Janda hanyalah statusku.
Nadira Ayu, seorang gadis muda yang berparas cantik. Tak pernah terbayangkan oleh Nadira, jika dirinya akan menjadi seorang istri diusianya yang masih begitu muda.
Lika liku serta permasalahan dalam hidupnya seolah telah berhasil membuatnya terlempar dari keluarganya sendiri. Hingga pada suatu hari, dengan tanpa sengaja, dirinya dipertemukan dengan seorang gadis kecil yang begitu cantik.
Dan alangkah terkejutnya Nadira, saat gadis kecil itu menginginkannya untuk menjadi sang mommy baginya. Namun sayang, daddy dari gadis kecil itu memandang dirinya dengan sebelah mata hanya karena ia berstatus sebagai seorang janda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dira Itu Adalah Pacarku
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Motor matic yang ditumpangi oleh dua orang gadis itu, kini sudah sampai di depan teras rumah. Ya, setelah sekitar lima belas menit lamanya mengendara, kini Nadira bersama Putri pun telah sampai di depan rumah mereka.
Kafe pun telah tutup, semenjak Nadira kuliah, kini dirinya tak bisa lagi bekerja setiap hari pada bu Dewi, mungkin selama satu minggu, Nadira akan bekerja sebanyak dua kali saja. Namun bu Dewi sama sekali tak mempermasalahkan hal itu.
Bu Dewi yang sudah menganggap Nadira sebagai putrinya sendiri sudah sangat mendukung agar Nadira bisa kuliah. Namun meski begitu, dalam setiap sorenya, Nadira selalu menyiapkan keperluan untuk berjualan yang akan digunakan dalam menyajikan hidangan pada para tamu.
" Assalamualaikum bu, Putri sama Dira datang ". Seru Putri ketika dirinya akan masuk ke rumahnya.
" Waalaikumsalam ". Sahut bu Dewi dari dalam rumah.
Lalu Nadira dengan Putri pun mencium punggung tangan kanan bu Dewi secara bergantian.
" Bagaimana kuliahnya nak, lancar? ". Tanya bu Dewi pada keduanya.
" Alhamdulillah, lancar bu ". Sahut Nadira.
" Ya sudah, kalian letakkan dulu tasnya, setelah itu kalian makan, pasti kalian sudah lapar ". Suruh bu Dewi.
" Iya bu ". Sahut Putri dan juga Nadira.
Inilah yang selalu Nadira dambakan ketika dirinya sehabis pulang dari kuliah, bu Dewi selalu menyambut kedatangannya dengan baik, dan menyuruhnya makan, layaknya hal yang biasa kebanyakan para ibu lakukan pada anak - anaknya setelah pulang dari belajar.
Namun, karena Nadira tak pernah mendapatkan perlakuan yang dilakukan oleh bu Dewi dari ibu kandungnya sendiri, membuat Nadira merasa begitu beruntung dan sangat terharu, karena dirinya bisa merasakan sesuatu yang selama ini ingin dirinya dapatkan, yaitu kasih sayang seorang ibu. Nadira sangat bersyukur karena dirinya sudah dianggap anak oleh bu Dewi.
" Bu, ayam krispi nya masih ada? ". Tanya Putri.
" Ada nak, semua menu yang menjadi kesukaan kalian sudah ibu sisihkan sampai nanti malam ". Sahut bu Dewi.
" Ya maklumlah Putri bertanya bu, kemarin saja ayam krispi nya sudah habis hihihi... ". Sahut Putri cekikikan.
" Tidak, kejadian kemarin tidak akan terulang lagi, menu kesukaan kalian masih ada, ya sudah, letakkan dulu tas kalian nak, dan cepat segera makan ". Sahut bu Dewi lagi.
" Iya bu ". Sahut Nadira dengan Putri lagi secara kompak.
Dan akhirnya kedua gadis yang baru datang dari kuliah itupun melakukan apa yang disuruh oleh bu Dewi. Sebelum mereka melakukan aktivitas sore mereka sebelum malam menjelang.
