Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 34
Kedua telapak tangan Delia buru-buru mengelap air matanya, begitu mendengar suara Mia yang ternyata sudah bangun dari tidurnya. Mungkin Mia terbangun ketika mendengar suara Delia menangis tersedu-sedu, Ia lupa jika ada sang anak sambung di kamarnya, Delia bangun berdiri dan melenggang kakinya menuju ranjang, ia pun duduk di tepi ranjang dekat putrinya, yang sudah duduk bersandar pada punggung ranjang.
"Loh.. anak Mama udah bangun?." Tanya Delia.
"Mama nangis kenapa? Ayah bikin Mama sedih ya?." Mia balik tanya menatap Delia, kini mereka duduk berhadapan. Mia nampak sedih melihat Mamanya menangis sewaktu tadi.
"Gak..! Kok. Ayah' kan udah berangkat kantor tempat kerjanya. Mama tadi motong bawang merah terus lupa mengucek mata, jadinya Mama nangis deh!." Delia terpaksa berbohong di depan sang anak.
"Jadi Ayah sudah berangkat, Mah! Kok gak pamit sama Mia?." Mia nampak kecewa.
"Jarak rumah Eyang Rosni ke kantor tempat ayah kerja itu jauh sayang, jadi ayah buru-buru berangkat kerja, katanya takut telat. Ayah sampai Lom sempat melewatkan sarapan." Delia sahutnya tak ingin anaknya kecewa dengan ayahnya.
"Kasian.. ayah. Ya, Mah? Ayah pasti capek!." Mia dengan raut iba menceritakan ayahnya.
"Iya, sayang! Yaudah, kita mandi terus siap-siap subuhan, Yuk!." Delia ajaknya, ia pun turun dari ranjang dan berdiri, kedua tangannya terulur kearah Mia yang berdiri.
"Gendong ya, Mah!." Mia pintanya manja.
"Iya.." Delia, ia ingat sedang hamil, tapi masih kuat menggendong Mia. Biarlah sesekali Mia di gendong, tapi setelah kelak jika kandungannya sudah besar, Delia akan melarang Mia menggendongnya.
Delia pun menggendong Mia, gadis kecil yang masih memakai piyama itu menyandarkan dagunya di bahu sang Mama. Delia membawa Mia menuju kamar mandi.
Sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti di depan sebuah butik milik Delia dan Elisa. Sosok pria tampan turun menginjakkan kakinya ke aspal, rupanya Rahman pria itu lah yang datang ke butik Delis, nama butik itu di ambil dari singkatan nama mereka. Delia dan Elisa. Rahman berdiri di dekat mobilnya. Pria yang masih lajang itu masuk butik Delis. Nampak beberapa pelanggan dan karyawan sudah memadati butik. Matanya mencari sosok yang di cari, Ya.. siapa lagi kalau bukan Elisa. Namun tak mendapati Elisa. Rahman menghampiri salah satu karyawan wanita yang sedang melayani pelanggan wanita paru baya.
"Permisi.." Rahman.
"Ya, ada yang bisa kami bantu?." Tanya karyawan dengan ramah.
"Boleh, saya bertemu dengan mba Elisa?." Tanya Rahman.
"Oh.. Mba Elisa! ada di ruang kerjanya, mau saya panggil' kan, Pak?." Karyawan tawarnya.
"Eng.. Enggak usah! Biar saya saja yang kesana, Mba lanjutin aja. Kalo Boleh tahu di mana ya, ruangannya?." Rahman. Walau pun bukan sekali, dua kali Rahman datang, namun belum pernah sekali pun Rahman masuk ke ruangan kerjanya Elisa.
"Bapak lurus saja, nanti juga ada petunjuk papan nama Bu Elisa di pintu kok, Pak!." Karyawan wanita itu sambil menunjuk lurus.
"O, Ya. Terima kasih!." Rahman.
Pria bongsor itu melenggang kaki panjangnya lurus menuju ruang Elisa.
Tok..
Tok..
Tok..
Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan Elisa, yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Ia sedang mencatat pengeluaran dan pemasukan bulan ini. Sudah seminggu ini Delia tak masuk, hingga ia pun cukup di buat sibuk dengan ketidak hadirannya, menambah Doble pekerjaan di butiknya.
"Silahkan, Masuk!." Elisa duduk di kursi kerjanya.
