Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Menantang Maut
Setelah dari ruangan Pak Theo, karena bel yang sudah berbunyi dengan cepat Eva menuju ruangan kelasnya. Sedikit berlari namun pasti.
Sesampainya di kelas, Eva pun langsung menuju tempat duduknya. Syukurlah disaat dia baru datang guru yang mengajar belum berada di kelas.
"Va! Kok lama banget dipanggil kepala sekolah?" Tanya Grace sahabat Eva yang memang memiliki tingkat penasaran yang tinggi. Sementara Mitha hanya menyimak dengan anteng.
Tak langsung menyahuti pertanyaan Grace, Eva pun memilih mengeluarkan buku-buku pelajaran yang masih tersimpan di tasnya.
"Aku dipanggil kepala sekolah buat mewakili sekolah kita olimpiade di Kota B." Ujar Eva.
Mitha pun menyoroti gerak gerik Eva, memang Mitha sangat teliti dalam menilai seseorang. Bahkan dia akan tahu kalau seseorang berbohong hanya lewat respon tubuh atau gerakan mata dari lawan bicaranya.
"Yakin ngomongin olimpiade itu aja? Kalau gitu kenapa lama?" Selidik Mitha.
Eva pun tersenyum masam, memang akan agak sulit menyembunyikan sesuatu kepada sahabatnya satu ini.
"Yah, setelah selesai dari ruang kepala sekolah memang ada sedikit masalah. Udah ah jangan dibahas." Terang Eva.
Mitha dan Grace pun paham, jika saat ini sahabatnya Eva sedang tidak ingin membicarakan hal yang membuatnya jengkel. Namun, suatu hari pasti dia akan menceritakannya juga.
Tak lama Bu guru yang mengajar pelajaran Sejarah pun datang, lalu menjelaskan materi yang akan dipelajari.
*
*
*
Waktupun sudah menunjukkan pukul tiga sore, yang artinya sudah saatnya jam pulang sekolah. Seperti siswi biasanya Eva juga akan pulang.
Namun, perasaannya sedikit aneh, dia merasa aman ketika pulang sekolah padahal biasanya pasti akan mendapatkan gangguan dari Indah dan juga Siska.
Disaat Eva sudah akan mencapai pintu gerbang sekolah, tiba-tiba sebuah motor sport mahal Honda CBR250RR berwarna merah berhenti tepat di depan Eva. Sontak hal itu membuat Eva terkejut.
Seseorang itu mematikan mesin motornya lalu membuka kaca helmnya. "Va, naik yuk! Gue anter." Ajaknya.
"Yo-yoga?!" Ucap Eva kaget.
Ya, orang yang mengajak Eva pulang saat ini adalah Yoga sang ketua OSIS.
"Woi! Jangan bengong entar kesambet loh. Buruan gih!" Yoga tak sabaran.
"Eh, gak apa-apa kok, aku bisa naik bus aja. Lagian aku takut ngerepotin plus takut jadi bahan amukan satu sekolah." Sahut Eva.
"Udah naik aja, atau gue angkat lo duduk?" Ucap Yoga seakan tak mau dibantah.
Dengan terpaksa Eva pun naik ke atas motor sport tersebut lalu, pergi meninggalkan sekolah. Tanpa dia tahu sepasang mata menatap interaksi mereka berdua dengan tatapan tidak suka.
*
Diperjalanan Eva sama sekali tidak merasa aman dan tenang berboncengan dengan Yoga. Bagaimana tidak, Yoga mengendarai motornya sama persis seperti seorang pembalap yang sedang balapan di sirkuit.
Eva sendiri menahan tubuhnya agar tidak jatuh hanya dengan berpegangan dengan bahu Yoga sambil sesekali merapalkan doa di dalam hatinya. Berboncengan dengan Yoga serasa menantang maut baginya.
"Ya tuhan, aku pasrahkan semuanya kepadamu, kepada penguasa langit dan bumi. Tolong lindungilah hambamu ini." Batin Eva berdoa.
Yoga pun melirik ke kaca spion, dilihatnya Eva menutup erat kedua matanya erat. Dengan cepat Yoga menuntun tangan kiri Eva ke pinggangnya begitu juga tangan kanannya. Sehingga jika dilihat saat ini mereka sudah seperti sepasang orang pacaran yang saling berpelukan.
Eva pun memeluk tubuh Yoga tak kalah eratnya. Itu membuat senyum tipis terbit di bibir laki-laki berumur 17 tahun tersebut. Sementara Eva, jantungnya tak berhenti berdisko ria.
Tak terasa setelah memakan waktu selama beberapa menit, akhirnya mereka pun sampai di tempat Eva bekerja, karena Eva bersikeras agar yoga mengantarnya ke sana.
Bersambung…….