Mila terjebak oleh keadaan. Ia terpaksa harus sabar mendengar cacian dari Angga. Angga sangat membenci Mila. Karena menurut Angga, Mila adalah wanita miskin, rendahan yang hanya ingin menikmati kekayaan keluarganya.
Mila juga sangat membenci Angga semenjak kejadian yang menimpa dirinya bersama Angga. Angga adalah satu-satunya orang yang tidak ingin Mila temui lagi di dunia ini tapi, takdir berkata lain. Dimana pun Mila berada pasti ada Angga.
Walaupun keduanya saling bermusuhan, tapi mereka tidak menyadari bahwa setiap hari mereka saling bertemu dan bersama. Kapankah benih-benih cinta akan tumbuh di hati mereka?
Baca kisah Mila dan Angga hanya di Novel toon dengan judul Menikah dengan Mr. Arogan.
Jangan lupa like dan share nya ya.... Terima kasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Mawarni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Sebuah Bukti
Flashback on.
Sesaat Mila telah pergi dari sekolah itu, Angga datang ke tempat Mes-nya. Lalu, pikirannya terlintas tentang kejadian malam tadi. Pada saat itu, Angga masih berpikir jika Mila lah yang ingin menusuknya.
Kemudian, ia sadar jika tidak sepantasnya Mila mendapatkan belas kasihannya. Ia berjalan untuk balik ke kantornya. Tapi, tidak bisa di pungkiri pikirannya masih terpaut dengan apa yang telah Mila ungkapkan padanya.
Setelah beberapa jam ia duduk di bangkunya, Angga mulai heran dengan tingkah laku Sofia yang terus mondar-mandir di depan kantornya. Ia pun berdiri sambil memanggil Sofia untuk masuk ke kantor dan menanyakan perihal yang membuatnya tampak kebingungan.
“Ma.. Maaf Pak sebelumnya. I.. Ini...”, dengan tangan yang gemetaran Sofia memberikan Hp-nya kepada Angga.
Angga menatap Sofia yang terlihat ketakutan, tapi tangannya tetap mengambil Hp itu. Angga melihat itu adalah sebuah Video. Lalu, ia menekan tombol play dan mulai melihat isi Video itu.
Mata Angga begitu terpaku pada video itu dan semakin lama tubuhnya semakin lemas dan berakhir terduduk di kursinya. Ya, yang dilihatnya adalah video di mana ia sedang mabuk dan datang menemui Mila malam tadi. Semua sudah jelas, bukan Mila yang ingin membunuhnya tapi Angga lah yang ingin membunuh Mila atau lebih tepatnya ingin menghacurkan Mila.
“I... Ini aku?”, ucap Angga gemetaran.
Ia seperti tidak percaya telah melakukan hal sekeji itu kepada seorang wanita. Ia baru sadar jika dirinya memang tidak cocok untuk mabuk-mabukkan. Hal itu telah berulang kali menyakiti seseorang dan orang itu adalah seorang wanita.
“I.. Iya Pak. Awalnya saya juga tidak percaya jika itu adalah Pak Angga”, jawab Sofia yang masih tergagap.
Angga mengusap wajahnya dengan kasar sambil berteriak sekuatnya. Setelah itu ia sandarkan badannya lagi ke kursi. Kali ini ia benar-benar merasa bersalah. Sudah berapa kali ia menghancurkan hati Mila. Tapi wanita itu tetap diam saja tanpa meminta pertanggungjawaban dari dirinya. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Reina jika, Mila adalah wanita baik-baik.
“Sekarang, kamu bereskan semua kamera dan penyadap suara di rumah itu! Dan hapus semua video tentang Mila”, perintah Angga tegas sambil memberikan HP itu kepada Sofia.
Sofia menganggukan kepalanya dan langsung mengerjakan apa yang di perintahkan Angga. Ya, Sofia adalah tangan kanan Angga di sekolah itu. Ia meminta Sofia untuk menerima Mila menjadi tim pengajar di sekolah itu begitu ia melihat Mila masuk ke sekolah untuk tes wawancara. Angga juga menyuruh Sofia untuk menyetujui jika Mila menginginkan tugas di mes mereka. Dan dengan begitu Angga menugaskan Sofia untuk memasang sebuah kamera kecil di setiap penjuru rumah itu termasuk kamarnya dan juga penyadap suara. Angga sungguh yakin jika Mila akan merencanakan sesuatu yang jahat pada saat itu. Ia juga menugaskan Sofia untuk melihat video dari kamera yang tersambung ke Hp-nya itu setiap saat.
Flashback off.
