Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#19
Celine mengendap-endap sambil membawa ransel di punggungnya. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, memeriksa apakah ada petugas keamanan yang berjaga di area depan rumah. Saat ia melihat suasana kosong dan aman, ia segera menuju ke pagar, kemudian membukanya lalu pergi.
Ia berlari dengan cepat dan sesekali bersembunyi di balik pohon ataupun di balik mobil yang terparkir di depan rumah tetangga. Ia tak ingin sampai kedapatan kabur oleh siapapun di sana.
Tujuan Celine saat ini hanya 1, yakni rumah kedua orang tuanya. Saat sampai di jalan utama, ia memanggil taksi yang kebetulan lewat. Malam tahun baru membuat suasana kota masih agak ramai hingga masih ada taksi yang lalu lalang. Suasana jalanan pun tak terlalu sepi hingga masih aman jika kita seorang diri.
Celine memiliki sedikit uang di tabungannya. Meskipun Rhys mengambil ponselnya, tapi ia tidak mengambil dompet dan ATM milik Celine.
Saat taksi sudah berhenti di depan rumah keluarga Matteo, Celine pun membayar dan turun. Ia menatap rumah di depannya dengan perasaan rindu yang amat sangat. Ya, ia benar-benar merindukan tempat itu.
Pintu pagar depan tak terkunci, hingga memudahkan Celine untuk masuk. Halaman depan begitu kosong, hanya ada salju di sana sini.
Ceklekkk
Celine merasa beruntung karena pintu utama rumah tersebut tidak terkunci. Apa mungkin polisi pernah membukanya saat mencoba mencari penghuni di dalam rumah ini? Demikianlah pikirnya.
Tak terlalu banyak memikirkan, Celine pun masuk ke dalam dan langsung masuk ke kamarnya sendiri. Ia mengambil koper dan mulai memasukkan pakaiannya yang masih ada di rumah Dad Harry.
Setelah selesai, ia masuk ke dalam kamar tidur Dad Harry. Ia memindai sekeliling dan tanpa sadar mengeluarkan air matanya. Kenangan bersama Dad Harry sangat banyak di rumah itu. Ia mengambil beberapa pakaian milik Dad Harry dan memasukkannya juga ke dalam koper.
Celine berjalan menuju sebuah brankas yang berada di kamar Dad Harry. Ia tahu kode pembukanya karena Dad Harry yang memberitahunya dan mengijinkannya mengambil berapapun yang Celine inginkan, asalkan berguna dan memang diperlukan.
Celine mengambil seluruh isi brankas tersebut, “Dad, aku membutuhkan uang ini. Aku berjanji akan hidup dengan baik mulai sekarang. Terima kasih. Aku juga berjanji akan kembali ke sini, hanya belum tahu kapan. Aku menyayangimu, Dad. Sampaikan salam dan pelukku untuk Mommy.”
Malam itu, Celine berbaring sebentar di tempat tidur Dad Harry. Ia menghirup dalam-dalam wangi sprei milik Dad Harry. Dengan sebuah jam weker kecil yang ada di atas nakas, Celine memasang alarm. Ia akan bangun sangat pagi karena ia akan pergi dari kota itu.
**
“Celine hilang!” teriak Aunty Anna.
Mata Rhys membulat ketika mendengarnya. Ia tak percaya dan membuatnya langsung naik ke lantai 3, menuju kamar tidur yang ditempati oleh Celine.
Kosong! Hati Rhys tiba-tiba merasa aneh, jantungnya pun berdetak dengan cepat. Ia tak ingin Celine meninggalkan kediaman Keluarga Alban.
Di mana dia? Pergi ke mana dia? - batin Rhys.
Suasana pagi itu begitu riuh. Aunty Anna terus berteriak hingga Alice tak dapat tidur lagi dan teepaksa duduk di ruang keluarga bersama kedua orang tuanya. Eve juga terbangun karena teriakan Aunty Anna. Ia sangat kesal karena dirinya masih sangat mengantuk.
