Kanazya Laurels, wanita yang hidup sendiri dari kecil. Ayahnya meninggal setelah ditinggal ibunya pergi.
Dia bertemu dengan seorang pria penjual bunga yang sangat tampan hingga membuatnya terpesona. Tetapi lelaki itu ternyata tunanetra.
Tak disangka, Kana setuju menikah dengan Krishan lantaran ia terhimpit dan butuh tempat tinggal. Tetapi pesona Krishan yang luar biasa itu, membuatnya jatuh cinta.
Masalah terus berdatangan saat Kana menyadari bahwa lelaki buta yang ia nikahi bukanlah orang sembarangan.
Siapa sebenarnya Krishan? Bagaimana cara dirinya melindungi istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beautiful Night
Kana terbangun, dia menggeliat sebentar lalu terduduk saat menyadari dirinya tertidur setelah makan siang.
Kana melirik jam, ternyata sudah pukul 6 dan dia tidak melihat Krishan di kamar. Kana memilih bersih-bersih sebelum makan malam.
Dia keluar kamar, tadi Krishan menelpon melalui telepon kamar, katanya dia ada urusan sebentar. Jadi, Kana memilih makan malam sendirian.
Sesuatu yang Kana tak ingin lewatkan adalah Klub di dalam hotel. Apalagi semewah ini, pastilah Club and Bar-nya juga mewah.
Setelah bertanya, Kana langsung naik ke lantai paling atas. Nightclub itu sudah ramai dengan nuansa lampu biru hangat dan alunan musik yang santai dan tidak terlalu berisik. Sangat cocok dengan selera Kana.
Dia mulai menelusuri tempat dengan pandangannya. Setelah melihat tempat yang pas, Kana duduk dan memesan minuman.
"Tidak boleh mabuk, karena akan bahaya untuk diriku dan juga Krishan." Gumamnya lalu menuang minuman Beer Cocktail ke dalam gelasnya.
"Hua, mantap." Ucapnya saat menyesap minuman itu.
Lampu tiba-tiba meredup dan musik mulai mengeras hingga membuat beberapa orang di dalam ikut berjoget di lantai yang luas itu.
Kana memesan rokok pada pelayan, hanya sekedar membuatnya sedikit beraktifitas.
"Hah, sayang sekali tidak ada Alana." Gumamnya sambil menyalakan rokok.
Kana menghisap rokoknya secara perlahan. Ingin rasanya ke pantai di malam hari ini, pasti seru. Tetapi dia mengurungkan niat karena angin pantai di malam hari pasti sangat dingin.
Mata Kana berputar, siapa tahu bertemu seseorang yang ia kenal. Dan benar saja, Kana menatap seseorang yang duduk di sofa dengan garang, dilayani oleh dua orang wanita kiri dan kanan. Krishan. Hah, lucu sekali. Lelaki buta juga normal, kan? Lagi pula istrinya ini tidak bisa melayaninya. Tidak salah jika dia mencari kesenangan diluar sana.
Kana menyesap rokoknya sambil terus memperhatikan Krishan. Lelaki itu hanya diam saja, tak bergeming sama sekali walau dua perempuan itu terus mengelus wajahnya.
Dia tiba-tiba teringat ucapan orang tua saat di pantai tadi, juga respon Krishan yang terlihat sangat meyakinkan. Tetapi, lihatlah sekarang. Dia melupakan ucapannya atau melakukannya sembari menunggu Kana mau disentuh olehnya?
Krishan tersenyum, entah pada siapa sebab orang di hadapannya tidak terlihat.
"Wah, kau sesenang itu karena dibelai, eh?" Kana menyesap lagi rokoknya, memandang sebal ke arah Krishan.
Krishan berdiri diikuti seorang wanita berpakaian seksi yang menuntunnya.
Kana berdiri tegak, "mau apa dia dengan perempuan itu?"
Kana menenggak minumannya dan meletakkan gelas dengan kasar. "Akh. Sialan dia!" Gerutunya kesal.
Dia berdiri dan mengikuti arah Krishan menghilang. Lalu mendapati Krishan tengah berjalan sendiri.
