Diharapkan bijak dalam memilih bacaaan
Rosaline Malorie adalah seorang wanita sederhana, tidak suka pakaian terbuka, cantik, rendah hati, tapi selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Dalam hidupnya tidak sekalipun mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan kakak satu- satunya, bahkan dijadikan jaminan untuk mempertahankan perusahaan ayah yang tidak mengangapnya.
Tapi semua penderitaan Rosaline berubah, ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang CEO dari perusahaan terkenal di Spanyol dan termasuk jajaran orang terkaya di Eropa. Pria itu mengklaim bahwa Rosaline adalah wanitanya.
Rhadika Browns adalah seorang CEO berkedok Mafia. Jarang orang yang mengetahui wajah dari ketua Black Sky ini.
Bagaimana kisah pertemuan mereka?
Apakah Rosaline besedia menjadi milik Rhadika, dan menjalani takdir yang mempermainkannya ketika masa lalu pria itu muncul kembali?
Apa alasan Adijaya selalu mengabaikan Rosaline?
So,Yuk kita baca selanjutnya di cerita Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The Winner Purba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Pagi Hari
"Ingat, Rosaline Malorie. Dia lah yang membuat ku seperti ini. Jika ingin kuanggap sebagai putraku, balas dendamku! Jika berhasil, dengan senang hati kau adalah putra dari Selena Buenas. Mengerti?"
Anak usia 10 tahun itu mengangguk tanda mengerti. Kepergian Selena menanamkan dendam pada anaknya.
Malam harinya Rhadika pulang bersama. Max yang mengemudi membelah jalanan dimalam hari yang sunyi.
"Kak, apakah kakak benar-benar sudah melupakannya? Apa kakak ipar adalah kakak iparku selamanya atau....?
"Jangan membahas sesuatu yang tidak penting!"
"Baik ka. Tentang hukuman kakak ipar, sebenarnya Ka...?
"Aku sudah mengetahuinya." Rhadika terus memotong pertanyaan Levi tanpa mendengarnya secara lengkap.
"Bunga lili itu bukankah itu yang kakak jaga selama ini demi dia? Levi sangat penasaran dengan perasaan kakaknya. Levi memang salah satu penghuni Black Sky yang paling banyak bicara. Hampir mirip dengan kakak iparnya yang suka menggosip.
"Berhentilah bertanya! Apakah kamu kurang pekerjaan?" Kesabaran Rhadika sudah habis menghapi pertanyaan-pertanyaan Levi.
Melewati gerbang rumah diikuti oleh taman yang sebelumnya penuh dengan bunga lili, Dika menatap datar bunga Lili yang sudah setengahnya tercabut. Levi memperhatikan ekspresi kakaknya. Tidak ada ekspresi yang dilihat Levi. Dia diam tidak ingin memperkeruh suasana.
Setelah sampai didepan pintu, Max keluar dan membukakan pintu untuk tuannya. Dika keluar dan melihat paman Vill dan pelayanan menyambutnya.
"Dimana istriku? tanya Rhadika kepada paman Vill. "Maaf Tuan, selesai nona mencabut bunga lili, nona langsung pergi ke kamar. Nona tidak keluar kamar dan belum makan malam." jawab paman Vill dengan jujur.
"Bodoh," seru Dika dengan wajah marah. Para pelayan dan paman Vill mulai gemetaran. Pasalnya jika tuannya marah, hukuman akan menanti mereka. Levi yang melihatnya menghela napas dan berlalu menuju kamarnya.
Dika meninggalkan kumpulan pelayan rumah dan menuju kamar. Dia membuka pelan kamarnya. Kamar mereka menggunakan sidik jari digital dimana sisik jari istrinya sudah ditambahkan.
Dia masuk dan melihat seorang wanita meringkuk seperti bayi. Dika mendekatkan diri pada gadis yang sedang tidur di bed king size miliknya. Bekas air mata tercetak jelas di wajah mulus istrinya.
"Apakah aku terlalu keras kepadanya? Seharusnya aku mengajarimu malam ini kelinci kecil. Tapi, wajah damai mu ini seketika meruntuhkan amarahku. Setiap aku marah padamu selalu ada rasa bersalah yang menimpa hatiku. Tidurlah!" Dika masuk kedalam selimut dan mengusap pelan kepala istrinya.
Otomatis Rose yang awalnya tidur telentang langsung tidur menyamping memeluk orang yang sampingnya. Tangannya berada dileher suaminya, kakinya diatas perut suaminya, dan wajahnya ditelingkupkan didada lebar suami suaminya. Kebiasaan Ros saat tidur dengan dua pria yang memiliki aroma tubuh yang sama.
"Wanita ini, kebiasaan tidurnya selalu membangunkan sesuatu yang sebelumnya tidur dengan tenang." Rhadika berjanji pada dirinya tidak akan menyentuh istrinya, sebelum mendapat persetujuan.