*****
Malam yang indah, telah menaungi hampir setiap atap rumah yang berpenghuni, hal itu terjadi karena sang mentari telah lama kembali ke tempat peraduan nya. Dan tanpa terasa, waktu kini sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan sudah menjadi kebiasaan dua gadis yang sudah kuliah itu akan segera mempersiapkan diri mereka untuk belajar.
Ceklek.... pintu kamar itupun telah Nadira buka.
" Sudah Dir? ". Tanya Putri.
" Sudah Put ". Sahut Nadira.
Seperti kebiasaannya, sebelum Nadira memulai belajar, Nadira terlebih dahulu membantu bu Dewi untuk menyiapkan segala keperluan untuk berjualan di esok hari. Beruntung bu Dewi sudah memiliki seorang asisten yang seumuran dengannya, sehingga Nadira menjadi tak terlalu khawatir karena sudah meninggalkan bu Dewi yang berjualan, karena dirinya yang sedang fokus untuk kuliah.
" Sudah mau belajar kamu Dir? ". Tanya Putri karena sudah melihat sang sahabat yang mulai membuka buku catatannya.
" Iya, aku mau belajar Put, aku memang harus rajin belajar untuk mempertahankan beasiswa ku ". Sahut Nadira.
" Iya aku paham, tapi kamu kalau belajar jangan sampai larut malam, ingat, tubuhmu itu juga butuh istirahat ". Ujar Putri yang menasihatinya.
" Iya ". Sahut Nadira singkat, lalu gadis itupun mulai membaca catatan materi yang diberikan oleh dosennya.
Ya, Nadira yang notabene nya anak yang rajin, sering kali membuatnya lupa diri jika sudah asyik belajar. Nadira sering lupa waktu jika sudah belajar. Belajar baginya adalah sesuatu yang begitu mengasyikkan, sehingga tak heran jika dirinya selalu mendapatkan nilai yang sangat baik selama mengenyam pendidikan.
" Dira ". Seru Putri tiba - tiba.
" Iya, ada apa Put? ". Sahut Nadira yang langsung menoleh.
" Aku kok curiga sama Adit ya? ". Ujar Putri.
" Kak Adit?, kamu curiga sama kak Adit?, sudahlah Put, jangan membahas orang, apalagi kalau menaruh kecurigaan ". Sahut Nadira yang berusaha agar sang sahabat tak melanjutkan lagi kalimatnya.
" Tapi ini menyangkut kamu Dira, entah kenapa aku curiga kalau si Adit itu suka sama kamu ". Ungkap Putri, karena memang itulah yang ia curigai dari sikap Adit pada Nadira.
Nadira yang mendengar ungkapan tak terduga dari sang sahabat pun menjadi langsung gugup. Bukan tanpa sebab Nadira merasakan seperti ini, karena ungkapan sahabatnya yang mengatakan jika ketua BEM di kampusnya menyukainya, selama ini pun juga Nadira rasakan, hanya saja Nadira berusaha menepis prasangka nya itu, siapa tahu apa yang dirinya sangkakan tidaklah benar.
" Sudahlah Put, jangan dibahas lagi, lagipula mana mungkin kak Adit menyukaiku, kamu ini ada - ada saja ". Sahut Nadira karena dirinya berusaha mengelak.
" Ih kamu, dikasih tahu malah tidak percaya, aku sangat yakin kalau si Adit itu suka sama kamu Dir ". Sahut Putri lagi.
Hingga akhirnya, Nadira pun memilih untuk tak menyahut kalimat sahabatnya lagi agar urusannya menjadi tak semakin panjang.
*****
Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di kediaman pribadi Andra, dalam waktu yang hampir bersamaan, yang juga tak lepas dari aktivitas malamnya.
Sudah menjadi kebiasaan Andra jika setiap malamnya selalu memeriksa email penting yang masuk.
Kini, di ruangan mewah kerjanya, Andra si pria berusia matang itu, nampak begitu serius memperhatikan beberapa email yang masuk. Sementara putrinya Aida, saat ini sudah terlelap di kamarnya. Mungkin karena hampir seharian ini gadis kecil itu belajar bermain piano, sehingga menyebabkan gadis kecil itu terlelap lebih awal dari waktu biasanya.