Seseorang dari luar pintu membuka pintu dan menginjakkan kakinya masuk.
"Hai.. El. Aku ganggu gak? Kamu sibuk, ya?." Rahman yang tak enak melihat Elisa sedang sibuk, namun ia malah datang.
"Lumayan sih, Kak! Silahkan duduk, Kak." Elisa pintanya dengan tangannya menunjuk kursi di depannya.
Rahman duduk di kursi yang di tujukan Elisa.
"Maaf ya, El. Aku ganggu kamu!." Rahman tak enak hati.
"Gak apa-apa, Kak! Btw ada apa ini, mau ngajak ngedate' kah? Hihihi.." Elisa cekikikan.
"Gak, apa-apa kok, cuma mau tanya tentang Delia, gimana El, udah ketemu Delia nya?." Tanya Rahman menanyakan maksud dan tujuannya, yaitu mencari tahu tentang Delia. Seketika raut wajah Elisa cemberut, walaupun tak nampak. Ia cukup pandai menyembunyikan raut wajahnya menjadi biasa saja.
"Iya, dia ada di rumah orang tuanya, kemarin dia ngasih kabar ke aku." Elisa.
"Kabar dia gimana, El?." Tanya Rahman yang masih penasaran. Elisa menghela nafasnya, ia harus sabar menghadapi Rahman yang ingin tahu tentang sahabatnya.
"Alhamdulillah, dia baik-baik aja kok! Mas Husni juga menginap di sana." Elisa, ia berharap dengan menyebut Husni, Rahman menjadi tak bertanya lagi.
"Benarkah? Jadi hubungan mereka sudah kembali membaik ya?." Rahman.
Elisa hanya mengendikkan bahunya.
"Mas Rahman, mau ikut aku gak? nemuin Delia di rumah orang tuanya!." Ajak Elisa.
"Boleh, aku juga mau bertemu sama Delia, aku ingin memastikan bagaimana keadaannya sekarang." Rahman dengan senyum, melihat senyum Rahman untuk wanita lain tentu membuat hati Elisa pedih, namun ia tak berhak marah, Rahman bukan kekasihnya.
Elisa dan Rahman pergi ke tempat mereka tuju, yaitu ke rumah orang tua Delia. Mobil milik Rahman masuk gerbang rumah orang tua Delia. Delia yang sudah menunggu mereka, rupanya Elisa sudah memberi tahunya tentang maksud kedatangan mereka.
Mobil Rahman berhenti di tempat parkiran. Rahman dan Elisa turun dan keluar dari mobil. Delia menghampiri mereka, Delia dan Elisa saling berpelukan dan cipika-cipiki, mereka benar-benar saling merindukan, sudah satu Minggu mereka tak berjumpa.
"Hai.. Delia, apa kabar?." Rahman pada Delia, setelah Delia dan Elisa
melepas rindu.
"Baik.. Kak! Yaudah kita masuk, yuk! Kak, ayo!." Delia ajak tamunya masuk rumah.
Mereka bertiga pun masuk rumah Delia. Mereka duduk di sofa.
"Tamunya udah pada Dateng, Del?." Tanya Umi Rosni.
"Udah, Umi!." Jawab Delia.
"Nanti ajak sekalian temen kamu makan siang, disini ya!."
Bu Rosni. Delia hanya mengangguk kepalanya.
"Anak kamu mana, Del? Aku kangen sama ponakanku itu!." Elisa celingukan mencari sosok gadis kecil yang sudah di anggapnya keponakan.
"Dia baru aja tidur, El!." Jawab Delia.
"Ya.. sayang banget, padahal 'kan aku mau main sama dia!." Elisa.
Elisa dan Delia saling ngobrol tentang butiknya, ia mengadu kelimpungan tanpa kehadirannya di butik.
"Del, bisa kita bicara sebentar?." Rahman yang tiba-tiba berucap setelah mereka membahas butik mereka.
"Del.. aku masuk bantuin Umi dulu ya!." Elisa yang mengerti Rahman ingin bicara berdua. Delia merasa tak enak hati, dengan sahabatnya itu. Namun ia pun harus bicara dengannya perihal perasaan Elisa yang masih memendam perasaan pada kakak senior mereka.
JANGAN LUPA LIKE YA..
MAKASIH..
kmu ntti x dapat penggan ti..
yg lebih baik segalax ...