Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Lima menit kemudian Fadli kembali lagi ke meja mereka membawa nampan dibantu dengan penjaga kantin. Tidak mungkin Fadli membawa semua makanan di tangannya karena tidak cukup. Makan pun sudah disajikan ke atas meja.
"Fadli mana?" ucap Adel dengan menengadahkan tangannya ke depan Fadli. Fadli yang tidak tahu apa-apa pun hanya melongo seperti orang bodoh.
"Apaan sih? kamu minta apa perasaan makanan juga udah ada di depan kamu."
"Ih aku minta undangan, mana undangan pernikahannya masa kamu dan Nindya udah tahu masa aku belum tahu sama sekali sih? enggak adil banget" ucap Adel sambil mengerucutkan bibirnya.
"Oh iya aku lupa mau kasih undangan ini ke kamu, tunggu sebentar" Fadli mengambil undangan yang dia lipat dan masukkan ke dalam saku celananya. Undangan pun keluar dari saku celana Fadli dengan keadaan terlipat-lipat dan kusut.
"Nih undangannya, setelah kamu baca siapa pasangan pengantinnya pasti kamu akan kaget" Fadli memberikan undangan itu ke Adel.
"Apa-apaan ini, kenapa undangannya jadi jelek begini? kenapa kamu lipat-lipat sih undangannya" ucap Adel.
"Ya gimana tadi kalau undangannya tidak dilipat susah banget dibawa dan dimasukkan kedalam kantong jadi ya aku lipat saja agar lebih mudah masuk ke kantong" ucap Fadli enteng.
"Kamu itu, kalau undangannya enggak estetik kan enggak enak di baca."
"Udah enggak usah banyak protes lebih baik kamu baca saja dan aku jamin kamu bakal kaget."
Adel pun membuka lipatan undangan dan perlahan mulai membaca nama kedua mempelai yang akan menikah. Setelah membaca nama kedua calon mempelai ekspresi wajah Adel tidak jauh dari ekspresi Fadli tadi.
"Undangan ini beneran kan? Kalian berdua tidak sekongkol membohongiku kan?" ucap Adel tidak percaya.
"Tentu saja tidak bohong, lagian kurang kerjaan banget kita buat undangan dan hanya memberikan ke kamu" ucap Fadli.
"Nindya apa benar yang dikatakan oleh Fadli bahwa ini tidak bohong?" Adel bertanya kembali kepada Nindya untuk memastikan bahwa undangan yang diberikan kepadanya tidak bohong.
"Benar, nama yang tertera dalam undangan benar kita tidak bohong sama sekali sama kamu."
"Astaga bagaimana bisa kamu menikah dengan mm..." Nindya dengan sigap membungkam mulut Adel sebelum berbicara dan membuat semua orang tahu tentang hal ini.
"Shutt...jangan bicara terlalu keras aku enggak mau kalau fans pak Kai tahu tentang hal ini dan mengeroyok aku saat ini juga" ucap Nindya sedikit berbisik.
"Kamu jangan keras-keras ya kalau mau ngomong tentang hal ini" ucap Nindya memperingatkan, Adel mengangguk-anggukkan kepalanya. Nindya pun melepaskan bungkaman pada mulut Adel.
"Kamu harus ceritain ini semua sih sama aku dengan jelas dan teliti, bagaimana bisa kamu tiba-tiba mau nikah sama pak Kai" ucap Adel menuntut.
"Aku bisa menikah dengan pak Kai itu karena tantangan yang kamu berikan pada waktu itu, karena pesan itu saat ini aku harus menikah dengan pak Kai."
"Loh tapikan saat itu kamu ngirim pesan kepada Kairo teman SMP kamu kok bisa ke pak Kai?" tanya Adel.
"Waktu itu aku enggak ngecek dua kali kalau itu nomor pak Kai atau Kairo karena aku kira nomor satu orang yang sama jadi ya aku dengan pedenya mengirimkan pesan itu ternyata malah aku ngirim pesan itu ke nomor pak Kai yang mana sekarang malah aku terkena imbasnya."