"Lho, mana perempuan tadi?"
Kana berjalan dibelakang Krishan. Satu hal yang ia syukuri adalah dirinya yang tak memakai parfum.
Dia mengesap rokoknya hingga asapnya menghambur ke depan Krishan.
Lelaki itu berhenti, lalu menoleh ke belakang hingga membuat Kana menahan napasnya.
"Maaf, asap rokok anda terhirup saya. Apa bisa menunggu saya berjalan keluar dulu?"
Kana berdehem, lalu Krishan melanjutkan jalannya.
Melihatnya jalan yang tak lurus, Kana memegang tangan laki-laki itu lalu meluruskan jalannya lagi.
"Terima kasih, tetapi tidak mengapa, saya bisa sendiri." Tolaknya secara perlahan.
Kana melepaskan tangannya. Dia maju ke depan, lalu memanyunkan bibirnya di depan Krishan, mengejek Krishan yang berjalan perlahan.
Kana melewati Krishan begitu saja dan masuk ke dalam lift. "Tidak bisa melihat, tapi sombong." Gumam Kana sembari mencebikkan bibirnya, merasa kesal pada Krishan.
Dia menuju kamar, entah bagaimana cara Krishan menuju kamar, yang jelas dia mau langsung masuk ke dalam kamar setelah kedatangannya ke club tadi membuatnya tak enak hati.
Kana masuk kamar lalu membuka anggur. Dia duduk di sofa depan jendela kaca yang luas menampilkan laut malam.
"Ck, ah.. anggurnya enak. begini kalau jadi orang kaya." Kana berbicara sendiri lalu menatap ke laut di depannya. Pemandangan yang sungguh menyejukkan matanya setelah melalui hari-hari yang sulit diungkapkan.
Kana mulai berpikir, bagaimana hidupnya kedepan jika Krishan meninggalkannya karena memilih perempuan lain. Jika dipikirkan sepertinya Krishan bukan penjual bunga biasa. Bisa saja dia masih punya usaha lain hingga bisa membuatnya menginap di hotel semewah ini.
Lalu, bisa saja Krishan bosan dan memilih perempuan lain, walau Kana berpikir keras tentang alasan Krishan yang menikahinya, padahal bisa saja dia membantu tanpa ikatan pernikahan.
"Pernikahan macam apa ini?" Gumamnya lagi dan menenggak minumannya. "Lagipula apa yang kuharapkan? Memangnya kenapa kalau dia memilih perempuan lain? Bukankah itu haknya?"
Kana menuang minumannya, "tidak, aku tidak bisa memikirkan itu. Aku.. suka dengan keadaanku sekarang. Menikah dengannya walau buta, dia tetap menjadi laki-laki yang menyenangkan."
Kana menyandarkan kepalanya di sofa, pandangannya melihat ke arah laut yang ombaknya semakin membesar.
"Ombak yang besar bisa menghancurkan kapal." Gumamnya. "Itu hanya untuk rumah tangga yang normal. Itu tidak ada di rumah tanggaku."
Bunyi pintu terbuka membuat Kana membenarkan posisi duduknya. Krishan masuk lalu membuka sepatunya.
"Aku pikir ke kamar perempuan lain." Gumamnya.
"Jia? Kau disana?"
"Hm." Jawabnya malas.
Krishan menuju sumber suara. Dia meraba sofa lalu duduk di sebelah Kana.
Lelaki itu diam sebentar, lalu memutar wajahnya menghadap Kana.
"Kau merokok?"
"Hm."
"Rokok dan alkohol, apa sedang stress?" Tanya Krishan yang mengingat Kana yang pernah bilang merokok hanya karena stress.
"Tidak, hanya ingin saja." Jawabnya lalu melirik Krishan yang tengah tersenyum.
"Apa sedang bahagia?" Tanya Kana.
"Setiap hari aku bahagia." Jawabnya santai.
Kana menenggak minumannya. Tak menghiraukan jawaban Krishan. Dia memandang lagi ke depannya.
"Apa terjadi sesuatu?"
