NovelToon NovelToon
Soraya

Soraya

Status: sedang berlangsung
Genre:Manusia Serigala / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Anak Yatim Piatu / Persaingan Mafia / Gangster
Popularitas:388
Nilai: 5
Nama Author: Soraya Shifa Muna

Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.

Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.

Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.

Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34 : Perempuan Baja

Masih di rumah kaca, Soraya mencabut perlahan mahkota bunga kesidang dan anggrek bulan itu. Kemudian, ia selipkan di telinganya yang tertutup kerudung panjang itu. Bunga kesidang di telinga kanan, sedangkan anggrek bulannya di sebelah kiri.

Wanita itu tunjukkan pada Justin, dengan bertanya, "Lihat! Apa aku cantik?"

Justin terkejut sedikit. Bukan karena dia marah. Tapi ini karena tak bisa berkata-kata. Jantungnya berdetak kencang dan cepat. Entah apa yang harus ia ucapkan. Namun sejujurnya, Soraya sungguh cantik dengan menyelipkan dua bunga itu di atas telinganya.

"Ka...kamu..." ucapannya tergagap dan terputus.

Senyuman Soraya memudar perlahan. Ia mengira Justin akan marah karena bunganya di cabut tanpa seizinnya. Tapi akhirnya, Justin mengakui.

"Kamu...sangat. Sangat cantik..."

Senyum ceria istrinya terbit lagi. Segera Justin ia peluk erat. Justin sedikit terkejut lagi. Tak menyangka istrinya benar-benar bisa seperti ini. Biasanya ia nampak sangat membenci Justin.

Namun, Justin membalas pelukan itu. Turut bahagia melihat Soraya sebahagia ini.

...***...

Besoknya, di kantor...

Kembali lagi ke pekerjaannya sebagai sekretaris Hugh. Sudah berjam-jam duduk dengan buku, komputer, serta alat tulis yang jadi temannya.

Hugh memperhatikan terus sekretarisnya dengan detail. Ia yakin pasti ada banyak sekali rahasia tersembunyi di balik gadis ini. Cantik, muda, kuat iman dan agamanya, namun seperti banyak rahasia dan misterinya.

Dibiarkan kembali Soraya bekerja, Hugh menuju ke halaman belakang kantor. Di sana, adalah tempat latihan untuk tim mafianya. Latihan untuk menjadi lebih tangguh dan kuat lagi dalam menghadapi musuh di lapangan.

Terlihat tangan kanannya sedang berlatih menembak. Dengan senapan andalannya, Carson menutup kedua mata dengan kain. Lalu menembak pada papan target untuk isyarat target tembaknya dalam latihan.

*DOOOR!*

Suara tembaknya menggema keras di tempat berupa basement tersebut. Selama senapan masih terisi peluru yang banyak, tentu pistol dan senapan tidak akan diisi peluru lagi karena berkurang, dikeluarkan untuk latihan.

Konsentrasi penuh, mengendus target yang kuat, dan penglihatan yang mendeteksi tajam meskipun kedua matanya ditutup rapat.

*DOR-DOR-DOR!!!*

Suara tembakan keras bertubi-tubi terdengar menggema di telinga Hugh. Semakin bangga pada asisten pribadinya sekaligus tangan kanan yang satu ini.

"Kau sudah mantap, Carson!" seru Hugh memuji. Kemudian bertepuk tangan sambil tersenyum.

Tahu suara Boss-nya terdengar, Carson berhenti latihan. Ia membuka kain penutup matanya. Tersenyum sebagai rasa terima kasih atas pujian barusan.

Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari pintu basement tersebut yang berkata, "Hah! Itu masih belum seberapa. Harusnya tembakan dengan pistol kecil dariku yang paling kelas kakap."

Dari suara familiar arogan ini, keduanya bisa tahu ini siapa. Benar saja, ini adalah Justin. Musuh bebuyutan karena perebutan kekuasaan dan ditambah wanita. Apalagi sekarang ketiganya ayah 3 bayi yang dikandung Soraya.

"Nampaknya ada yang meremehkan orang lain. Tanpa melihat dulu masa lalu kita yang penuh arti. Tapi sekarang hancur," balas Hugh dengan seringainya.

Justin tak mau kalah. Ia berjalan masuk, mendekati keduanya. Justin mengeluarkan pistol dan menembak ke papan target. Hingga...

*DOOOOR!!!*

Tembakannya paling ampuh, cepat, dan tepat sasaran. Lebih menggema dari tembakan keras Carson barusan. Justin dengan wajah arogan meniupkan asap di lubang pistolnya.

"Sombong! Tembakan seperti itu sudah umum," ucap Hugh menyilangkan tangan di dadanya.

"Kau tahu, 'kan?! Bagaimana tembakanku dari ayah dulu?!" balas Justin dengan senyum sombongnya.

Di ruang kerja, Soraya mendengar tembakan yang keras dari Justin. Sementara dari Carson sedang-sedang saja. Padahal menggunakan senapan, yang harusnya lebih keras.

"Sepertinya, sedang ada penembakan. Aku mau tahu dimana," gumamnya. Kemudian meninggalkan meja kerja.

...***...

Justin dengan senyum jahat arogannya di mimik mukanya juga, mulai berkata sambil mengelus pistol itu. Ia berkata, "Kita taruhan. Jika kena sasaran paling tepat dengan tembakan paling keras, maka dia yang menang untuk menemui Soraya hari ini."