Pria itu juga membalas pelukan wanitanya. Dia harus bisa mengontrol dirinya disetip ujian yang tak secara sadar istri kecil lakukan.
Pagi hari menyingsing, terlihat seorang wanita mulai mengerjap-erjapkan matanya. Dia samar melihat seorang pria dipukannya. Manik matanya membulat sempurna ketika menyadari siapa yang sedang dipeluknya.
Dia menatap suami tampannya sebentar. Satu kata keluar dari mulut suaminya "Tampan".
"Apakah sudah selesai melihatku. Aku tau aku tampan." Kepercayaan diri Rhadika sangat tinggi.
Aish, saat seperti ini saj Ros masih sempat memikirkan suami tampannya. "Maaf Tuan, saya tadi melihat ada nyamuk didahi anda," seru Ros berusaha mengelak.
"Bullshit, aku mau mandi. Aku akan kekantor," suara Rhadika yang berusaha lembut membuat Ros terdiam seketika.
"Apa aku perlu mengulangi ucapanku untuk kedua kalinya?" Rhadika menatap Ros yang masih diam tak bergeming dari tempatnya.
"Maaf Tuan, saya akan menyiapkan air mandi."
"Hmmm," Rhadika hanya berdehem mengiyakan jawaban istrinya. Ros merasakan suaminya mencoba untuk berbicara lembut dengannya.
Ros bergegas ke kamar mandi dan menyiapkan air mandi suaminya. Ros melamun memikirkan nasibnya besok hari. Suaminya berusaha lembut dengannya, dia berharap tidak ada kejutan menyakitkan untuknya besok. Air di bathtub sudah mulai keluar dan mengalir kelantai kamar mandi.
"Fokuslah pada satu pekerjaan!" Ros kaget mendengar suara suaminya. Baginya suara itu sangat seksi. Dia dengan sigap mematikan kran air dan berbalik kearah suaminya.
Matanya membola melihat roti sobek suaminya. Ini pertama kalinya dia melihat perut kotak-kotak dan sekarang tepat didepan matanya. Dia terus menatap perut sixpack suaminya.
"Air liurmu!" Ros tekejut dan langsung meraba bibirnya. Tidak ada apapun. "Atau kau mau kita mandi bersama baby?"
Blush
Wajah Ros sudah semerah tomat. "Tidak tuan, saya..., saya akan keluar." Ros buru-buru keluar dan menutup pintu. Jantungnya berdetak cepat karena suaminya mengajaknya mandi bersama.
Ros bergegas ke walk in closet dan menyiapkan setelan suaminya. 15 menit akhirnya suaminya keluar dengan dada terbuka, hanya handuk kecil yang melilit pinggangnya.
Ros langsungnya membalikkan tubuhnya. Dika yang melihat itu tersenyum tipis. Dia mendekat dan berdiri tepat dibelakang istri yang belum disentuhnya.
"Apa kamu ingin melihatku mengganti pakaian baby?"
"Tidak tuan, saya akan keluar."
Pagi ini jantung Ros seakan diuji kekutannya. Bagaimana tidak? Baru bangun Dika berusaha lembut kepadanya, mengajaknya melakukan hal intim, melihat roti sobeknya. Ah, baru kali ini ada kejutan yang selalu membuat jantung nya berdetak cepat tapi tidak ada air mata.
Tidak sadar, pria yang di walk in closet tadi sudah keluar dengan setelan yang disiapkannya.
"Pasang dasiku!" Lamunan Ros buyar seketika.
"Baik tuan." Ros mendekat kearah Dika untuk mengambil dasi yang akan dipasang. Belum sampai Ros menyentuh dasi itu, benda itu sudah terlempar ke sofa dekat tempat tidur mereka.
"Apa aku pernah memanggil mu pelayan? Apa pernah paman Vill pernah menyuruh mu melakukan pekerjaan pelayan? Wajah Dika terlhat marah. Ros hanya menggeleng, dia bingung dengan pertanyaan tiba-tiba suaminya.
"Jadi, siapa kau sebenarnya dirumah ini?
Ros dengan takut menjawab Dika, " Saya istri tuan." Dika tersenyum tipis. Ros menunduk dan tidak melihat senyuman tipis suaminya.
"Apakah tuan adalah panggilan seorang istri ke pada suaminya?" Dika menunjukkan wajah dinginnya. Ros menggeleng pertanda mengatakan tidak.
"Ganti! Saat aku keluar dari walk in closet harus sudah ganti!" Dika sengaja tidak mengambil arloji mahalnya agar memberi kesempatan berpikir untuk istrinya.
Suara pintu terdengar terbuka.
"Su...suamiku aku akan memasang dasimu," seru Ros dengan gagap. Dika yang mendengar itu, wajahnya tetap datar.