Krishan si manusia peka, mendengar keheningan saja dia seperti tahu sesuatu tidak berjalan normal.
"Tidak ada, semua baik-baik saja. Aku ngantuk, aku tidur duluan." Kana meletakkan gelasnya di meja sebelah sofa lalu beranjak.
Krishan masih diam di tempatnya sampai mendengar Kana naik ke atas tempat tidur yang dekat dengan sofa yang ia duduki.
Kana menghembuskan napasnya, dia merasa kasihan juga pada Krishan. Lelaki itu pasti tengah bingung dengan sikap Kana saat ini. Kana sendiri juga bingung, kenapa dia begitu kesal pada Krishan. Padahal lelaki itu tidak berbuat apapun padanya.
Kana memejamkan matanya, lalu dia mendengar suara dentingan gelas dan botol. Kana mengangkat sedikit kepalanya, melihat ke arah Krishan. Lelaki itu ternyata minum anggur yang tadi Kana buka.
Kana langsung duduk, memperhatikan laki-laki itu. Wajahnya menghadap laut, dengan segelas anggur di tangannya yang ia teguk langsung dalam satu gelas kecil itu.
Kana menghembuskan napas, rasanya tidak adil jika dia membiarkan laki-laki itu sementara dia menikmati apa yang Krishan berikan padanya.
Kana menghempaskan tubuhnya di sofa, menghadap ke arah Krishan yang wajahnya beralih padanya.
"Tidak jadi tidur?" Tanyanya.
Kana mengambil gelas dari tangan Krishan dan mengisi anggur ke dalamnya. "Tidak ngantuk."
Kana bisa melihat Krishan tersenyum samar. Dia mungkin senang karena kini dirinya mempunyai teman bicara.
"Jangan minum terlalu banyak, kau bisa mabuk."
"Kau juga." Jawab Kana seadanya.
"Jangan khawatir, aku kuat minum."
Kana melirik ke arahnya. "Nampaknya dulu kau tukang minum."
Krishan menarik senyum di ujung bibir kanannya. "Ya, hal semacam ini terlalu sering kulakukan. Sekarang seperti tak ada gunanya."
Wajah Krishan tersenyum walau dalam hatinya merindukan penglihatannya yang kembali seperti dulu.
"Kau bisa minum bersamaku jika mau. Aku akan menemanimu, tidak perlu bersama perempuan lain." Jawab Kana yang menatap terus ke lautan di depannya.
Krishan menoleh, "kau ke nightclub?"
"Hm."
"Aku hanya menemui teman lamaku, aku juga tidak mengerti kenapa wanita-wanita peliharaannya malah duduk disebelahku." Jawab Krishan seperti tengah menjelaskan kesalahpahaman pada istrinya.
"Aku tidak melakukan apapun, aku menolak dan tidak menyentuh mereka."
Kana mengkat alisnya, dia tahu sebab memang melihat Krishan yang diam.
"Kau..."
"Aku tidak cemburu." Potongnya langsung dan berhasil membuat Krishan tertawa kecil.
"Kenapa tertawa? Aku tidak cemburu."
"Iya, aku tahu." Sahutnya lalu menenggak minumannya lagi. "Lagi pula, aku sudah punya istri, tidak mungkin aku melakukan hal aneh-aneh diluar sana."
"Aku melihatmu bersama mantanmu. Dia menciummu. Apa itu bukan 'hal aneh-aneh diluar sana' ?"
Krishan menoleh lagi pada Kana.
"Kau terkejut karena aku tahu?"
Krishan menghela napasnya. "Dia memang mendatangiku karena menawarkan bantuan untuk membangkitkan perusahaanku lagi, tetapi aku menolak. Untuk ciuman itu, aku juga tidak tahu karena dia melakukannya tiba-tiba."
Kana tak menoleh, dia meneguk lagi minumannya.
"Jia, maafkan aku, kedepannya aku akan lebih berhati-hati."
"Kenapa minta maaf? Kau berhak melakukan itu." Kana merebahkan kepalanya di sandaran sofa. Entah pembahasan apa yang sekarang ia dan Krishan bincangkan. Namun nampaknya sangat serius hingga Krishan memutar tubuhnya menghadap Kana.