"Taruhan? Kau mengajak judi tembak?!" Hugh mulai emosi. Sementara Carson diam dengan wajahnya yang menahan amarah.

"Judi balasannya uang. Tapi ini taruhan biasa. Tidak berniat judi. Dia wanita suci, bukan? Apalagi, dia hamil anakku juga. Jadi, bagaimana? Setuju?"

"Boss tentunya bukan berarti takut. Tapi ini sama dengan perjudian, Justin!" Carson membentak.

"Terserah kalian mau sebut ini judi atau apa. Intinya, kalian mau atau tidak?"

Carson dan Hugh saling beradu pandang. Berpikir. Sampai akhirnya, mereka sepakat mau. Yang menang, maka dialah yang bisa menemui Soraya di waktu kerjanya ini.

Sampai pada akhirnya, orang yang mereka duga datang.

"Aku boleh ikut?" tanya Soraya dengan santainya.

Hugh, Carson, dan Justin merasa tidak nyaman jika Soraya ikut. Walaupun perut hamilnya masih sangat kecil, namun ketiganya sangat was-was jika wanita ini tetap ikut. Lagipula, wanita seperti Soraya tidak mungkin tahu dunia tembak mati dari mafia ini.

"Kau tidak bisa ikut! Ini berbahaya untuk wanita sepertimu, jadi..." ucapan Carson terpotong oleh Soraya.

"Tidak. Aku tetap akan ikut!"

Justin tak tega memarahinya, karena wanita hamil seperti dirinya ikut aksi tembak-menembak seperti ini. Akhirnya, sebagai suami ia izinkan.

"Tapi hati-hati, ya! Kamu memegang senjata api. Bisa meledak jika salah pakai," ujar Justin mengingatkan.

Soraya tersenyum dan menjawab, "Siap! Aku akan berhati-hati."

Soraya penuh fokus ke papan target tembak itu. Walaupun sebenarnya sedikit bergetar tangannya, tapi ia mencoba untuk tetap membuktikan bahwa ia juga bisa. Meskipun sebagai seorang wanita.

Dan akhirnya...

*DOOOR!!!*

Tepat sasaran! Soraya bisa menembak dengan pistolnya Justin. Hugh, Carson, dan Justin melihat tak percaya. Mereka sampai menganga. Dennis yang melihat dari belakang setelah berlatih tinju dan boxing, juga ikut-ikutan menganga.

"Luar biasa..." Justin terbata-bata, saking tak percayanya.

"Dan... bagaimana...bisa...kamu..." Hugh juga terbata-bata.

"Itu tembakan keras termantap yang belum pernah aku lihat," ucap Carson.

Soraya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Raut wajahnya biasa saja. Lalu ia bertanya, "Apa ada panah?"

Hugh mengangguk. Ia memerintahkan kepada Carson dan Dennis untuk mengambilkan tas kayu untuk tempatnya banyak anak panah, serta busur di sebelah tas kayu itu.

"Kau bisa memanah juga?" tanya Dennis sedikit tidak percaya.

Soraya mengangguk kecil dan mulai mengambil busur serta sebatang anak panah.

Kembali, fokus ke tengah-tengah titip papan target. Soraya menarik tali busur dan anak panahnya perlahan-lahan, mempersiapkan kuda-kuda kaki sedikit, lalu melepaskan tembakan anak panah itu.

Lagi. Tepat pada sasaran. Soraya lagi-lagi membuat 4 pria tampan manusia serigala itu menganga terheran-heran. Soraya mengambil sekitar 10 anak panah, lalu menembaknya ke papan target.

Tepat sasaran lagi. Hingga terjadi salah satu anak panahnya yang membengkok. Bahkan ada yang sampai patah jadi dua.

Soraya mengembalikan busurnya, dan berterima kasih. Ia pun kembali masuk ke kantor.

Keempat pria itu terdiam melihat Soraya yang sudah berjalan membelakanginya.

"Jadi, bagaimana taruhan kita?" tanya Hugh.

"Kita...batalkan saja..." jawab Justin.

...***...

Malam harinya, Justin bertanya bagaimana Soraya bisa mempunyai kemampuan bela diri dengan senjata seperti itu. Dan Soraya menjelaskan, bahwa ia belajar dari Balai Seni Violetta Center itu.

Justin hanya mengangguk paham. Istrinya mulai tertidur pulas. Justin tersenyum kecil, dengan rasa bangga. Merasakan kalau selama ini ia mengira Soraya adalah gadis lugu-polos dan sedikit dingin. Tapi ternyata tangguh.

Sampai ia kepikiran ucapannya Hugh tadi siang sebelum Justin pulang duluan. Hugh bilang, "Dia ternyata perempuan baja. Tidak disangka-sangka."

{Tambahan: Kelebihannya Carson salah satunya adalah ia punya indra penglihatan dan daya ingat yang paling kuat di antara yang lain. Tapi kalau mengendus bau atau aroma, Justin dan Hugh yang punya kelebihan ini. Soraya mempunyai kelebihan bisa mendeteksi sesuatu yang akan terjadi di waktu dekat. Firasatnya sering tepat terjadi. Dan Dennis punya indra pendengaran yang paling kuat.}

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!