"Ingat posisimu, kau kujadikan istri hanya untuk menebus semua hutang Ayahmu!" satu fakta yang teramat menyakiti hati hati Anyelir. Dia menjadi istri kedua, demi untuk melunasi hutang.
Hal-hal mulai terjadi, setelah Anyelir menjadi istri Devan pun, demi melunasi hutang Ayahnya dan menyelamatkan keluarganya dari kemiskinan. Anyelir masih mendapatkan perlakuan buruk dari saudara tirinya serta Rose yang tidak lain ibu kandungnya sendiri. Lantas, bagaimana dengan Devan, lelaki yang penuh mistery dan rahasia, membuat Anyelir seolah sulit menembus tembok Devan. Hidup seolah tidak berpihak pada Anyelir, dengan keadaannya yang memaksa untuk menjadi kedua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ny.prast, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memasak
Melihat bagaimana cueknya Devan kepada Della, entah kenapa membuat Anyelir tersenyum, ada rasa lega karena Devan tidak memanfaatkan Della, kalau dipikir mungkin lelaki lain malah akan senang karena digoda lebih dulu, namun nampaknya hal ini tidak berlaku pada Devan.
“Nye loe kenapa?” tanya Nabila yang melihat Anyelir tengah tersenyum sendiri.
“Nggak apa-apa,” jawab Anyelir bohong, bukan maksud untuk berbohong atau menutupi dari Nabila, namun sekarang ini bukan waktu tepat bagi Anyelir untuk mengatakan siapa sebenarnya Devan, karena saat ini suasana tengah ramai.
Jam istirahat belum selesai, tapi Anyelir dan Nabila memutuskan untuk masuk ke ruangan mereka, karena suasana di luar kantor memang cukup panas karena sinar matahari yang sedang terik-teriknya. Melihat suasana yang tengah sepi, Anyelir pun membisikkan sesuatu pada Nabila, yang membuat Nabila tentu saja terkejut bukan main.
“Hah?” Nabila hampir saja berteriak, tapi Anyelir sigap membekap mulut Nabila.
“Jangan teriak,” bisik Anyelir, dia tidak mau kalau sampai mereka berdua menjadi pusat perhatian.
“Oh sorry-sorry gue kaget banget soalnya,” ujar Nabila sambil cengengesan, “leo serius?” tanya Nabila memastikan, dan Anyelir mengangguk tanda dia mengiyakan bahwa Devan adalah suaminya.
“Kalian berdua tuh jodoh apa gimana sih, dimana-mana ketemu,” ucap Nabila meledek sahabatnya, namun Anyelir merasa ini bukan kebetulan yang baik.
“Loe kenapa kaya nggak seneng gitu?” tanya Nabila, dia bingung dengan sikap Anyelir.
“Kalau gue terus ketemu sama dia, gimana gue dapet pacarnya?” Anyelir memang tidak berharap banyak pada pernikahannya bersama Devan, karena dia berpikir mungkin saja pernikahan ini hanya bertahan sebentar. Bukankah dia hanya menjadi penebus hutang?
“Loe mikir apa sih? Loe udah nikah?” Nabila melihat situasi, dia juga berbicara dengan sangat pelan hanya mereka berdua yang mendengar.
“I know, tapi loe tahu kan status nya gimana? Dan gue nggak bisa berharap banyak, sebagai istri siri mungkin gue bakal ditinggalin, dicampakkan pada suatu saat nanti ketika Devan merasa bosan sama gue,” jawab Anyelir pasrah, mendengar cerita Anyelir, membuat Nabila merasa iba. Nabila tahu kalau sahabatnya itu cukup memiliki potensi jika berkari suatu saat nanti, namun dengan statusnya yang sekarang, apa mungkin Devan akan mengizinkan begitu saja? sedangkan Devan saja memiliki perusahaan raksasa.
“Semoga kebahagiaan akan selalu datang dalam kehidupan loe Nye, apapun itu gue berharap semoga jalan hidup loe akan lebih mulus dari apa yang loe bayangkan,” hanya kata-kata penyemangat serta doa dan harapan yang bisa Nabila ucapkan, dan semoga saja dengan begini Anyelir akan lebih semangat dalam menjalani hidup.
“Makasih ya?” Anyelir begitu terharu, dia sangat beruntung karena memiliki sahabat yang selalu ada di sisinya. Tapi, mengingat perbincangan ketika mereka berada di ruang divisi pemasaran, Anyelir kembali teringat dengan perkataan Della, soal Devan yang belum menikah, hal ini tentu saja memunculkan pertanyaan besar bagi Anyelir.
‘Devan Willson, aku harus mencari tahu,’ batin Anyelir. Sesampainya di ruangan divisi pemasaran, Anyelir duduk di tempatnya, begitu juga dengan Nabila. Anyelir menatap layar ponselnya dengan serius, karena dia tengah mencari artikel soal Devan Willson, disemua artikel yang Anyelir cari, hanya ada pemberitaan soal perusahaan dan kesuksessan Devan, hal ini membuat Anyelir mengernyit bingung.
‘Tidak ada artikel yang menampilkan soal keluarga, istri dan hal lainnya yang menyangkut hal pribadi Devan, ini semua hanya tentang bisnis. Apa jangan-jangan Devan sedetail itu menutupi tentang informasi pribadinya?’ batin Anyelir bertanya, Anyelir menaruh curiga pada semua artikel yang tidak ada sedikitpun media memberitakan seputar kehidupa pribadi Devan, dan Anyelir sangat yakin, kalau ini semua pasti karena kekuasan Devan sampai-sampai Devan bisa membungkam semua media. Dan yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa Devan sama sekali tidak mau dan sangat menutup rapat soal keluarganya, bahkan Laura sekalipun.
