Dia Anaku

Tap.

Tap.

Tap.

Langkah kaki seseorang dan dibelangkangnya, dia berdiri didepan seseorang laki - laki tanganya yang diikat, laki - laki itu nengok keatas.

"Bre**sek lo Vin, mau lo apa hah?" maki Dani. Dia disekap dalam ruangan gelap dan tertutup.

Vindra jongkok didepan Dani "Lo mau tau, mau gue apa"

Vindra mengeluarkan pisau lipat, Dani kaget dia ketakutan. Tomy dan Revan dibelakang senyum mengejek.

"Lo lo mau apa?" takutnya.

"Memberi pelajaran" ujung pisau itu diarahkan kemuka Dani.

"Vin jangan Vin" takutnya. Lalu turun kemulutnya sedikit menekan Dani menjerit.

Aaaa...sedikit keluar darah.

"Vin gue mohon jangan" permintaanya tidak didengarkan, dengan senyum devilnya Vindra menurunkan pisaunya keleher.

"Kalau leher lo ini gue tujuk pasti lo tidak bisa bicara lagi" Dani menggeleng.

"Vin plis jangan lakukan" mohon Dani.

Dan Vindra menekan pisaunya perlahan keluar darah.

Aaaaak...

"Vin gue minta maaf atas kesalahan gue" agak terbata.

"Nggak ada gunanya permintaan maaf dari lo" dia tidak perduli terus menekan.

Aaaaak...semakin kencang triakan Dani

"Vin gimana dengan nyokap gue, kalau gue kenapa - napa kasihan nyokap gue gue anak satu - satunya" sambil terbata karena menahan sakit.

Vindra berhenti sejenak dia teringat ibunya.

"Oke kalau bukan karena nyokap gue, lo benar - benar habis ditangan gue" melipat kembali pisaunya.

"Gue beri lo kesempatan kalau mulutnya nggak bisa dijaga gue benar - benar merusak mulut dan pita suara lo" lalu Dani didorong agak kasar, dan Vindra pergi dari sana.

Dani bisa bernafas lega dia sangat ketakutan Vindra tidak pernah main - main dengan perkataanya.

.

.

.

.

Anggi keluar dari mini market saat dia menata barang - barang dia tidak sengaja melihat seorang gadis yang pernah dia tabrak.

Dia tersenyum akhirnya dia bertemu kembali sama orang yang dia tabrak bebarapa waktu lalu.

"Ini kembalianya terimakasih" ucap gadis itu. Dan pembeli itu pergi.

"Gorenganya dek" penjual gorengan itu menengok seperti pernah lihat.

"Kamu masih ingat saya?" tanya Anggi.

"Iya" nggak mungkin lupa lah sama wajah cantik tante ini, pikir dia.

"Maaf ya waktu itu aku belum sempat minta maaf kamu kabur duluan sih" dia senyum.

"Iya karena aku lagi buru - buru"

"Kenalkan aku Anggi, panggil aja aku tante" seyum dan berjabat tangan.

"Mm aku Alea"

"Kamu jualan gorengan" Alea memgangguk "Ada apa aja?"

"Ada mendoan, bakwan, tahu isi, risoles piscok" ucap Alea menunjukan satu persatu daganganya

"Berapaan?"

"200 an tante" Anggi mengeluarkan uang 50 ribuan.

"Campur ya"

"Wah diborong" Alea senyum bahagia gorenganya ada yang borong.

"Ini kamu yang buat?" tanya Anggi. Sambil mencoba bakwan.

"Ibu yang buat, aku cuma bantuin" sambil memasukan gorengangya kedalam kantong plastik.

"Enak"

"Terimakasih, ini gorenganya tante, sekali lagi terimakasih"

"Iya, aku tawarkan sesuatu mau"

"Apa itu tante?"

"Gimana kalau gorengmu ini dititip ketoko ku, jadi kamu tidak perlu keliling kayak gini"

"Emang nggak papa?"

"Iya, malah aku senang bawa aja ke Yavin Cake ya"

"Yavin Cake, itu kan toko roti yang enak itu, jadi tante pemiliknya" Anggi tersenyum dan menggangguk.

"Ya sudah aku pulang dulu, aku tunggu kedatangmu ya"

"Iya, pasti" Alea semangat.

......................

Saat ini Vindra sedang dicafe bersama Tomy dan Revan

"Masih sibuk tu anak" ucap Tomy membicarakan Bima.

"Masih aja pacaran sama Renata, Fitria juga dimbat juga, nggak takut apa ketauhan" timpal Revan.

"Dia mah nggak takut, yang kemaren aja terang - terangan menggoda cewek lain didepan Tari aja berani apa lagi ini"

"Bener juga, gila - gila" mereka nggak habis pikir teman yang satu itu.

Sedangkan Vindra hanya menyimak pembicaraan mereka kalau cewek dia sedikit pun tidak tertarik.

"Dia nggak lihat tu muka Dani yang ketakutan tadi, kenapa lo tadi bebasin Vin?" tanya Tomy.

"Iya gue belum puas tadi hhh"

"Kalian mau gantiin" kata Vindra dingin.

"Ya nggak lah" Revan menyentuh lehernya membayangkan lehernya yang ditusuk. Sedangkan Revan menelan salivanya.

"Vin, gue heran sama lo didunia ini apa nggak ada cewek yang bikin lo tertarik?" tanya Revan merubah topik pembicaraan.