Eve bisa melihat kebingungan di wajah Rhys. Ia pun berdiri dan mendekat ke arah kekasihnya itu. Ia duduk persis di sebelah Rhys dan memegang lengannya.
“Honey, apa yang sedang kamu pikirkan? Jika dia memang mau pergi, biarkanlah! Bukankah kamu akan menceraikannya dan menikah denganku? Dengan kepergiannya, maka semuanya akan menjadi lebih mudah,” kata Eve bergelayut manja.
“Lepaskan aku!” kata Rhys dengan datar, namun suara yang meninggi.
Eve tersentak. Ia pun melepaskan pegangannya pada Rhys. Hal itu membuat Uncle Ronald dan Aunty Anna juga sedikit kaget. Tak biasanya Rhys berkata kasar pada Eve. Alice yang melihat sikap Rhys, hanya bisa tersenyum tipis. Di dalam hatinya mulai menertawakan sepupunya itu.
“Apa ada yang perlu kita bicarakan?” tanya Alice.
“Ada! Kita harus membicarakan, di mana wanita itu berada. Jangan-jangan ia pergi dan membawa barang berharga milik kita,” jawab Aunty Anna, yang membuat Alice berdecak kesal. Mommynya itu masih saja membuatnya tak nyaman.
“Mom! Celine bukan wanita seperti itu!” Alice semakin kesal karena Mommynya membicarakan yang tidak-tidak tentang Celine.
“Memang apa yang kamu tahu, hah?! Buktinya dia mau menikah dengan Rhys. Sudah pasti itu semua karena harta kekayaan Keluarga Alban, bukan begitu?” Kata Aunty Anna.
“Lalu apa bedanya Celine denganmu, Mom? Mengapa kita terus tinggal di sini? Apa Mom berharap mendapatkan fasilitas Keluarga Alban?” Alice mulai mengeluarkan unek-uneknya. Dengan wajah kesal ia pun segera meninggalkan ruang keluarga dan masuk ke dalam kamar tidurnya.
“Ooo … jadi Aunty berada di sini karena ingin mendapatkan fasilitas Keluarga Alban?” Eve seakan mengejek Aunty Anna yang kini memasang wajah kesal.
“Diam kamu! Bukankah kamu ingin menjadi istri Rhys juga karena harta dan kedudukan? Jangan membuatku tertawa dengan mengatakan kalau kamu mencintai Rhys,” balas Aunty Anna.
“Bisakah kalian diam?!” teriak Rhys pada akhirnya. Kepalanya sedang pusing dan ia bingung.
“Diamlah,” bisik Uncle Ronald pada Aunty Anna.
“Apa kamu ingin aku diam sementara wanita itu terus memojokkanku?”
“Bukan begitu. Ingat, kita harus tetap memberikan dukungan pada Rhys. Apa kamu mau Rhys mengusir kita dari sini?” bisik Uncle Ronald.
Mengusir? Tidak! Aunty Anna tak mau sampai Rhys mengusir keluarganya dari sana. Ia tahu bawa suaminya bukanlah putra kandung dari keluarga Alban. Jika Rhys kesal dan marah, bisa dengan mudah Rhys menendangnya keluar dari sana.
Ia tak mau Eve menjadi Nyonya rumah itu dan ia tak akan membiarkannya terjadi. Ia ingin putrinya, Alice, yang menikah dengan Rhys.
“Maafkan Aunty, Rhys. Aunty hanya merasa panik dan gelisah dengan kepergian Celine. Apa tidak sebaiknya kita melapor pada pihak kepolisian untuk mencarinya?” tanya Aunty Anna.
“Aku tidak tahu!” Rhys beranjak dari sofa ruang keluarga, kemudian masuk ke dalam ruang kerja. Ia mengunci pintu itu rapat-rapat. Ia perlu waktu sendiri, karena ia tiba-tiba merasa aneh dengan tak adanya Celine di sana.
Rhys duduk di meja kerjanya. Ia memicingkan mata ketika melihat sebuah map di hadapannya. Ia pun membuka map tersebut.
Celine?!
🌹🌹🌹