"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siswa Baru
Di kediaman Indra, seorang wanita paruh baya duduk di sofa ruang tamu sedang asik menonton siaran berita di televisi. Wanita paruh baya itu bernama Era, ia adalah emak dari Indra.
Indra yang baru pulang, mengedap-edap masuk karna takut ketauan sama emaknya.
"Dari mana aja kamu?" tanya mak Era yang tetap fokus sama siaran berita televisinya.
Indra membalikan badannya menghadap emaknya itu.
"Eh Emak. Sejak kapan di situ Mak?" Indra balik bertanya sambil tersenyum kikuk.
"Jawab dulu pertanyaan Emak, dari mana kamu?" tanya emak Era dengan sedikit berteriak.
"Indra dari ... dari sekolah lah Mak. Dari mana lagi hehehe," jawab Indra cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Jangan bohong sama Emak, jawab yang jujur dari mana kamu?" tanya mak Era yang masih berteriak.
Melihat emaknya yang tambah murka membuat Indra ketakutan, kakinya gemetaran, dan keringatnya pun bercucuran kayak hujan.
"Indra da-ri rumah temen Mak," jawabnya sambil menunduk takut.
"Udah berapa kali Emak bilang, setelah pulang sekolah itu pulang ke rumah bukannya keluyuran, sebentar lagi kamu ujian, kamu harus belajar yang bener, jangan pergi kemana-mana. Kalo sampai nilaimu jelek, Emak pecat kamu jadi anak," ucap mak Era yang semakin murka.
"I-iya Mak," jawab Indra patuh.
"Karna kamu udah melanggar peritah Emak, jatah uang jajan kamu besok Emak potong 50%."
"Jangan dong Mak, jangan potong uang jajan Indra. Nanti kalo Indra kelaparan di sekolah gimana Mak. Indra kan makannya banyak," ucap Indra dengan wajah memelas.
"Itu resiko kamu, pokoknya uang jajan kamu Emak potong titik."
"Teganya dirimu Mak ..." Indra pergi meninggalkan emaknya, dan masuk ke dalam kamar.
* * *
Malam itu Indra duduk di meja belajar nya sambil memegang ponselnya, ia membuka aplikasi WA yang ada di layar ponselnya itu.
Tito baru saja menambahkan anda ke dalam grup Rencana Mengawasi Ketua Geng Rasta.
Tito Warning! Jangan tambahkan Ridho ke dalam grup.
Dino Oke siap To.
Indra Ini grup apaan sih?
Tito Gue ada rencana buat ngawasin Ridho. Siapa yang mau ikut?
Fiko Gue ikut To.
Dino Gue juga ikut.
Indra Ngawasin Ridho kemana?
Tito Ngawasin Ridho ketemu sama Doni.
Indra Kenapa harus diawasin, kata Ridho kan kita nggak boleh ikut.
Tito Doni itu licik, gue yakin ada rencana tersembunyi buat balas dendam lagi sama Ridho.
Indra Gue nggak bisa ikut. Emak gue nggak bolehin gue kemana-mana.
Tito Ya udah kalo nggak ikut gue sama anak-anak Rasta yang lain aja ke sana.
Fiko Terus apa rencana lo To?
Tito Gue nanti ikutin Ridho diam-diam. Nanti kalo udah sampe, gue kasih tau lokasinya pertemuannya.
Fiko Oke kalo gitu.
Dino Oke To.
Malam itu Tito sudah rapi dengan celana jeans hitam dan kaos warna putih dan jaket kulit bertulisan Rasta di belakangnya. Sekarang ia menuju ke rumah ketua gengnya yang tak lain Ridho Ahmad Wibowo.
Rumah Ridho
Di kamarnya, Ridho sekarang sedang melaksanakan sholat Isya dan setelah sholat tak lupa juga doa yang panjatkannya Allah SWT.
Setelah sholat dan berdoa, pemuda itu merapikan sarung dan sajadah lalu meletakannya di atas meja belajarnya.
Sekarang ia sudah rapi, dan bersiap-siap untuk menemui Doni ketua dari geng Ranjes tersebut. Ia mengambil kunci motor di atas meja lalu keluar dari rumahnya itu dan berangkat menuju lokasi pertemuannya dengan Doni.
Tito yang melihat Ridho keluar dari pagar dengan cepat mengetikan pesan di grup Rencana Mengawasi Ketua Rasta.
Tito Ridho udah mau berangkat ke lokasi, sekarang gue mau ikutin Ridho.
Setelah mengetik pesan Tito segera mengikuti Ridho dari belakang.
Beberapa saat kemudian, Ridho pun sampai di lokasi dan menghentikan motornya di sana.
Tito yang melihat Ridho berhenti juga menghentikan motornya dengan jarak beberapa meter dan memantau dari jauh. Dengan cepat Tito mengetikan pesan lagi di grup Rencana Mengawasi Ketua Geng Rasta.
Tito Gue udah sampe di lokasi, gue sekarang berada di sebuah taman dekat dengan sekolah Doni. Sekarang juga kalian ke sini.
Fiko Oke gue dan yang lain ke sana sekarang.