Dia meraba kebawah, mencari tangan Kana yang menggenggam gelas kecil di atas perutnya.
"Jia, hal yang harus kau tahu adalah aku bukanlah laki-laki yang bisa jalan dengan sembarang perempuan. Aku tidak pernah melakukan hal semacam itu. Cinta pertamaku sudah selesai, dan sekarang, aku bersamamu, hatiku memilihmu sampai aku bisa yakin untuk menikah bukan sekedar ingin menolongmu, tapi karena aku menyukaimu. Aku yakin bersama denganmu akan membuat hidupku semakin lebih baik."
Kana terenyuh, dia memandang wajah khawatir laki-laki itu. Dia pasti kebingungan menjelaskan perasaannya pada Kana.
"A-aku percaya padamu. Sekarang, lebih baik kita tidur." Kana lebih baik mengakhiri percakapan malam itu sebab dia tidak ingin membahasnya.
Krishan menarik tangannya hingga ia terduduk lagi. Lelaki itu meraba bahunya lalu menarik tengkuk leher Kana, membuat gadis itu membelalakkan matanya.
"Jawablah dengan jujur, kau juga menyukaiku, kan?"
Kana menahan napasnya, wajahnya kini sangat dekat dengan Krishan.
"Jawablah, Jia. Aku bisa merasakan kau menyukaiku. Kepedulianmu, perhatianmu, aku bisa merasakannya. Jawablah dengan jujur kalau kau cemburu. Aku bisa merasakan itu semua darimu."
Kana berdebar mendengar semua ucapan Krishan. Dia tidak merasakan itu sebelumnya, lalu saat mendengar itu dari ucapan Krishan, Kana tahu dia cemburu. Itu sebabnya dia keluar dari nightclub dengan perasaan marah.
"Krish.. aku.." Kana menggenggam tangan Krishan yang memegang tengkuk lehernya supaya lelaki itu melepasnya.
Namun Krishan malah mendekatkan wajahnya hingga napasnya mulai terasa di pipi Kana.
"Katakanlah kau menyukaiku." Bisiknya di dekat bibir Kana.
Kana memejamkan matanya, dia tidak menjawab pertanyaan itu. Tetapi gairahnya memuncak saat napas hangat itu menyentuh kulitnya lagi.
Tak mendengar apapun, Krishan menjauhkan wajahnya. Kana tidak menyukainya? Lalu malam itu, saat dirinya separuh sadar, kenapa Kana menciumnya?
Kana menarik tengkuk leher Krishan, dia mencium bibir lelaki itu dengan menggebu. Dia menghiraukan deguban jantung yang detakannya luar biasa. Dia hanya ingin mencium lagi bibir itu.
Krishan membalasnya hingga Kana mengerang tertahan. Dia mengesap lembut bibir Kana, membuat aliran darah mengalir deras ke semua bagian tubuhnya.
Decapan halus terdengar dari bibir keduanya. Kana memejamkan mata, membiarkan Krishan melakukannya, dia menyukai pria itu yang melakukannya dengan bebas.
Tangan Krishan memeluk tubuh Kana lalu mengangkatnya ke pangkuannya. Lelaki itu melepaskan ciumannya, membiarkan Kana duduk dengan nyaman di atas pahanya.
Kana melanjutkan ciumannya saat bibir Krishan terlihat basah dan membuatnya semakin memuncak. Dia memegang leher Krishan dengan kedua tangannya, menyesap bibir itu hingga membuat gejolak yang sangat luar biasa, dia menginginkan lebih.
Krishan berdiri sambil menggendong Kana, membuat gadis itu sedikit terkejut dan melepaskan ciumannya.
Krishan menyentuhkan bibirnya ke dagu Kana, memberi kode untuk melanjutkannya saja. Kana mengencangkan cengkramannya di rahang lelaki itu dan melanjutkan ciumannya sementara Krishan berjalan perlahan menuju tempat tidur yang berada di dekat sofa.
