Diammu Membunuhku

James pun bekerja siang dan malam di rumahnya demi memastikan kakeknya baik-baik saja. Dirinya masih enggan membawa kakeknya ke rumah sakit karena trauma ada yg ingin mencelakainya. Dan setiap malam dirinya selalu datang ke kamar kakeknya untuk mengecek kondisinya.

Perawat pun ditugaskan secara bergantian untuk standby di kamar Robert sesuai perintah James. Walaupun kondisinya tidak serius, tapi kesehatan Robert belum kembali sepenuhnya. Disanalah James menanyakan kondisi terkininya pada perawat yg menjaga kakeknya.

"Sus, bagaimana kakek hari ini?" tanya James.

"Tuan Robert baik-baik saja, hanya selera makannya menurun." ucap perawat tersebut.

"Baiklah, kau keluarlah sebentar aku ingin bicara dengannya." ucap James.

"Baik tuan, saya permisi." ucap perawat tersebut pada James.

Setelah perawat itu keluar, James pun mendekati ranjang kakeknya. Dirinya menatap wajah tua yg selalu mengajaknya bertengkar setiap waktu dimasa lalu. Ia bahkan merindukan ocehannya yg kini membuat rumah itu terasa sunyi.

"Cih, kau bisa bersedih juga." ucap Robert saat membuka matanya.

"Kakek.. bagaimana kondisinya?" tanya James.

"Aku baik-baik saja." ucap Robert.

"Kenapa kakek makannya sedikit akhir-akhir ini?" tanya James.

"Apalagi kalau bukan karena kau.." ucap Robert.

"Aku takkan kembali pada Camila meskipun dia sudah dibebaskan." ucap James.

"Kau yakin?" tanya Robert.

"Iya, aku menyadarinya kalau dia tak berusaha sama sekali untuk diterima oleh kakek." ucap James.

"Sulit sekali membuatmu sadar, sampai kakekmu ini harus nyaris mati." ucap Robert.

"Maafkan aku kek.. aku menyesali semuanya." ucap James.

"Menikahlah dengan wanita pilihan kakek, agar hidupku tenang." ucap Robert.

"Menikah? kenapa tiba-tiba? dan menikah itu tidak mudah kek." ucap Robert.

"Ya memang, setidaknya kakek ingin kau melupakan gadis itu." ucap Robert.

"Baiklah, tapi aku yg akan memilih calonnya sendiri." ucap James.

"Siapa calonnya? sudah ada?" tanya Robert.

"Belum, tapi pasti kutemukan." ucap James.

"Kuberi 1 tahun, jika tahun depan masih belum ada maka jangan harap kau bisa lari dari perjodohanku." ucap Robert.

"Baiklah kek.. tapi berjanjilah kakek akan makan teratur dan hidup lebih lama lagi." ucap James.

"Ck.. aku juga belum mau mati.. dasar.." ucap Robert.

James pun tersenyum melihat kakeknya yg mulai memarahinya seperti biasanya. Tapi disisi lain ia juga mulai harus mencari kandidat istri terbaik agar diterima oleh kakeknya.

.

.

.

Setahun pun berlalu dengan cepat, James yg disibukkan dengan pekerjaan dan Ben yg mengatur kencan buta untuknya. Tapi setiap kali dirinya bertemu seorang gadis, tak ada yg terjadi selain hanya bisa memuji gadis pilihan Ben itu cantik. Tapi tak ada rasa dihatinya apalagi tertarik.

Begitulah setahun perjuangan Ben yg mencari calon istri tuannya sia-sia. Kalaupun James mengencaninya hanya akan bertahan beberapa minggu karena James tak mencintainya.

Hingga akhirnya Robert pun menagih janjinya pada James.

"Bagaimana? kenapa kau tidak mengenalkan satu gadis pun padaku?" tanya Robert.

"Aku belum menemukannya kek.. beri aku waktu 3 bulan lagi." ucap James.

"Kau ini memang payah." ucap Robert.

"Kek mencari calon istri itu tak mudah." balas James.

"Kuberi waktu 1 bulan, jika gagal maka kau harus menikah dengan gadis pilihan kakek." ucap Robert.

"Baiklah." ucap James.

.

.

.

1 Bulan kemudian, James sudah stres mencari calon istri yg tepat. Tapi Ben tak kunjung mendapatkan wanita yg cocok untuknya.

"Ben, kau ini payah sekali." ucap James.

"Tuan, yg mau menikah itu anda bukan aku.. jadi kenapa anda tak mencari sendiri saja." balas Ben yg sudah lelah.

"Ck.. kau sudah mulai berani padaku.." ucap James dengan tatapan tajam.

"Maaf tuan, sejujurnya aku juga sudah lelah karena banyak wanita terbaik pilihanku tak sejalan dengan rencana kita." ucap Ben.

"Gara-gara kau aku harus menikah dengan gadis pilihan kakek.." ucap James sembari menggebrak meja.

Ben pun hanya terdiam dan tertunduk, ia yakin tuannya juga tak sepenuhnya menyalahkannya. Karena James tak menghukumnya sama sekali dan hanya meluapkan emosinya padanya.

"Marahlah sepuasnya tuan, salah sendiri kau tak cocok dengan beberapa gadis pilihanku.." gumam Ben dalam hati.

.

.

.

Akhirnya waktu yg diberikan Robert pun telah habis, dan James menyerah untuk berusaha. Dirinya hanya bisa pasrah asalkan kakeknya itu senang dan tak sakit-sakitan. Hingga akhirnya Robert mengenalkan Jessika pada James. Jessika gadis yg cantik dan juga pintar. Ia juga mewarisi perusahaan ayahnya, dan tidak terlalu peduli dengan lingkungan sosialita.