Cukup lama Andra membaca satu persatu email yang masuk itu, hingga entah apa yang terjadi, dalam memorinya telah berkelabat bayang - bayang akan seorang gadis yang beberapa minggu yang lalu sempat bermain bersama dengan putrinya di sebuah taman.
Andra teringat dengan wajah Nadira, si gadis cantik yang begitu pendiam itu. Bayang - bayang akan di mana Nadira saling mengejar dengan putrinya menjadi banyak berseliweran sehingga membuat fokusnya menjadi teralihkan.
Karena ingatan tentang Nadira itu, membuat Andra pun menjadi berhenti membaca email. Andra malah membuka aplikasi yang lainnya di mana foto kebersamaan Nadira bersama putrinya berada.
Ya, pada saat putrinya Aida bermain bersama Nadira di taman, yang sempat terjadi beberapa minggu yang lalu, tanpa sepengetahuan mereka, dengan sengaja Andra sudah memotret kebersamaan mereka.
Kini aktivitas yang sempat memeriksa email tadi sudah berubah menjadi aktivitas memandangi banyak foto. Andra memperhatikan satu persatu foto kebersamaan putrinya bersama Nadira. Sangat nampak jelas dari foto itu jika putrinya Aida begitu sangat bahagia. Hingga tatapan Andra, kini hanya fokus pada sosok Nadira.
Andra terus memandangi wajah dari foto Nadira itu dengan begitu seksama. Hingga tanpa dirinya sadari, telah terbit seulas senyum kekaguman di wajah tampannya.
" Cantik ". Tanpa sadar batin Andra memuji.
Senyuman itu masih terus terpancar dari wajah tampannya. Seolah tak pernah bosan, Andra masih terus memandangi wajah cantik Nadira yang ada di layar handphonenya itu, hingga...
" Ya Tuhan, apa yang sudah ku lakukan, tidak - tidak, buang pikiranmu Andra, kenapa kamu malah mengagumi dia ". Batin Andra yang sudah tersadar dari keterkaguman nya.
Setelah tersadar dengan semua itu, dengan cepat Andra pun segera menutup aplikasi yang banyak menyimpan foto itu. Andra merasa telah terjadi hal yang tak beres pada dirinya. Bagaimana bisa dirinya mengagumi sosok Nadira, seorang gadis yang masih belum lama dirinya kenal.
Lagipula Nadira itu bukanlah tipe wanita idamannya, wanita idamannya adalah wanita yang pintar dan berkelas, bukan seorang wanita seperti Nadira yang hanya seorang pelayan di kafe. Sungguh sangat jauh dari kriteria wanita idamannya.
Merasa sudah tak ada lagi hal yang perlu dirinya lakukan di ruangan kerjanya, Andra pun akhirnya memilih beranjak dari tempat duduknya itu. Andra ingin ke kamar putrinya Aida untuk memastikan apakah putrinya sudah nyaman dengan tidurnya sebelum akhirnya daddy beranak satu itu menuju kamarnya sendiri untuk beristirahat.
*****
Susana di lorong kampus yang cukup populer itu, nampak begitu sangat ricuh. Di waktu menuju siang ini, tepatnya di waktu istirahat makan siang, para mahasiswa dan mahasiswi yang seharusnya menikmati waktu istirahat mereka, malah menjadi berkerumun di lorong kampus lantaran suatu masalah yang terjadi.
Dalam perkara ini, nampak Riska, Yanti dan juga Tina, telah mencecar habis - habisan Nadira. Ketiga wanita yang sama - sama sudah berada di semester lima itu terus merendahkan Nadira lantaran statusnya yang seorang janda.
" Enak sekali kamu ya, kuliah di sini dengan beasiswa, dasar janda tidak tahu diri, mereka yang berhak mendapatkan beasiswa kuliah di sini itu adalah mereka yang bukan janda, ini, kamu malah janda, punya anak satu pula ". Marah Riska yang terus dengan segala penghinaannya.
