NovelToon NovelToon
Sumpah Setia Di Ujung Senapan

Sumpah Setia Di Ujung Senapan

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa
Popularitas:3.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

"Menjadi prajurit butuh perjuangan, butuh pengorbanan. Berjuang untuk bumi tempat berpijak, demi setiap tarikan udara yang kita hirup dan demi orang-orang tercinta beserta kedaulatan. Berkorban, mengorbankan segala yang kita miliki sekalipun sebuah sumpah setia di ujung senapan."

~Teuku Al-Fath Ananta~

"Aku tak akan membuat pilihan antara aku atau bumi pertiwi, karena jelas keduanya memiliki tempat tersendiri di hatimu. Jadilah sang garuda meski sumpah setia kau pertaruhkan diujung senapan."

~Faranisa Danita~

Gimana jadinya kalo si sarjana desain grafis yang urakan dan tak suka pada setiap jengkal tanah yang ia pijaki bertemu dengan seorang prajurit komando pasukan khusus nan patriotisme dalam sebuah insiden tak terduga, apakah mereka akan seirama dan saling memahami satu sama lain, dalam menjejaki setiap jalanan yang akan mereka lalui ke depannya di belahan bumi pertiwi ini? Ikuti kisahnya disini yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KAWIN LARI

"Ngga bisa ditahan?" tanya Al Fath, sontak saja mata indah itu melotot, "kalo Fara pipis di celana gimana?" gerakan bibirnya terlihat jelas jika ia tengah menggeram.

"Sebentar, tahan dulu sampai upacara pedang pora-nya selesai," pinta Al Fath, memang bukan perkara mudah menahan keinginan yang satu itu, belum juga mereka benar-benar usai melaksanakan pernikahan, ada saja tingkah Fara yang membuat geleng kepala. Fara mengeratkan cengkraman di buket bunga dan lengan Al Fath demi menahan rasa geli dan membuncah di perut bawah sana. Jangan sampai ia mengompoli baju pengantinnya, bisa dihajar nyak habis-habisan kalau itu terjadi. Bikin malu seantero jagat raya, kan ngga lucu istri perwira ngompol di celana waktu kawinan.

Baru saja selesai upacara pedang Pora, bukannya mengikuti intruksi sang pembawa acara untuk menuju singgasana pelaminan, Fara dibantu Al Fath malah berjalan ke arah lain, ia juga melempar buket bunga dengan sembarang ke arah tamu seperti melempar sandal yang putus, sontak mereka heboh menangkap bunga yang dilempar mendadak oleh pengantin.

"Eh, mau kemana itu?!" tanya Umi, Rayyan dan Zahra tertawa, "gilakkk, ngga kuat nahan bro?! Santai masih siang nih, tamu masih banyak!" teriak Rayyan.

"Tak!" Umi Salwa menggeplak kepala anak keduanya ini dengan kipas.

"Emangnya kamu!"

"Mi, Fara pengen ke kamar mandi katanya," ijin Al Fath.

Suasana yang seharusnya khidmat menjadi sedikit kocak karena pengantin perempuan yang mendadak dibantu oleh pengantin lelaki ke kamar mandi. Fara terlihat kesusahan dengan langkahnya, hingga akhirnya Al Fath menggendong Fara hingga semua tamu undangan melemparkan senyuman, tawa dan sorakan. Tapi si muka tembok penjara ini acuh saja tak peduli, toh perlakuannya tak merugikan siapapun dan tak berbuah dosa.

"Abang ih malu!" kekehnya. Sepertinya pernikahan mereka akan menjadi pernikahan bersejarah sepanjang masa, karena acara yang belum selesai si pengantin sudah grasak grusuk berlari keluar acara.

"Daripada kamu pipis disini?"

"Iya sii, masa istrinya perwira ngompol di celana, waktu kawinan lagi!" tawa Fara, baru kali ini ia merasakan yang namanya kawin lari, "Fara berat ngga bang?"

"Ringan,"

"Capek ngga kawin lari?" tanya nya.

"Emhhh seru!" balas Al Fath tertawa renyah.

****

"Ahhh lega!" Fara membuka pintu kamar mandi, masih berdiri Al Fath disana menunggunya, ia tidak sendiri namun bersama petugas WO dan umi.

"Udah?"

Fara mengangguk sambil nyengir, mereka kembali ke tempat acara diiringi senyum geli yang tak luntur dari para tamu, besok namanya dan Al Fath pasti viral di kesatuan gara-gara moment ini.