"Tapi ya enggak papa sih Nin, dengan begitu kamu bisa mendapatkan seorang Kaivan yang sangat tampan dan mapan jadi kedepannya kamu enggak perlu bingung besok mau makan apa, kalau sama pak Kai kamu tinggal pilih mau makan apa dan kalau belanja enggak usah lihat harga lagi. Behh nikmatnya hidupmu kalau bisa begitu Nin" ucap Adel dengan girang.
"Tapi yang aku bingung kenapa pak Kai bisa setuju begitu saja menikah denganmu sedangkan dia tidak pernah menyentuhmu Nin?" tanya Fadli.
"Yang aku tahu saat pesanku terkirim ke teleponnya pak Kai ada keluarganya lihat dan tidak menunggu lama besoknya keluarga dekat pak Kai datang semua ke rumahku untuk melamar."
"Astaga keluarga pak Kai langsung gerak cepat banget ya, terus kamu jelasin enggak sama mereka kalau kamu enggak hamil?" tanya Adel ingin tahu.
"Aku sudah jelaskan pada semua orang, pak Kai pun juga berusaha menjelaskan tapi ya tidak ada yang mau mendengarkan bahkan aku juga menjalani pemeriksaan tapi ya laporannya tertukar dengan orang lain dan menyatakan laporannya bahwa aku hamil."
"Tapi ya memang sepertinya tuhan ingin kalian berdua menikah, buktinya saat kamu dan pak Kai berusaha menggagalkan pernikahan kalian tapi malah rencana pernikahan kalian terus berjalan bahkan tinggal hitungan hari" ucap Adel.
"Wah jadi sebentar lagi kamu akan menjadi nyonya Pramuja?" ucap Fadli.
"Ya kalau Nindya nikah sama pak Kai otomatis Nindya ya jadi keluarga Pramuja, keluarga kaya raya" ucap Adel sambil tersenyum senang.
"Tapi sebenarnya aku kurang suka sih nikah sama pak Kai" ucap Nindya lesu.
"Pasti nanti dengan berjalannya waktu kamu akan suka dengan pak Kai secarakan pak Kai ganteng banget pasti kamu akan meleleh nantinya" ucap Adel.
"Kalau masalah ganteng aku juga ganteng loh, gimana Nindya selama ini hatimu ada rasa suka tidak denganku?" tanya Fadli menaik turunkan alisnya, seketika Adel yang berada di samping Fadli langsung menampol lengan Fadli keras.
"Ganteng dari mana? tampang kamu loh hanya pas-pasan jadi enggak mungkin dong kalau Nindya ada rasa suka sama kamu" cibir Adel.
"Aku enggak tanya kamu ya, aku tanya sama Nindya. Gimana Nindya kamu enggak ada rasa suka sama sekali denganku?"
"Aku selama ini hanya menganggap kamu sebatas sahabat dekat saja jadi enggak mungkin dong aku suka sama kamu" ucap Nindya.
"Hahaha...dengarkan apa yang dikatakan oleh Nindya? Dia enggak suka sama kamu, Nindya menanggap kamu hanya sebatas sahabat saja" ucap Adel sambil tertawa di atas kesedihan Fadli.
"Tidak papa Nindya aku bisa terima itu karena aku juga enggak mau persahabatan kita ini hancur begitu saja, tapi aku bersyukur karena aku sudah mengungkapkan perasaan sukaku sama kamu dengan begitu aku sudah lega sekali."
"Astaga ucapan kamu itu adalah ungkapan cinta pada Nindya?" tanya Adel tidak percaya.
"Iya, kamu malah tertawa begitu diatas penderitaanku."
"Ya maaf aku enggak tahu, aku kira kamu hanya bercanda saja" ucap Adel.
"Maaf ya Fadli aku enggak bisa nerima pernyataan cintamu" ucap Nindya dengan menampilkan raut wajah tidak enak.
Melihat Nindya yang merasa sangat bersalah pun merangkul tubuh Nindya. "Tidak papa Nindya" ucap Fadli menenangkan.
Ekhmm....(suara deheman)
Sontak semua tiga orang itu pun melihat ke asal suara. Tidak hanya tiga orang itu tapi semua orang seisi kantin membelalakkan mata.