" Tutup mulutmu Riska, dari tadi kamu menghina Dira terus, memangnya kenapa kalau Dira kuliah di sini karena beasiswa, kenapa harus tidak pantas untuk mendapatkan beasiswa, memangnya kampus ini kampus milik kamu apa? ". Marah Putri yang masih terus membela sahabatnya Nadira.
" Hey, Putri bodoh, memang benar kamu bodoh ya, aturan di kampus ini sudah jelas, mereka yang berhak mendapatkan beasiswa adalah mereka yang belum menikah dan juga bukan seorang janda, temanmu ini seorang janda, kamu paham tidak, adanya janda yang kuliah di sini karena mendapatkan beasiswa, itu adalah pelanggaran, dasar sama - sama tak punya malu ". Marah Riska lagi yang seolah tak ada habisnya untuk menghina.
" Betul itu, kalian memang tidak punya malu ". Timpal Tina yang membenarkan kalimat Riska.
" Yaiyalah mereka tidak punya malu, jika memang mereka punya malu, tidak mungkin dia yang seorang janda kuliah di kampus ini dengan memanfaatkan beasiswa, dan dia temannya yang tak punya malu juga, juga tidak akan membelanya, heran, sudah salah masih membela diri ". Timpal Yanti juga dengan segala penghinaan yang juga tiada habisnya.
Mendengar semua cacian dan penghinaan yang ditujukan pada dirinya, membuat Nadira hanya bisa menunduk malu dengan tetesan air matanya yang sudah mengalir. Nadira menunduk menangis dengan posisinya yang masih berdiri. Tak pernah Nadira sangka, jika di hari ini, dirinya malah mendapatkan penghinaan yang begitu menjatuhkan harga dirinya.
Sementara semua mahasiswa dan juga mahasiswi yang telah menyaksikan secara langsung apa yang sudah terjadi, benar - benar begitu sangat terkejut dan tak percaya. Mereka tak percaya jika di kampus ini ada seorang janda yang mendapatkan beasiswa, padahal aturan sudah sangat jelas jika mereka yang berstatus sudah menikah ataupun seorang janda, sama sekali tidak memiliki hak untuk mendapatkan beasiswa.
Bukan hanya rasa terkejut yang mereka dapatkan, bahkan para mahasiswa yang sudah menaruh hati pada Nadira, begitu sangat tak menyangka dan merasa kecewa, karena wanita yang mereka sukai dan diharapkan bisa menjadi pasangannya ternyata sudah menjadi seorang janda, bahkan janda beranak satu. Sungguh mereka benar - benar sangat kecewa. Bahkan termasuk Adit yang selama beberapa hari ini sedang berusaha mendekati Nadira.
*****
Sementara di lain tempat, lebih tepatnya di sebuah perusahaan besar milik keluarga Salim, nampak sang tuan telah kembali ke ruangan kantornya setelah sekitar dua jam lamanya melakukan meeting.
Kini pria dengan bola mata biru itu sudah duduk di kursi kebesarannya. Namun, baru sekitar beberapa menit dirinya bersinggah, tiba - tiba ada suara getaran yang begitu tak asing dalam indera pendengaran nya.
Drtt...drtt... drtt...
Suara getaran handphone nya pun mengalihkan pandangan Andra. Merasa perlu, Andra pun mulai meraih handphone yang ia letakkan di mejanya itu.
" Dosen kampus?, ada apa menelfon? ". Gumam Andra lalu ia pun segera mengangkatnya.
" Iya ada apa menelfon ku? ". Tanya Andra.
" Tuan, di kampus sedang ada masalah, para mahasiswa sedang protes karena salah satu dari mahasiswi baru yang mendapatkan beasiswa ternyata ada yang seorang janda ". Sahut dosen itu.
" Apa, janda?, bagaimana bisa ada janda? ". Tanya Andra yang sangat terkejut.
" Maafkan kami tuan, ini semua terjadi atas keteledoran kami, kami kurang teliti dalam mendata peserta mahasiswa baru yang berhak mendapatkan beasiswa ". Sahut dosen itu dengan nadanya yang terdengar begitu merasa bersalah.
" Lalu bagaimana, apakah mahasiswi itu pintar? ". Tanya Andra.