Yang dilakukan selanjutnya adalah berfoto, dan menyalami satu persatu tamu undangan, Fara kembali melotot dibuatnya, hatinya sudah capek duluan melihat antrian panjang tamu undangan yang berbaris membentuk antrian gerbong kereta api manggarai. Bisa-bisa kakinya copot pulang dari sini, lalu apa kabar dengan tulang lehernya, fix sih! Nanti malam lehernya copot dan ia menjelma jadi kuyang.

"Ngga kurang panjang ini antrian, kaya mau ngantri sembako gratis di kelurahan!" Gumamnya.

Langkah kaki Umi, abi dan 'nyak mantap mendampingi pengantin di podium pelaminan, bertahtakan rangkaian membentuk mahkota bunga indah dan tirai dari susunan kristal dan bunga-bungaan berwarna pink dan putih. Disusul Zahra dan seorang pria.

"Kak Fara," jika si gadis cantik dengan rambut panjang yang disanggul ini adalah adik ipar bungsunya, maka lelaki ini...

"Assalamualaikum kakak ipar, saya Kapten Marinir Rayyan, S.H. adik paling ganteng abang Al Fath, paling berbakat, paling pintar dan yang jelas paling..."

"Playboy!" potong Zahra. Fara terkekeh, wajar saja memang jika ia playboy, para perempuan sudah pasti akan luluh melihat tampang rupawan perpaduan Salwa dan Zaky, tak dipungkiri ia memiliki kelebihan keduanya. Putih, hidung bangir nan lancip, mata dan bibir yang seperti Salwa tapi ketegasan Zaky, lain halnya dengan sang suami yang jiplakan khas bapak mertuanya.

"Faranisa,"

"Udah ngga usah salaman lama-lama. Jangan gombali kakak iparmu Ray," ucap Al Fath memotong perkenalan keduanya dan menepis tangan sang adik yang menjabat tangan Fara.

"Aye letnan!" jawabnya berseloroh sambil menghormat.

Humoris, tepat! Semua wanita suka lelaki humoris.

"Mana ahh bayar hutang bang Ray sama aku!" manyun gadis berkebaya senada dengan umi dan nyak.

"Ntar! Minta dulu umi nanti bang Ray ganti!" balasnya.

"Kan nyebelin banget! Semoga aja bang Ray diputusin semua pacarnya, terus dapet pacarnya yang galak! Aamiin!!!" Fara tersenyum melihat pertengkaran kedua adik iparnya, seumur hidup ia tak pernah bertengkar manja begini bersama saudara karena memang ia anak satu-satunya, hanya dengan 'nyak saja ia begitu.

Semua bersuka cita, termasuk para sahabat dan rekan Al Fath, seperti tiada lagi hari esok.

...----------------...

"Nyak, Fara pamit!" ia memeluk perempuan paruh baya ini dengan begitu erat, sudah beberapa hari semenjak memutuskan untuk menerima lamaran Al Fath ia tidur satu ranjang dengan 'nyak.

"Ati-ati, jaga nama baik suami lu, nama baik keluarga. Jangan sampai salah bertindak, apapun yang lu lakuin sekarang ada resiko yang harus dipikirkan, bukan cuma mikirin diri sendiri, melainkan marwah suami lu."

"Nyak juga ati-ati, jangan kebanyakan makanin yang pedes sama ikan asin, nanti tekanan darah naik lagi. Jangan capek-capek, kalo bisa ngga usah kerja lagi sekarang. Ngikut kajian sama senam aja, ngga usah gosokin baju orang lagi!" suaranya parau penuh getaran. Belum cukup rasanya Fara bisa membahagiakan ibunya ini, ia sudah harus pergi mengabdi untuk seorang lelaki yang disebut suami.

"Bu, apa yang Fara bilang bener. Ini, ibu pegang kartu atm ini, kalau ibu ada kepingin apa-apa, bisa pakai uang yang ada di dalam."