Di taman terlihat Ridho sedang duduk menunggu Doni di bangku taman itu.
Tak beberapa lama, Doni datang menghampirinya dan ikut mendudukan tubuhnya di sana.
"Ada urusan apa lo ketemu sama gue?" tanya Doni menatap Ridho dengan raut wajah yang tak bersahabat.
"Gue ingin kita akhiri semua permusuhan ini, gue minta maaf karna sudah membunuh teman lo. Gue nggak mau lagi cari musuh," ucap Ridho tenang.
"Sampai kapan pun gue nggak akan pernah maafin lo. Laki-laki brengsek kayak lo nggak pantas untuk dimaafkan!" seru Doni yang tampak marah.
"Terserah lo mau maafin gue apa nggak, pokoknya gue sebagai ketua geng Rasta sudah meminta maaf." ujar Ridho dan hendak pergi dari sana.
Belum sempat Ridho pergi dari sana tiba-tiba saja anak-anak geng Ranjes menghadang jalannya.
"Nyawa harus dibayar dengan nyawa, ayo kalian hajar dia," perintah Doni pada teman gengnya.
Dan akhirnya tauran pun di mulai, 5 orang sekaligus melawan Ridho di tempat itu.
Dari kejauhan sana Tito menyaksikan pertarungan itu. Tanpa tunggu lama lagi Tito membantu Ridho untuk melawan anak-anak geng Ranjes tersebut.
Beberapa menit kemudian, pukulan mereka mampu membuat Ridho kewalahan, satu pukulan entah dari mana mengenai hidung Ridho yang mengakibatkan darah keluarnya darah dari sana. Ternyata sekarang 10 orang sekaligus sudah maju menghajar Ridho dan lama-kelamaan Ridho pun jatuh ke tanah.
Sedangkan Tito masih berusaha melawan anak geng Ranjes yang menghajarnya. Dan saat itu juga anak geng Rasta pun datang dan ikut bertarung melawan geng Ranjes tersebut. Pertarungan itu dimenangkan oleh geng Rasta.
"Sudah, hentikan jangan lanjutkan lagi!" teriak Ridho menghentikan aksi anak gengnya.
Teriakan Ridho mampu menghentikan aksinya dan anak geng Ranjes pun pontang-panting berlarian meninggalkan tempat itu.
"Kenapa lo nyuruh kita menghentikannya Bro?" tanya Fiko heran.
"Karna gue nggak mau anak geng kita membunuh orang lagi!" tegas Ridho mencoba untuk berdiri.
"Tapi kan mereka udah mau bunuh lo, masa kita biarin mereka gitu aja," timpal Tito.
"Pokoknya gue nggak mau anak geng kita bunuh orang lagi, dosa kita udah banyak jangan ditambah lagi," ucap Ridho yang menahan sakit di hidungnya.
"Gue setuju sama Ridho, kita jangan ulangin kesalahan yang lama lagi," sahut Indra mendukung ucapan Ridho.
"Lo kok bisa ada di sini Ndra, bukannya lo nggak boleh kemana-mana sama emak lo," ujar Tito yang tampak bingung.
"Gue ke sini tanpa sepengetahuan emak gue, tadi gue keluar lewat jendela," jawab Indra jujur.
"Udah kayak maling aja lo, keluar lewat jendela," ucap Fiko ikut berkomentar.
"Sialan lo, gue lo katain maling. Kalo gue nggak lewat jendela bisa-bisa ketauan gue pergi sama emak gue," ujar Indra yang tak terima di katain maling.
"Sebegitu takutkah lo sama emak lo itu, kalo gue mah nggak takut sama mama gue." Dino juga ikut menimpal perkataan Indra itu.
"Ya iya lah lo nggak takut, mama lo kan nggak segarang emaknya Indra," sahut Tito.
"Udah-udah jangan berdebat, pusing gue dengerin kalian. Sekarang kalian jelaskan kenapa kalian semua bisa ada di sini?" tanya Ridho.
"Kita ngikutin lo Bro tadi," jawab Tito.
"Bukan kita Bro tapi Tito yang ngikutin lo," sahut Dino.
"Kalo Tito yang ngikutin gue, kenapa kalian semua bisa ada di sini?" tanya Ridho lagi.
"Kita ada di sini karna di suruh Tito," jawab Fiko sambil menunjuk Tito yang berada di sampingnya.
"Sama aja kali kalian semua ngikutin gue," ujar Ridho yang mulai pusing dengan perkataan temen-temsannya itu.
"Itu bukan ngikutin, kita cuma nyusul doang," jawab Dino.
Indra yang menyaksikan perdebatan itu hanya diam saja. Teman-temannya ini pada kenapa ya, ada-ada saja yang diperdebatkan, pikirnya.
"Udah ah gue mau pulang," ucap Ridho dan langsung meninggalkan teman-temannya itu.
"Eh eh Bro lo nggak berterima kasih sama kita," ujar Tito yang membuat langkat Ridho terhenti.
"Iya terima kasih semuanya, puas lo!" seru Ridho yang melanjutkan langkahnya.
"Yaudah semuanya, ayo kita pulang," ucap Tito dan langsung berjalan menuju motornya.