Mila dan Angga tidak langsung pulang saat setelah makan malam. Angga mengajak Mila untuk berjalan-jalan sebentar di trotoar jalanan kota. Dan Mila pun menyetujuinya.
Saat itu, Angga teringat tentang dirinya yang telah melecehkan Mila. Beberapa kali ia memandang wajah Mila. Ia cukup takut untuk memulainya. Mila tahu jika Angga terus memperhatikannya namun, ia hanya bisa bisa melihat ke depan dan tidak memperdulikan Angga.
“Mil, apakah kamu takut padaku?”, tanya Angga pelan.
Mila tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Karena pertanyaan Angga itu langsung mengingatkan ia pada apa yang telah di lakukan Angga terhadapnya. Kalau dibilang takut, sudah jelas Mila sangat takut. Dan sebenarnya ia tidak ingin mempercayai Angga sedikit pun.
“Wanita lemah sepertiku sudah seharusnya takut padamu”, jawab Mila yang masih enggan melihat wajah Angga.
Angga pun tertunduk. Ia pun tidak bisa bilang apa-apa lagi. Memang patut jika Mila takut kepadanya.
“Reina pernah cerita. Katanya aku ini sebelumnya tidak arogan seperti ini. Tapi, semenjak kejadian itu, sifat dan emosionalku berubah drastis”, ucap Angga yang tengah mengingat apa yang dikatakan adiknya.
“Kejadian itu? Kejadian apa?”, tanya Mila yang penasaran.
“Sebenarnya aku juga tidak ingat. Ini hanya apa yang Reina ceritakan padaku. Jadi, saat SMA aku pernah mengalami cedera di bagian kepala belakang dan itu membuatku tidak mengingat kejadian sebelumnya. Dengan kata lain aku mengidap Amnesia. Namun, aku mengingat jika Mama, Papa dan Reina adalah keluargaku”, lanjut Angga.
“Lalu, apa Mila tidak cerita bagaimana kakak sampai terluka?” tanya Mila lagi.
Angga menggelengkan kepalanya, “Tidak ada yang tahu. Mereka hanya tahu jika kakak sudah berada di rumah sakit dalam keadaan kritis. Dan begitu juga dengan polisi mereka tidak menemukan bukti apapun di tempat kejadian”.
Mila mencerna apa yang telah dikatakan oleh Angga. Tapi, apakah cerita Angga itu bisa di percaya? Atau jangan-jangan hanya ingin membuat dirinya merasa kasihan pada Angga. Mila pun berpikir akan menanyakannya lagi pada Reina nanti.
“Kakak yakin, kamu tidak percaya dengan apa yang kakak bilang. Kamu bisa tanya pada Reina nanti”.
“Terus, aku masih penasaran kenapa kakak masih bersikeras untuk bertanggungjawab padaku? Bukannya kakak takut aku meminta itu sebelumnya?”
“Sebelum kakak sadar jika kamu adalah wanita baik-baik”.
“Tapi, aku sudah mengatakan jika aku tidak membutuhkan pertanggungjawaban kakak. Aku bisa hidup mandiri”.
“Setidaknya bantulah kakak untuk menjadi pria sejati”.
Mila diam. Ia tidak tahu lagi untuk mengatakan apa. Lalu, ia teringat pada Tasya. Ya, mungkin ini saatnya bagi Mila untuk memberitahukan apa yang telah ia lihat. Lagi pula Tasya adalah wanita yang namanya masih tertulis di hati Angga.
Mila memanggil
“Oh ya, tadi siang saat aku keluar, aku bertemu dengan Tasya. Sepertinya dia jalan dengan suaminya. Tapi, yang aku lihat Tasya itu seperti....” ucap Mila lalu di potong dengan Angga.
“Pasti kamu tahu dari Reina ya? Hah, untuk saat ini aku nggak ingin mendengar namanya atau pun kisah kehidupannya. Aku akan melupakannya dan memulai awalan baru denganmu”, sela Angga.
“Ha? Denganku?”, ucap Mila terkejut.
Angga menganggukkan kepalanya. Ia lalu mencoba untuk memegang tangan Mila. Namun, Mila menjauhkan tangannya dari Angga. Rasanya ia masih takut untuk bersentuhan dengan Angga. Bisa saja Angga menariknya dengan paksa lagi seperti dahulu. Itu yang ada di pikiran Mila.
Lalu Mila berbalik arah dengan mengatakan ia ingin pulang dengan suara lirihnya. Langkahnya begitu cepat untuk sampai ke parkiran. Sedangkan Angga masih berdiam diri menatap nanar pada Mila. Angga harus paham jika tidak mudah bagi Mila untuk mempercayainya lagi.
***