Menjalani kepahitan hidup bertubi-tubi, membuat Anya akhirnya terjebak dalam dunia malam yang tak pernah dibayangkannya. Suatu hari sepulang bekerja dalam keadaan setengah mabuk, Anya menabrak seorang pria. Pria itu ternyata kengalami amnesia hingga Anya terpaksa menampungnya untuk sementara waktu.
Siapa sangka jika pria tanpa identitas yang sebelumnya papa dan sebatang itu termyata adalah seorang pengusaha kaya yang dinyatakan hilang dalam sebuah kecelakaan misterius, bahkan sudah dianggap meninggal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzati Zah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Anya terkejut dan menghentikan langkahnya saat melihat seorang pria sedang mondar-mandir di depan rumahnya. Melihat kedatangan Anya pria itu segera mendekat untuk menyapa.
"Selamat pagi...wah...wah...darimana saja pagi-pagi begini? Aku hampir saja menyerah menunggumu dari tadi, rupanya kalian sedang asyik bersenang-senang...", sapa Heru sambil tersenyum menyambut Anya dan 'adiknya'.
"Untuk apa kau datang kesini pagi-pagi?"
Anya tentu tak suka dengan kejutan yang akan merusak hari minggunya.
"Kenapa kau galak sekali? Bolehkah aku minta minum dulu? Tenggorokanku kering menunggumu sejak tadi..."
"Biar aku saja yang buatkan..."
Anton menjalankan kursi rodanya sendiri memasuki rumah meninggalkan Anya bersama Heru.
Anton bisa menduga bahwa Anya tidak menyukai pria itu, tapi Anton juga tidak suka merasa canggung saat berada diantara keduanya.
Anya masuk ke dalam rumah dengan mengabaikan Heru. Tapi saat Anya akan menutup pintu, tangan Heru dengan sigap menahannya.
"Apa kau berani mengusirku?", Tanya Heru dengan emosi yang masih ditahannya.
"Ini rumahku, aku berhak untuk menyeleksi orang yang boleh masuk ke wilayah pribadiku!"
"Kau ini! Bagaimana bisa kau mengizinkan orang asing tinggal dirumahmu, sementara kau malah mengusirku yang jelas-jelas telah membantumu dan memberimu banyak uang!"
Anton datang mengantarkan dua cangkir minuman. Akhirnya Anya terpaksa membukakan pintu lebar-lebar, karena tak ingin Heru terus mengoceh dan Anton mendengar apa yang dikatakan Heru.
"Baiklah, silahkan masuk dan sekarang cepat katakan ada perku apa kau datang kemari..."
"Aku ingin mengajakmu pergi keluar...."
"Tidak bisa, aku lelah dan ingin beristirahat..."
"Baiklah, kalau kau tak mau pergi, apa boleh aku bicara disini?"
"Tentang apa?"
"Tentang pekerjaan dan bisnis diantara kita...", jawab Heru dengan seringai liciknya.
Anya bisa melihat, Anton sedang duduk diruang tengah sambil menonton televisi. Tapi Anya juga tahu sedikit banyak Anton pasti mendengar pembicaraannya dengan Heru, sebab jarak antar ruang di rumahnya sangatlah dekat.
"Kau mengancamku?", tanya Anya dengan geram.
"Begitulah kira-kira, terserah apa kau akan mengikutiku atau menolakku, pilihan ada di tanganmu, tapi kau juga pasti tahu konsekuensinya!"
"Baiklah ayo, mau kemana kita?", Jawab Anya menantang. Anya cukup percaya diri, bahwa Heru tak akan berani macam-macam dengan dirinya.
"Ayo ikut aku, aku hanya ingin sarapan di restoran dekat sini saja...."
Anya masuk ke dalam untuk mengambil jaket dan pamit pada Anton.
"Berhati-hatilah dan kalau ada apa-apa cepat telepon ke rumah..."
Anton melepas Anya dengan khawatir.
"Tenanglah tidak akan terjadi apa-apa, aku berangkat dulu, dah.."
Heru benar-benar melajukan mobilnya ke sebuah restoran tidak jauh dari rumah Anya. Anya hanya memesan minuman sebab perutnya masih kenyang. Sedangkan Heru memesan cukup banyak makanan.
"Makanlah, aku pesan untukmu juga...", kata Heru saat pesanan sudah datang.
"Tak perlu, aku masih kenyang. Jadi apa yang ingin kau katakan?"
"Kenapa kau terburu-buru? Apa tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama denganku? Atau kau justru memikirkan seseorang yang menunggumu di rumah?"
"Hey, ada apa denganmu? sebelumnya kau tidak pernah seperti ini, justru kau yang selalu memperingatkan aku untuk menjaga jarak!"
"Sepertinya aku sudah jatuh cinta padamu..."
"Hahaha, lucu sekali! Ada pria beristri yang takut pada istrinya sedang menyatakan cinta padaku! Ingat hubungan kita adalah hubungan yang profesional..."
"Terserah apa katamu, aku hanya ingin kau mengusir pria itu dari rumah bagaimanapun caranya!"
"Itu bukan urusanmu tuan!"
"Tentu saja iti urusanku, apa kau lupa aku yang telah membayar semua biaya perawatannya yang sangat mahal itu?"
"Apa kau juga lupa kalau aku telah menebusnya dengan tubuhku? Dan kau sendiri lah yang setuju untuk menanggungnya. Apa sekarang kau mau menjilat ludahmu sendiri?"
"Terserah saja, pokoknya aku tidak akan tinggal diam, jika dia masih tinggal dirumahmu!"
Sepertinya perdebatan diantara mereka tak akan memiliki titik temu. Tak ingin buang-buang waktu, Anya memilih pulang tanpa meladeni Heru lagi.
Dan ternyata Heru tidak mengejarnya. Huh, cinta macam apa itu?
Diam-diam Anya mencibir.