatnya Soraya yang jadi pemilik hotel tempat Soraya dan Justin menikah kemarin. Terasa enak sedikit, Soraya menjawab panggilan itu.

"Assalamu'alaikum, Sobat!" serunya, sambil berusaha bergerak dalam keadaan lemas karena masih belum sepenuhnya pulih dari pingsannya.

Di seberang sana, terdengar suara Vera yang menjawab salamnya Soraya dengan penuh semangat juga. Lalu bertanya, "Bagaimana? Keadaan kamu sekarang?"

Soraya mengerutkan dahi. Darimana Vera tahu kalau ia pingsan di kantor? Soraya pun menanyakan hal ini.

Dengan semangat Vera menjawab, "Aku ke kantormu barusan. Niatnya sih mau ngajak kamu makan siang bersama. Soalnya ada restoran makanan seafood yang baru buka dekat kantorku. Dan ternyata kata Boss kamu, kamu sakit dan akhirnya dipulangkan sama suami kamu."

Soraya mengangguk dan membalas, "Oh, gitu. Ya, sekarang baru bangun. Aku sudah mendingan sedikit. Masih harus banyak istirahat. Masih dalam proses pemulihan."

"Sudah diperiksa dokter? Apa kata dokter?"

*DEGH!*

Soraya kaget. Bingung mau menjawab apa. Ia melirik sebentar pada Justin. Masih tidur di sofanya. Ia bukannya takut Justin marah karena kehamilannya terbongkar. Tapi masalahnya, Vera adalah orang yang gampang heboh dan berisik. Takutnya suara wanita itu terdengar oleh Justin, hingga membuat siluman serigala itu bangun dan marah pada Vera.

"Itu...anu..." Soraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ayolah, kasih tahu aku! Kamu sakit apa?" tanya Vera penuh harap.

"Ver...bukannya apa-apa. Cuman..."

"Apa sakitmu parah?"

"Nggak, nggak parah. Cuman, gimana, ya? Aku bingung mau kasih tahu gimana."

Vera menghela nafas sampai ke ponselnya dan berkata, "Soraya. Kita sudah kenal lama, lho! Keluarga Syifayana dan Grensonyse 'kan sudah dekat banget! Kita sudah satu SMA, satu kampus, dari dulu sampai kamu sederhana begini sejak jadi yatim-piatu. Ayolah! Nggak akan bocor, kok."

Tidak ada pilihan lain, Soraya akhirnya memberitahu.

"Aku...aku positif hamil..."

Benar saja. Vera langsung heboh di seberang sana, hingga Soraya nyaris melempar ponselnya karena kaget hebat.

"Apa?! Baru nikah 3 hari yang lalu sudah hamil lagi? Hebat! Kamu sama suami main malam pertamanya rajin amat! Aku aja yang baru setahun nikah, sampai sekarang belum berisi. Kamu mantap! Pasangan suami-istri yang serasi, Sobat!"

Hingga Justin terbangun dari tidurnya. Ia melirik ke arah Soraya yang sedang heboh dengan ponselnya karena suara Vera.

"Iya, begitulah, Ver," balas Soraya dengan senyum-senyum. Dan terlihat, Justin berjalan mendekatinya.

Setelah tenang lagi, Soraya mulai berbisik pada Vera lewat ponselnya, "Eh, Ver! Nanti lagi kita ngobrolnya, ya! Aku harus minum obat. Wassalamu'alaikum!"

*PICK!*

Hubungan telepon sudah diputus. Soraya kembali menatap tajam Justin dengan dinginnya. Meskipun tubuhnya masih sedikit sempoyongan jika berjalan.

Nampak dari tatapan matanya juga, Justin seperti tidak senang. Namun dengan sabar, Soraya menjelaskan semuanya.

"Itu sahabat lamaku dari keluarga Grensonyse, pemilik hotel itu. Dia sempat mau ajak makan siang bersama tadi, tapi aku sudah keburu dibawa kamu pulang karena pingsan. Dia cemas, dan menanyakan kondisiku."

"Terus? Kamu jawab apa?" Justin bertanya tajam.

"Aku jawab, kalau aku sudah hamil. Maaflah! Dia orangnya mau tahu. Dan dia itu gampang heboh orangnya."

"Kau beritahu identitas asliku padanya?"

"Tentu saja tidak! Itu mustahil! Mana percaya dia!"

"Oh! Ya sudah."

Justin keluar kamar begitu saja. Sementara Soraya ditinggal sendirian sambil berdiri. Lalu terduduk sebentar di kamar. Ia bisa merasakan kalau Justin marah padanya.

"Dia memang tidak ada hati sama sekali untukku. Dia mau memanfaatkan aku untuk bisa lahirkan penerusnya untuk menjatuhkan orang lain," gumam Soraya. Rasanya makin dingin untuk Justin nanti.

{Tambahan: Keluarga Grensonyse adalah keluarga terkaya kedua setelah keluarganya Soraya, Syifayana. Keluarga ini merupakan keturunan campuran antara Belanda dan Arab. Dimana ibunya Vera adalah asli dari Mekkah, dan ayahnya asli Amsterdam. Selain hotel, mereka juga punya perusahaan di beberapa negara di Timur Tengah, Mesir, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Portugis, dan Kanada.}