" Jika dilihat dari hasil tes, nilai rapot, serta keaktifannya dalam mengikuti mata kuliah, mahasiswi ini bisa dibilang sangat berprestasi dan patut untuk diperhitungkan tuan ". Sahut dosen itu dengan jujur.
" Siapa nama mahasiswi itu? ". Tanya Andra.
" Mahasiswi itu Nadira Ayu tuan, salah satu karyawan dari bu Dewi yang sering mengantarkan pesanan makanan ke kampus ". Jelas dosen itu.
Deg....
Mendapati kabar dari dosen di kampus miliknya tentang mahasiswi yang seorang janda, sontak membuat Andra begitu sangat terkejut bukan main. Andra sangat terkejut karena wanita yang ia kira seorang gadis ternyata adalah seorang janda.
" Tuan, bagaimana ini, apa yang harus kami lakukan?, mahasiswi ini begitu sangat berprestasi ". Seru dosen itu lagi.
" Baiklah, kalian tunggu saja dulu di sana, aku akan segera ke kampus ". Sahut Andra pada akhirnya.
" Baik tuan ". Sahut dosen itu.
Dan panggilan telefon itupun telah berakhir.
" Jadi Dira janda?, apa yang terjadi?, kenapa dia menjadi janda diusia yang masih sangat muda? ". Gumam Andra yang masih tak percaya.
Karena tak ingin membuang waktu lagi sebab masalah yang sudah runyam. Andra pun akhirnya memilih langsung bergegas untuk menyelesaikan masalah di kampus miliknya itu.
*****
sementara di lorong kampus, kericuhan itu masih terus terjadi. Riska dengan kedua sahabatnya masih terus merendahkan Nadira dan mendesak para dosen untuk segera mengeluarkan Nadira dari kampus mereka.
" Tunggu apa lagi, cepat kamu keluar dari kampus ini ". Sentak Riska lagi, entah sudah yang ke berapa kalinya Riska melakukannya pada Nadira.
" Cukup Riska, jangan kamu menjadi yang paling sok berkuasa di kampus ini, dosen saja masih menunggu kedatangan tuan Andra, kenapa malah kamu yang dari tadi terus mengusir hah? ". Sentak Putri yang tak kalah juga.
Putri benar - benar sudah lepas kendali karena sahabat terdekatnya terus - terusan direndahkan oleh Riska dan juga kedua sahabatnya.
" Percuma menunggu tuan Andra, sekalipun tuan Andra datang, pasti ujung - ujungnya si janda yang tidak tahu diri ini akan di keluarkan juga dari kampus ". Sahut Riska dengan meremehkannya.
" Ada apa ini? ". Seru suara bariton seorang pria yang sangat tak asing di telinga mereka.
Sontak semua para mahasiswa termasuk para dosen yang ada di sana langsung menoleh ke arah sumber suara itu. Dan ternyata benar, tuan Andra lah yang berjalan menuju ke arah mereka.
Andra melangkah membelah kerumunan diantara para mahasiswa dan mahasiswi itu, hingga kini langkah Andra benar - benar terhenti tepat di samping Nadira.
Dalam sekilas Andra melirik Nadira yang sedang menunduk. Dapat Andra lihat dengan jelas jika Nadira sedang menangis.
" Ada apa ini, kenapa malah ribut seperti ini? ". Tanya Andra.
" Tuan Andra, mahasiswi yang mendapatkan beasiswa dari kampus kita, ternyata ada yang seorang janda, bahkan sudah punya anak, dia orangnya, Nadira ". Sahut Riska dengan menunjuk Nadira yang masih setia menunduk.
" Lalu? ". Singkat Andra.
" Ya dia harus dikeluarkan tuan, kan aturan di kampus kita ini sudah jelas, jika seorang janda tidak berhak mendapatkan beasiswa ". Sahut Riska lagi dengan segala kebenaran yang ditegaskan nya.
" Kampus ini adalah milikku, siapa pun bisa kuliah di kampus ini, asal kalian tahu, Dira itu adalah pacarku, jadi dia berhak kuliah di kampus ini ". Jelas Andra.
Deg...
Bersambung..........
🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤
🌿🌿🌿🌿🌿