Karna sebuah kesalah pahaman, Rinjani ChiMa Wardhana memilih memendam cintanya pada sosok Lintang yang seolah menjadi pelangi di hari harinya yang sempat mendung sebab pengkhianatan dari Sang mantan kekasihnya yang dulu..
Lintang yang tak tahu apa-apa dan mendadak di jauhi pun akhirnya menjatuhkan pilihan pada gadis itu.
"Jujur sama Lilin, atau masuk Neraka?"
***********
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, empat bulan?
Tidak, 5 tahun berlalu begitu saja tanpa ada kabar antara Lintang dan Rinjani. Selama itu pula keduanya berpisah dan tak pernah bertemu lagi di tengah aktifitas masing-masing mulai dari padatnya jadwal kuliah hingga sekarang sibuk dengan segudang pekerjaan di perusahaan orang tua mereka.
Jangan tanyakan sebesar apa rindu yang mereka rasakan, sebab cinta yang baru tumbuh harus di pupuk dengan kesabaran serta harapan hingga semua akan indah pada waktunya andai saja mereka berjodoh nanti.
"Sudah semua?" tanya Lintang pada sekertarisnya yang mengangguk seraya tersenyum.
Jabatan Direktur langsung tersemat pada nama Si bungsu Lee Rahardian yang kian hari kian tampan, namun tetap tak tersentuh sama sekali oleh siapapun termasuk oleh Citra.
Dirasa semua pekerjaan sudah selesai, kini mereka pun siap untuk pulang tapi tidak kerumah masing-masing.
"Coba kamu tanya Bubun, udah sampe Resto belum," titah Lintang yang jika sudah di luar kantor, Citra tak lagi menjadi sekertarisnya.
"Ya ampun Lin, padahal kan kamu anaknya," sahut Citra dengan gelengan kepala pelan.
"Kan Bubun maunya ketemu kamu, bukan aku," balas Lintang sambil mencebikkan bibirnya.
Ya, Embun memang ingin bertemu dengan Citra tapi ia meminta Lintang untuk mengantarnya. Citra sudah di anggap putrinya sendiri sebab anak dari salah satu sahabatnya saat kuliah dulu, Shena.
"Iya deh iya," sahut Citra yang terus mengalah dan menuruti semua mau pria yang namanya sudah tersemat sejak awal mereka bertemu.
Lagipula, siapa juga yang tak suka dengan Lintang jangankan seorang gadis, karna buktinya emak-emak pun ingin membungkus pria itu untuk di bawa pulang.
.
.
.
"Disini mulu!" cetus Lintang kesal, ia kadang benci tempat yang saat ini ia kunjungi sebab ada kenangan indah bersama gadis masa lalunya.
"Makanannya enak, Lin."
"Tapi hati akunya yang gak enak!" timpalnya lagi yang lalu turun dari mobil.
Ada perasaan aneh yang menjalar dihati Citra dengan sikap Lintang yang sering uring uringan saat kemari, tapi ia tak berani bertanya apapun karna akan memperburuk mood pria itu saja nantinya.
Keduanya jalan bersama menuju salah satu area privat room yang sudah di pesan oleh Nyonya besar Lee sembari di antar salah satu pelayan.
"Terimakasih," ucap Citra ramah seperti biasanya.
Lintang yang masuk lebih dulu langsung di sambut senyuman oleh bubun nya tapi sayang Si bungsui tetap merengut.
"Lilin pulang ya, Bun."
"Eh, kok baru sampe udah pulang aja," sahut Bubun yang pastinya tak mengizinkan hal tersebut.
"Terus Lilin mau ngapain? dengerin kalian ngobrol?" tanyanya kesal karna hal itu tentu sangat membosankan.
"Jangan kaya gitu, Bubun sengaja kan suruh Lilin datang kemari sama Citra karna ada yang ingin kami bicarakan dengan kalian," jelas wanita yang selalu tampil cantik dan sudah kaya raya sebelum Phiu dan Mhiunya bertemu.
"Kami?" tanya Lintang dan Citra berbarengan dan itu malah membuat Bubun tertawa.
"Fix lah, ini sih jodoh" bathin Bubun senang.
"Maksud nya kami disini itu, nanti ada ayahnya Lintang dan Citra yang akan ikut bicara dengan kita di sini, jadi Lilin tak perlu khawatir laki-laki sendiri, Ok," sahut Shena yang masih berteman baik di banding Rista yang kini entah kemana.
"Memang kalian mau ngomongin apa?" tanya Lintang penasaran.
.
.
.
Pertunangan kalian...
Ngegantung ini,
sok atuh di tunggu lanjutannya tth otor..
lilin koq jd gemoyyy