"Aduh ngga usah Fath, 'nyak ngga pernah minta apapun sama lu..cuma minta jaga Fara baek-baek. Sayangi dan bimbing dia, sebandel apapun dia jangan pernah main tangan, kalo Al Fath sudah tak menginginkan Fara lagi, Al Fath balikin aja ke rumah 'nyak," Fara semakin terisak, dadanya sesak mendengar itu. Al Fath hanya bisa mengangguk, pernyataan ibu Fara membuat jiwa sekuat batu karangnya luluh dan bercerai berai, lebih menyesakkan daripada melihat salah satu rekan prajurit yang gugur. Memang benar tanggung jawab seorang laki-laki bukan hanya di nafkah lahir batin si istri saja, ada seorang ibu yang ia tinggalkan, ada seorang ayah yang ia ambil harta paling berharganya.

"InsyaAllah Al Fath akan menjadi imam yang baik untuk Fara," balasnya di sela-sela tenggorokan yang tercekat.

Fara melepaskan pelukannya, ia merogoh ponsel miliknya dan memberikan pada sang ibu, "nyak, ini pegang hape Fara, biar nanti Fara bisa telfon 'nyak tiap waktu!" bukan ponsel keluaran terbaru, tapi setidaknya masih cukup modern untuk sekedar dipakai berkomunikasi.

"Terus lu gimana?" ia mengusap pipi yang telah basah.

"Ada, punya bang Fath.." Fara menatap Al Fath meminta persetujuannya, san Al Fath mengangguk.

Langkah berat Fara meraih punggung tangan 'nyak terakhir kali untuk berpamitan, dengan Al Fath di samping membawa serta tas berisi pakaian Fara.

"Dimanapun lu berdua, do'a 'nyak akan senantiasa mengalir buat lu berdua," nyak mengusap kepala keduanya saat salim takzim.

Fara tersenyum seraya melambaikan tangan lalu berpamitan pada tetangganya.

"Mpok, cing...titip 'nyak Fara, kalaupun Fara nanti ngikut abang pindah tugas, Fara bakalan kasih kabar! Kalo 'nyak bandel, lirik-lirik calon bapak tiri Fara, masukkin kandang aja,"

"Cih, lu pikir 'nyak macan!" omelnya diantara isakan.

"Iye, Fara jangan khawatir sama 'nyak Halimah, ada kite disini! Hati-hati cantik,"

*****

Fara mengusap lelehan air matanya dengan tangan sebelah yang masih memegangi jaket hijau kebanggaan kesatuan angkatan darat yang dipakai Al Fath. Hidungnya sudah merah seperti tomat.

"Lewat dulu ke mininarket ya, beli dulu kebutuhan kering dapur?" Al Fath membuka suara.

"Boleh, emangnya di rumah ngga ada bahan kering?" tanya Fara di antara deru angin yang hampir magrib, umi sudah meminta Al Fath dan Fara untuk pulang dan bermalam untuk yang pertama di kediaman mereka dengan sejuta drama queen umi Salwa, tapi Al Fath menolak, ia lebih memilih membawa Fara ke rumah hijaunya dengan berbagai alasan.

"Habis,"

Fara tertawa sendiri diatas motor setelah selesai menangis membuat Al Fath mengerutkan dahi apakah istrinya ini kesambet jin pohon Waru.

"Kenapa?"

"Ngga, Fara inget umi tadi.." jawabnya.

Flashback on.

Acara sudah selesai menyisakkan keluarga inti saja di dalam gedung beserta sampah dan dekorasi juga piring kotor.

"Fara nginep di rumah dulu ya! Sambil ngakrabin diri sama keluarga!" umi sudah tersenyum lebar akhirnya di usia segini ia memiliki menantu.

"Maaf umi, Al Fath bawa Fara ke rumah dinas saja," jawab Al Fath memudarkan senyum umi.

"Ck! Abang gimana sih, masa mantu umi mau dibawa ke rumah butut yang isinya barang rongsok semua!" balasnya pedas.

"Ini hari pertama loh jadi mantunya Zaky Ananta pengusaha kopi asal Aceh, masa iya tidur di gubuk derita gitu?! Ayok lah Al Fath, yang ada Fara syok lahir batin!" balas umi sengit. Rayyan, Zahra bahkan Fara tertawa mendengar perdebatan sengit antara ibu dan anak ini.

"Biar, biar Fara tau rasanya jadi persit sesungguhnya. Tugas baru sudah di depan mata. Fara harus segera menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan sejak hari pertama,"

"Ngga bisa! Anggap aja ini honeymoon lah! Ngga pengen gitu nyetak adonan di kamar bagus, masa iya nyetak adonan di rumah ijo gitu, bisa ikut ijo juga cucu umi nanti!" paksa Salwa mendesak, tapi Al Fath bukanlah anak yang gampang dibujuk.