Ros bingung, apa dia melakukan kesalahan lagi. Dia duduk disaofa dan menepuk-nepuk pahanya. Ros yang melihat itu bergegas mengambil dasi suminya dan meletakkan dipaha suaminya. Itu lah arti tepukan itu menurutnya.
Wajah Dika kembali mengeras pertanda marah. Ros kembali bingung. "Duduk!" Ros terkejut. Ah, ternyata duduk disana. "Aku tidak suka panggilan itu, terlalu tua." Ros kesal, tapi tidak berani menunjukkannya didepan suaminya. Itu saja dia butuh perjuangan untuk mengatakan suamiku.
Hening selama 3 menit Ros buka suara, "Sa..yang, sayang aku akan pakaikan dasimu." Wajah Dika merona mendengar kata sayang dari istrinya. Jantung nya juga berdetak lebih cepat dari biasanya. Sedangkan Ros, wajahnya sudah merona seperti tomat.
Hanya deheman yang keluar dari mulut suaminya. Drama dasi itupun akhirnya selesai. Ros yang merasa tugasnya selesai ingin bangkit berdiri. Tangan kokoh suaminya menahan pinggulnya. Manik mata mereka bertemu, tatapan itu berhenti kala Dika melihat bibir seksi istrinya.
Dia mendekatkan benda kenyal tak bertulang itu ke bibir istrinya. Saat melihat bibir seksi kelinci kecilnya dia akan selalu tidak tahan.
Ros yang melihat itu matanya membola. Dia diam sebentar dan membalas pa*ngutan suaminya. Ciuman itu begitu lembut membuat Ros terhanyut. Dia menutup mata dan mengalungkan tangannya di leher pria yang sedang mempermainkan bibirnya dengan lembut.
Ros sudah semakin pintar, karena sudah melihat tips nya di internet. Dika yang merasa istrinya mulai membalas tersenyum dalam hati. Meskipun kadang istrinya masih kaku, tapi istrinya sudah mulai lihai. Melihat Ros yang sudah tersengal-sengal, ia melepaskan pangutannya.
"PR pertamamu sepertinya sudah lulus kelinci kecil." Ros yang merasa malu spontan bersembunyi di dada suaminya. Dika yang melihat itu terkekeh.
Drama dikamar itu akhirnya selesai. Mereka menuju meja makan. Disana Levi sudah kesal setengah mati menunggu pasangan yang sedang turun dari tangga mahal itu. Sebenarnya Levi merasa was-was, apakah kakak iparnya akan turun dengan keadaan menangis? Mengingat kemarin kakaknya sangat merah di meja makan.
Dia tidak menyadari sepasang suami istri yang mulai baikan itu sudah duduk. Dika melihat makanan istrinya yang kemarin.
"Ehem, aku mau itu!" tunjuk Dika pada nasi goreng yang ada dimeja itu.
Palayan yang mendengarnya ingin bergegas tapi terhalang saaat melihat nyonya mereka bergerak mengambil nasi goreng itu. "Sudah cukup sayang?" Ros bertanya dengan santai.
Byurrr
Levi yang sedang minum menyemburkan air minumnya. Paman Vill yang berdiri disampingnya Levi terkena semburan. "Maaf Paman," Levi memasang wajah bersalah. Kemudian dia melihat kakak iparnya dan kakaknya. Tatapan tajam Dika seakan mengatakan kami sudah baikan.
Apakah dunia sedang terbalik. Keadaan ini membuatnya merinding. "Levi apa kamu baik-baik saja? Kamu makan nasi goreng juga? Ros ingin mengambilkan makanan adik iparnya. Tapi diurungkannya ketika mendengar suara bariton pria yang disampingnya.
"Dia bukan anak kecil lagi." Levi yang mendengar itu mendengus. Apa kabar dengan kakaknya? Dia menyuruh kakak iparnya juga.
Saat sarapan pagi selesai, Dika buka suara. "Masalah taman, biarkan saja. Besok baru dilanjutkan!" Ros mengangguk dan mengikuti perkataan suaminya yang sedang berjalan keluar pintu.
Dika mencium dahi istrinya. Begitu juga istrinya mencium bibirnya singkat. Yah, itulah kesepakatan mereka sebelum keluar dari kamar.
Levi yang melihat itu merasa mual. "Cih, drama menjijikkan." Levi kesal bukan main, bagaimana dia tidak kesal? Jiwa jomblonya sedang meronta-ronta.
Seseorang dibalik tembok yang terus memperhatikan drama itu mengambil ponselnya. Dia menekan tombol diponselnya. "Halo tuan, keadaan nyonya dan tuan mulai membaik." Setelah mengatakan itu, dia menutup teleponnya. Dia menghindari CCTV dirumah itu. Yah dia sudah tau betul letak CCTV di mansion ini.
Orang itu sangat jelas.mengetahui letak CCTV di mansion ini. Orang yang ditelepon tadi tersenyum smirk. "Terbanglah setinggi mungkin, dan akan kujatuhkan sampai tak bersisa."