* * *
Beberapa saat kemudian, Ridho sampai di rumahnya. Ia memasukan motor kesayangannya ke dalam bagasi rumahnya itu. Setelah itu masuk ke dalam rumah menaiki tangga dan akhirnya tiba di lantai atas. Ia membuka pintu kamarnya, masuk ke dalam dan menuju ke arah cermin. Di cermin tampak hidungnya yang memerah akibat pukulan anak Ranjes tadi kemudian mengobatinya.
Di rumah Indra tampak Indra mengedap-edap masuk kedalam jendela kamarnya. Bersamaan dengan itu Era mengetok pintu kamarnya tersebut. Hal itu membuat Indra panik, dan langsung cepat melompat jendela. Dengan tergesa-gesa ia membuka pintu kamarnya.
"Dari mana saja kamu, buka pintu aja kok lama?" tanya mak Era pernah selidik.
"Indra dari ... dari toilet Mak," jawab Indra agak ragu.
"Oh ya sudah, ingat sekarang kamu harus fokus belajar jangan keluyuran! tegas mak Era.
"Iya Mak," sahut Indra.
Mendengar jawab iya dari anaknya Era pun akhirnya berlalu pergi dari kamar anaknya itu.
Indra menghela nafas lega, ia bersyukur tidak ketauan kalo tadi dia nggak ada di rumah. Pemuda itu mendudukan badannya di dekat meja belajarnya dan melanjutkan belajar yang telah ia tunda tadi.
* * *
Di sekolah
"Rahma," panggil Ridho yang membuat gadis itu menoleh.
"Lo kenapa masih cuekin gue?" tanya Ridho.
"Udah aku bilang, tolong jauhin aku," ucap Rahma.
"Kenapa gue harus jauhin lo?" tanya Ridho lagi.
Belum sempat Rahma menjawab Sinta menyahuti ucapan Ridho. "Karna dia nggak pantas buat dekat-dekat dengan lo."
Melihat Sinta berada di sana Rahma langsung masuk ke kelas.
TREEETT ......
Tak beberapa lama bel sekolah pun berbunyi. Setelah itu buk Susi datang dengan seorang siswa baru.
"Pagi anak-anak," sapa buk Susi.
"Pagi Buk ..." jawab semua murid serentak.
"Hari kita kedatangan murid baru, dia pindahan dari Bandung. Ayo Nak perkenalkan dirimu," ucap Buk Susi.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap siswa baru itu.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," sahut semua murid.
"Perkenalkan nama saya Dimas Maulana, panggilan Dimas, saya pindahan dari SMA 1 Bandung," ujarnya sambil tersenyum.
"Silahkan kamu duduk di bangku kosong sana," ucap buk Susi menujuk kearah bangku kosong di samping Rahma.
"Baik buk," jawab Dimas dan mendudukan tubuhnya di samping Rahma.
"Hey nama kamu siapa?" tanyanya pada gadis itu.
"Nama ku Rahma," jawab Rahma.
* * *
Jam istirahat pun telah tiba, murid-murid berhamburan keluar.
"Rahma aku boleh minjam catatan mu nggak," pinta Dimas.
"Boleh, ini." Rahma memberikan catatannya ke Dimas.
"Makasih ya."
"Sama-sama."
"Habis ini lo ke kantin kan, aku ikut kamu ya. Soalnya aku nggak tau kantin di mana," ujar Dimas.
"Yaudah, ayo ke kantin," ucap Rahma dan keluar dari kelas di ikuti Dimas di belakangnya.
Ridho yang melihat Rahma ke kantin dengan Dimas membuat hatinya panas seperti terbakar api. Ia mengepalkan tangannya dan memukul meja di depannya. Hal itu membuat Indra di sampingnya terkejut.
"Lo kenapa sih Bro, nggak sakit tuh tangan mukul meja sekuat itu?" tanya Indra yang masih kaget.
"Ini nggak seberapa, hati gue jauh lebih sakit dari ini. Rahma kayaknya bener-bener nggak suka sama gue," ucap Ridho yang terlihat sedih.
"Dari mana lo tau Rahma nggak suka sama lo?" tanya Indra lagi.
"Beberapa hari yang lalu gue bilang kalo gue suka sama dia, dan dia bilang kalo dia nggak suka sama gue," jawab Ridho.
"Rahma bilang kayak gitu pasti karna Sinta yang donorin darahnya ke Ridho. Gue yakin sekali dia juga suka sama Ridho tapi dia tidak mengakuinya," gumam Indra dalam hati.
"Hey Ndra kok lo malah bengong, mikirin apaan?" tanya Ridho mengagetkan temannya itu.
"Hah gue lagi mikirin ini, emak gue nyuruh gue rajin belajar agar nilai gue nggak jelek. Katanya kalo nilai gue jelek, emak gue akan pecat gue jadi anak," jawab Indra berbohong.
"Oh gitu, yaudah kita ke kantin yuk!" ajak Ridho yang dituruti oleh Indra.
* * *
Jangan lupa tinggalkan jejak ya gusy....
Terimakasih telah membaca😇