Krishan menidurkan Kana dengan perlahan. Dia perlahan meraba seluruh tubuh Kana dengan tangan kanannya. Setelah tahu gadis itu memakai dress, dia langsung menarik dress itu ke atas hingga terlepas dari tubuh Kana.
Krishan membuka bajunya dan mencampakkannya dengan sembarang. Kana bisa melihat tubuh kekar yang dilapisi tato diseluruh tubuhnya. Wajah Krishan terlihat seperti hewan buas yang akan menerkam mangsanya, namun terlihat seksi di mata Kana.
Krishan bertumpu dengan lututnya diantara pinggang Kana, perlahan menyentuh pinggang ramping itu dengan kedua tangannya, lalu sentuhan itu naik ke atas hingga bahu Kana. Krishan menurunkan tubuhnya, mencium bibir Kana lagi sampai Krishan membuat dirinya benar-benar sudah tidak bisa membendung keinginan yang terus naik, dia ingin yang lebih.
Krishan menurunkan ciumannya ke dagu hingga leher Kana, membuat gadis itu mengerang nikmat yang membuat Krishan semakin menjadi.
Krishan menurunkan wajahnya ke dada Kana. Dia masih diam disana seperti menunggu persetujuan gadis itu.
Kana mengeluarkan suara mendesah pelan sebagai jawaban dan Krishan langsung menciumi dada Kana. Dia melepas perlahan kain yang mengganggunya.
Terdengar napas lembut yang lirih, Kana membuka mulutnya saat Krishan menyantap satu gundukan indah miliknya. Sementara tangan kekar itu menyentuh ujung yang lain. Kana meremas erat rambut belakang Krishan karena Saat ini, hanya kenikmatan yang dia rasakan hingga seluruh tubuhnya meremang.
"Hah..." Kana tak bisa menahannya, Krishan terlalu pandai melakukannya. Dia seperti ingin langsung masuk ke intinya yang sudah berdenyut tak kuasa menunggu.
Krishan turun ke bawah, sesuatu yang membuatnya langsung berdebar. Krishan membuka celana kecil Kana secara perlahan hingga terlempar ke bawah.
"Come on, Krish!" Erangan Kana menyambar Krishan. Dia langsung membuka paha Kana lalu menindih tubuh gadis itu.
Sesuatu terasa diantara paha Kana namun Krishan tak langsung menghujamnya. Laki-laki itu mencium bibir Kana lagi, dia memainkan lidahnya hingga Kana lagi-lagi terbuai.
Krishan memulai aksinya, dia memasukkannya secara perlahan hingga erangan Kana terdengar indah ditelinga Krishan. Gadis itu membuka mulutnya saat merasakan keseluruhan itu masuk dalam kedua pahanya, terasa nikmat.
Krishan menciumi leher Kana sembari mendorong miliknya maju mundur, Krishan melakukannya secara perlahan, supaya Kana dapat merasakannya, menikmatinya.
"Love you, Jia." Bisik Krishan di telinga Kana, membuat gadis itu membuka matanya lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Krishan.
Kana mencium dagu Krishan yang dekat dengan bibirnya. "Maaf, karena aku juga sangat menyukai dirimu."
Krishan mengangkat kepalanya, menoleh pada suara Kana.
"Aku cemburu kau dekat dengan perempuan lain. Aku menyukai dirimu, Krish." Bisiknya dengan helaan napas yang memburu karena sesuatu dibawah sana tengah bersatu.
Krishan menghujamkannya lagi, membuat Kana mengeluarkan erangannya. Kini napas mereka terengah, padahal Krishan belum sepenuhnya melakukannya.
Krishan bangkit, dia memegang pinggul Kana dan melakukannya dengan sepenuhnya, mendengar ucapan Kana membuatnya semangat dan percaya diri.
Mereka menikmati malam itu, malam yang seharusnya sunyi kini dipenuhi erangan Kana yang sangat menikmati sentuhan yang Krishan berikan. Kana sangat menikmati malam itu. Karena mulai detik itu, dia akan menjalankan rumah tangganya dengan Krishan seperti rumah tangga normal lainnya.
TBC
nah loohh .. bini' mu sdh angkat bicara