James pun mengakui kalau Jessika adalah tipenya, walaupun tak ada rasa pada Jessika. Hingga akhirnya mereka pun bertunangan. James pun mengikuti saja perjodohan yg diatur oleh kakeknya dan ayah Jessika. Begitu juga dengan Jessika yg hanya menuruti ayahnya, walaupun ada sedikit ketertarikan pada James.

Hingga sebuah rencana pernikahan pun dipersiapkan dengan mewah. Dan Simon serta Ben yg akan menyiapkan segalanya. Simon sebagai tangan kanan Robert pun memimpin persiapannya, dan Ben hanya mengikuti arahannya.

Sebuah gaun dan setelan jas pun telah dipesan sesuai keinginan Jessika dan James. Keduanya sudah melakukan fitting busana dan minggu depan akan langsung menikah.

"Aku tahu kau hanya ingin membahagiakan kakekmu." ucap Jessika.

"Kau benar, aku memang belum mencintaimu tapi setidaknya aku akan memperlakukanmu selayaknya istri pada umumnya." ucap James.

"Terimakasih James, dan katakan saja jika kau bosan suatu saat nanti." ucap Jessika.

"Kenapa kau mengatakan hal itu?" tanya James.

"Karena aku yakin perjodohan tanpa cinta itu sulit. Tak banyak dari pasangan yg memutuskan berpisah." ucap Jessika.

"Kau memang bersikap dewasa seperti yg dikatakan kakek." ucap James.

"Aku harus memakai akal sehat dan berpikir rasional dalam setiap tindakanku." ucap Jessika.

"Baik, mari kita bicarakan apapun nanti dengan terbuka." ucap James.

Begitulah perbincangan terakhir Jessika dan James saat makan malam bersama menjelang pernikahan mereka. Walaupun Jessika tertarik pada James, tapi ja bisa melihat kalau James sama sekali tak ada rasa untuknya jadi dirinya lebih baik berkata jujur sejak awal.

.

.

.

Hari pernikahan pun telah tiba. Semua orang pun telah bersiap, terutama keluaga James yg sudah berada di tempat acara. Detik demi detik pun berlalu dan semua orang menantikan kedatangan Jessika dan keluarganya. Dan 30 menit sebelum acara dimulai tak ada kabar atau kedatangan Jessika dan keluarganya.

Hal itu membuat Robert panik karena ayah Jessika, tuan Vincen tak bisa dihubungi.

"Bagaimana ini?? kenapa mereka tak kunjung datang?" gumam Robert.

"Ayah ada apa?" tanya Jasmine yg baru datang.

"Jessika dan Vincen tak bisa dihubungi.." ucap Robert.

"Kek, hingga saat ini Jessika belum bisa dihubungi." ucap James.

"Ini bukan ulahmu kan James?" tanya Robert.

"Tidak kek, kalau aku ingin menggagalkannya harusnya sejak awal." ucap James.

"Permisi tuan.." ucap Simon.

"Simon, ada kabar apa?" tanya Robert.

"Ada surat dari tuan Vincen melalui anak buahnya tadi." ucap Simon.

Robert pun menerimanya dan langsung membacanya. Ternyara Vincen membatalkan pernikahan putrinya secara tiba-tiba karena terjadi kecelakaan pada mobil yg mereka tumpangi. Mereka sekeluarga pun masuk rumah sakit tapi semuanya selamat.

"Ini tidak mungkin.." ucap Robert lalu terduduk lemas.

"Kakekk.." ucap James.

"Ayah.. tenang dulu." ucap Jasmine.

"Bagaimana aku bisa tenang? tamu undangan sebentar lagi akan datang. Dan jika aku mengumumkan kalau acaranya batal, James akan dipermalukan." ucap Robert.

"Ck.. kakek jangan pikirkan aku, aku tak masalah." ucap James.

"Benar kek, James masih bisa menikahi gadis lain tapi tidak sekarang." ucap Jasmine.

"Bagaimana ini?" tanya Robert.

"Sudahlah.." ucap James.

"Simon umumkan kalau acara hari ini dibatalkan.." pinta James.

Sementara itu, Lyra masuk ke dalam ruangan karena mencari Jasmine.

"Bunda.. disini dan kakek kenapa?" tanya Lyra.

"Aku tak apa Lyra." ucap Robert.

"Jadi tuan Robert apakah anda setuju kalau acaranya dibatalkan?" tanya Simon.

"Akhh..." ucap Robert saat dadanya mulai sakit.

"Ckk.. Simonnn..! kau itu tak lihat situasi." ucap James kesal.

Dokter pun dipanggil dan Robert mendapatkan penanganan. Disana, Robert pun lemas dirinya tak bisa membayangkan apa yg akan terjadi setelah acara pernikahan James dibatalkan. Dirinya dan James pasti akan dipermalukan.

"Kakek, mari hentikan semua ini dan pergi ke rumah sakit. Mereka takkan datang." ucap James.

"Aku tak ingin kau dipermalukan." ucap Robert.

"Aku tak masalah." ucap James.

Prankk..

Lyra pun menjatuhkan gelas yg ia bawa untuk minum obat Robert.

"Jadi, itu alasannya kenapa kakek sakit?" tanya Lyra.

"Lyra, keluarlah dulu dan pinta orang untuk membersihkannya." pinta James.

"Baik tuan." ucap Lyra.