Lelah selalu dimanfaatkan sang ayah, hingga akhirnya Bella memutuskan rantai keuangan ayahnya dengan menyerahkan kesuciannya pada sang sahabat. Leo Respati, adalah pria beruntung itu yang mendapatkan keperawanan Bella.
Tapi Leo bukanlah pria biasa, Ia selalu bertanggung jawab atas Bella setelahnya. Bahkan Leo berjanji akan selalu melindungi Bella bahkan dengan nyawanya sendiri.
Bagaimana Bella, jika tahu Leo adalah anak seorang Mafia? Apalagi saat Leo bertanggung jawab meneruskan bisnis hitam orang tuanya selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna Surliandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surprizeeee!
Hari demi hari memang terasa singkat dan monoton bagi Bella. Dari bangun tidur, kerja, pulang, dan seperti itu lagi seperti biasa. Kadang Ia merasa perlu warna untuk hidupnya, namun Ia sadar jika untuk mencari warna itu tak mudah. Apalagi saat Ia sadar isi kantong dan dompetnya saat ini tak akan cukup untuk memenuhi keinginannya.
Beberapa hari ini saja Ia merasa sangat hemat karena Leo yang menanggung hidupnya dari makan bahkan pakaian.
"Le, ayo..." desak Bella saat sudah waktunya untuk kembali bekerja seperti biasa. Tapi Leo santai, berjalan dengan amat pelan dan seolah malas untuk melangkahkan kakinya menuju Restaurant..
"Inget, Le... Kita miskin!" Bella mempertegas ucapan dengan status keduanya saat itu. Tapi Leo masih tak berubah dan duduk memakai sepatunya dilantai.
"Kamu belajar naik motor, Bell. Biar kita bisa gantian, sesekali pengen bonceng dan ketiduran kayak kamu."
"Lah... Kok gitu? Aku bisa naik motor matic. Tapi kalau ini... Aku ngga bisa, gede banget soalnya, ngga berani." Bella mengangkat tangan saat itu.
Leo hanya mendengkus kesal dengan ucapan Bella, lalu berdiri untuk meraih kunci motornya.
"Tapi, Le..." Bella memotong pergerakan Leo saat itu.
"Ya, Bell?"
"Motor ini kayaknya motor mahal deh, Le. Kok kamu bisa beli motor begini? Uang darimana?" tatap curiga Bella padanya. Hak itu membuat Leo seketika menelan salivanya dan tampak gugup menggaruki kepala yang tak gatal.
"Le... Kok diem?" Bella menyipitkan mata saat kembali bertanya.
"I-itu, Bell. Ini tuh, ehmm... Ini bukan barang asli, Bell. Ini aku beli barang selundupan tanpa ada suratnya lengkap. Jadi, ini murah. Gitu," kilah Leo dengan semua data palsunya.
"Tapi kayaknya, meski barang gelap harganya tetep mahal deh..." Bella tampak masih curiga, dan tak biasanya Bella begini. Leo akhirnya berfikir keras untuk membuat Bella berhenti bertanya saat itu.
"Wey... Ayok, Weey! Udah jam berapa ini? Katanya takut telat?" tukas Leo.
"Oh, Iya... Lupa," Bella menepuk jidat lalu melangkah naik ke motor Leo yang cukup tinggi baginya itu. Entah bagaimana jika Leo bersikeras mengajarinya menyetir, sedangkan kakinya saja tak sampai ketanah untuk mengganjal motornya.
Perjalanan cukup panjang kali ini. Entah kenapa Leo menyetir motornya dengan pelan dan tak sekencang biasanya. Meski Bella tahu Leo tengah malas, tapi Ia tak pernah sampai begini karena jiwa berandal dan pembalapnya selalu muncul saat telah memegang stang motornya.
"Le! Telat loh kita." tegur Bella yang menepuk pundak Leo saat itu.
Setelah melirik jam dan Hpnya, Leo segera menarik gas dan mengencangkan kembali laju motornya seperti biasa. Bella langsung mendekapnya karena takut melayang diterpa angin yang kencang menerpa tubuhnya. Apalagi saat Leo membungkuk menyejajarkan diri dengan stangnya saat itu.
"Kampret ini anak sih,," geram Bella sembari menjaga helmnya agar tetap stay ditempat. Tak terbang melayang, atau bahkan mencekik lehernya saat itu hingga Ia tetap beryawa hingga sampai di tempat kerjanya.
Leo mengerem mendadak saat tiba di tempat kerja mereka, hingga tubuh Bella nenyuruk kedepan dan dadanya menabrak bahu Leo saat itu. Bella langsung memejamkan matanya dan meringis kesakitan dengan kedua bulatan yang bertabrakan dengan punggung keras Leo yang berotot.
Bella lupa mempertanyakan hal itu, kenapa Leo tubuhnya begitu sempurna seolah Ia terlatih selalu berolahraga. Tapi, itu hanya tinggal menunggu wakut jika mereka kembali senggang dari pekerjaan yang ada.
"Sakit, Bell. Dada rata begitu ditabrak-tabrakin. Mancing aku? Mana aku napsu sama kamu," tukas Leo, hingga Bella melotot dengan ujunh bibir yang terus bergerak karenanya.
Braaakkk! Bella memukulkan helm perusak kecantikan itu dibahu Leo dengan segala rasa kesalnya.
" Sembarangan kalau ngomong!" bentaknya penuh emosi. Tapi bukan mereka namanya, jika pertengkaran berjalan dalam waktu yang lama. Paling lama bertahan Sepuluh menit, lalu akan kembali baik seolah tak terjadi apapun sebelumnya.
Bella menatap pada Resto. Ia merasa saat itu masih amat sepi, tak sperti pagi biasanya yang minimal semua orang tengah menyapu, menyusun meja dan membersihkan kaca depan. Tapi sekarang tidak. Mereka tak terlihat sama sekali satupun diluar sana.
"Mereka kesiangan juga ya, Le?" heran Bella saat itu.
"Ngga tahu," timpal Leo, lalu meminta Bella berjalan terlebih dulu menuju Resto.
Bella melambat, tapi dengan pasti Ia telah tiba didepan pintu dan membukanya saat itu.
Surprizzeeeeee!!