‘Aku harus mencari tahu sendiri, dan aku harus berhati-hati, aku tidak mau kalau ini sampai menyakiti orang lain, seperti yang terjadi waktu itu,’ rasa penasaran Anyelir semakin besar, dan itu semua menjadi tekad bulat bagi Anyelir.
**
Jam pulang kantor sudah tiba, saatnya semua karyawa pulang, termasuk Anyelir. Tapi sebelum Anyelir keluar dari ruangan, Anyelir memutuskan untuk ke toilet lebih dulu, karena ingin buang air kecil, dia pun meminta Nabila untuk lebih dulu ke tempat parkir. Setelah selesai dari toilet , Anyelir menatap dirinya lewat pantulan cermin, memastikan penampilannya masih baik, barulah Anyelir menuju ke lift, karena ruangannya yang berada di lantai 3. Tepat pada saat itu, salah satu lift terbuka dan terkejutnya Anyelir, karena di sana hanya ada Devan dan Felix. Seolah tahu, Felix langsung menahan lift.
“Masuklah, akan lama jika menunggu lift di sebelah,” titah Devan, namun Anyelir nampak ragu, sampai akhirnya Devan menarik tangan Anyelir, sampai-sampai Anyelir terjatuh dalam dekapan Devan karena terkejut. Beruntung pada saat jatuhnya Anyelir, pintu lift tertutup jadi tidak ada yang melihat kecuali Felix.
‘Nasib Cuma ngontrak di bumi,’ batin Felix.
#Anyelir Pove
Aku begitu terkejut saat aku tahu bahwa perusahaan tempat aku magang adalah perusahan milik tuan Devan, yang tidak lain suamiku sendiri, ada rasa was-was sebenarnya dalam hatiku, karena aku takut bisa timbul masalah suatu hari nanti, namun aku kembali menekan perasaank dan hanya satu yang bisa aku lakukan, jangan membuat masalah. Aku harus bisa lebih berhati-hati, dan jangan sampai mereka semua tahu bahwa taun Devan adalah suamiku.
Saat pulang kantor, aku tidak menyangka kalau aku akan bertemu dengan tuan Devan, apalagi saat ini posisi kami sangat dekat, aku tidak sengaja terjatuh dalam dekapan tuan Devan, dan saat aku menyadarinya aku langsung menarik diri sebelum ada orang lain yang melihat.
“Maafkan saya Tuan,” ujarku seraya menunduk, tapi tidak ada jawaban sama sekalai dari Tuan Devan. Aku pun berdiri di sampingnya, sebenarnya tidak cukup nyaman bagiku, karena aku takut kalau aka nada karyawan lain yang melihat. Dan benar saja, saat lift berhenti di lantai bawah, pintu lift terbuka, masih ada beberapa karyawan rupanya namun, dan juga satpam.
“Loh kamu anak magang?” satpam yang berjaga langsung menghampiriku.
“I-iya Pak, ada apa ya?” tanyaku bingung.
“Ini lift khusus untuk Pak Devan dan juga tamu, sedangkan lift untuk karyawan ada di sini,” aku mendengarkan dengan seksama penjelasan dari satpam.
“Tidak apa-apa,” tuan Devan keluar dari lift bersama asisten Felix, membuat satpam tadi langsung membungkuk hormat.
“Saya yang mengajaknya, karena saya lihat lift penuh dan dia menunggu cukup lama,” jelas tuan Devan, dia pun melangkah bersama asisten Felix, mendahuluiku. Aku menatap punggungnya yang mulai menjauh, entah kenapa dengan begini aku jadi sadar, kalau aku dan tuan Devan memang berbeda. Banyak hal yang aku tidak tahu tentang dirinya, dan nampaknya tuan Devan juga berusaha untuk menutupinya dariku. Mungkin karena aku istri siri, jadi menurut tuan Devan aku tidak berhak ikut andil mencampuri urusan pribadinya, ya kalau dipikir-pikir hubungan pernikahan ini memang hanya untuk menjamin perusahaan ayah agar bisa terbebas dari kebangkrutan.
Aku melajukan kendaraanku untuk pulang ke rumah, mala mini aku ingin memasak makanan yang sangat ingin aku rindukan, yaitu seblak. Jangan heran, aku memang sangat menyukai makanan yang sering orang sebut kerupuku direndam, tapi menurutku seblak memiliki cita rasa sendiri, yaitu pedas. Aku berpikir, mumpung tuan Devan tidak di rumahkan? Dan benar dugaanku, saat aku memarikirkan mobil, aku tidak melihat adanya mobil tuan Devan di rumah, aku jadi semakin semangat untuk memasak. Aku melangkahkan kaki dengan sangat ringan menuju dapur, awalnya tentu saja Larissa sangat menentang keras, tapi aku meyakinkan Larissa bahwa aku tidak akan membuat dapur kacau.
“Bukan begitu maksud saya Nona, tapi saya di sini sebagai penanggung jawab segala kebutuhan Nona, jikalaupun ada yang ingin Nona makan, maka Nona bisa memintanya pada saya,” ujar Larissa.
Aku mencoba berpikir sebentar, “bagaimana kalau begini, aku memasak dan kamu membantuku,” ujarku memberikan ide, rasanya berdebat dengan Larissa tidak akan menang.
rose sama kaya Anye
Erma sama kaya si Gita licik nya wkwkm