"Kaya Hulk!" tawa Zahra, wajah Fara memerah, pikirannya jadi ikut traveling memikirkan nyetak adonan.

"Mi, astagfirullah!"

"Abi diem, ini umi lagi usaha biar Fara sama umi! Mana umi disini cuma sampe besok, soalnya ada meeting sama klien!"

Rayyan tertawa terbahak, hal ini begitu ia rindukan saat bertugas kembali nanti, moment ini, celotehan dan omelan umi, Al Fath yang sering kena omel karena kedinginan dan kekakuannya, dan abi yang sering terbawa-bawa, apalagi menggoda si bungsu Zahra.

"Haduhhh, mau gua masukkin ke google lah, 5 fakta menarik keluarga sukses asal Aceh, salah satunya ini...si umi yang suka ngomel!"

Pletak!

Kembali hari ini sudah dua kali ia kena geplakan sang ibu.

"Umi, Fara ngga apa-apa kok. Udah biasa kalo hidup seadanya. Sekarang bang Al Fath imam Fara, Fara ikut abang meski ke hutan sekalipun tinggal bareng mon yet atau ular terus dikasih pepes ulat sagu," Fara melerai pertengkaran ibu dan anak ini,

"Ngga gitu juga dek, masa iya abang setega itu,"

"Kan misal abang... saking berbaktinya, lagian Fara juga mikir 10 kali kalo mesti makanin ulet sagu," balas Fara kini berbalik perdebatan yang terjadi antara Fara dan Al Fath, Salwa memeluk Fara, "maafin umi ya, bukannya ngasih kebahagiaan malah ngajakin kamu ke medan perang,"

"Ngga apa-apa, mau di rumah istana umi ataupun rumah ijo, Fara sama-sama mau perang!" balasnya lebuh menggelikan.

"Astaga makcèk! 11 12 sama umi lah. Dek Ra, tutup kuping kamu!!" tawa Rayyan menutup kedua kuping adiknya si bungsu menepis, "apa sih! Lagian Zahra juga ngga kenapa-napa,"

Abi Zaky yang semakin dibuat pusing dengan drama keluarganya ini memutuskan duduk dan meminta kopi pada pegawai catering yang sedang beres-beres. Kedatangan anggota keluarga baru yang satu frekuensi dengan istri, dan kedua anaknya membuat suasana rumah akan ramai jika saat berkumpul semuanya begini. Bukan..bukan ramai lagi! Tapi berisik.

Flashback off

.

.

.

Note :

Makcèk : istri kaka laki-laki.

1
laelatul qomar
Luar biasa
laelatul qomar
bacanya sampe tahan napas thor..hohoho
laelatul qomar
aku syuka banget karya othor yg bergenre militer lho..rasa nasionalisme dapet,romantis jg ad kocaknya jg ada..keren bget karya2 nya..entah ini sdh novel othor yg keberapa ak baca..syuka smua mua nya
Anonymous
o
Susilawati
mungkin utk saat ini Fara emang belum cinta tapi kalo bang Fath udah jatuh cinta pada pandangan pertama 🤭🤭🤭
Isra Nariah
mau atuh lihat tentara bawa baskom, aslina ngakak/Grin/
Susilawati
cinta pertama dan idolanya bang Fath itu umi Salwa, jadi ketika ketemu sama cewek yg 11 12 sama umi nya langsung jatuh cinta deh 🤭🤭🤭
Anita Choirun Nisa
seru pol
Yatie Amoya
bagus ceritanya
Yatie Amoya
suka ceritanya
maaaaaciii Thor 🥰
Ani
karya karya keren kok kak aku baru baca 2 cerita Kapt. Rayyan dan lanjut Letkol Al Fath.. bener bener amazing 👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Ani
dua duanya sudah saya coba rasanya mantul. menurutku yang paling manis matoa papeda
Nur Halima
Luar biasa
dwigar maja
shangri-la..
inget sama Dj amber kan jadi nya 😁
dwigar maja
ceritanya bagus, udah baca 3x.. hahahha gak bosen
As Ngadah
FARANISA kita bestie😃😃😃😃
As Ngadah
Sagara otewe
As Ngadah
oalah ra fara
Attaya Zahro
Ikut terharu Q kak 🥺🥺🥺
Nana Niez
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!