NovelToon NovelToon
Alas Mayit

Alas Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:45
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
​Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
​Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Ribuan obor di lembah sunyi

Setelah melalui perjalanan yang sangat panjang, Baskara akhirnya keluar dari lorong itu dan mendapati dirinya berdiri di puncak sebuah tebing yang menghadap langsung ke arah ribuan obor menyala. Cahaya merah dari api tersebut memantul pada ribuan tengkorak manusia yang disusun rapi menyerupai benteng pertahanan yang sangat kokoh dan angker.

Baskara merasakan angin kencang bertiup membawa aroma kamboja yang bercampur dengan bau karat besi yang sangat menyengat indera penciumannya secara terus-menerus. Ia menyentuh taringnya yang mulai memanjang dan menyadari bahwa ia kini berada di jantung pertahanan para bangsawan lelembut yang sangat berbahaya.

Di bawah tebing tersebut, terlihat ratusan mahluk tanpa kulit sedang berbaris rapi sambil membawa panji-panji yang terbuat dari kulit manusia yang sudah mengering secara berulang-ulang. Mereka semua tampak sedang menunggu kehadiran seseorang yang akan memimpin upacara pembukaan gerbang yang tak boleh dibuka oleh manusia fana.

"Apakah mereka semua sedang menungguku untuk menjadi tumbal utama di atas meja batu itu?" tanya Baskara dengan suara yang parau dan bergetar.

Mustika mata gagak hitam di tangannya tiba-tiba berdenyut kencang dan memancarkan bayangan seorang pria tua yang sangat mirip dengan foto kakek buyutnya. Bayangan itu menunjuk ke arah pusat lembah di mana sebuah peti mati emas sedang diletakkan di tengah-tengah lingkaran api yang sangat besar secara terus-menerus.

Baskara melihat sosok Komandan berdiri di samping peti mati tersebut sambil memegang sebuah keris yang bilahnya terbuat dari tulang rusuk manusia yang masih segar. Komandan tampak sedang membacakan sebuah mantra kuno yang membuat tanah di seluruh lembah bergetar hebat dan mengeluarkan suara geraman dari bawah sana secara berulang-ulang.

"Turunlah ke bawah sini, Baskara, dan mari kita selesaikan perjanjian darah yang telah dimulai oleh leluhurmu!" teriak Komandan dengan suara yang menggema di seluruh dinding tebing.

Baskara merasa kakinya bergerak sendiri seolah ada ribuan benang halus yang ditarik oleh kekuatan gaib dari dasar lembah tengkorak tersebut. Ia mencoba melawan namun kekuatan itu terlalu besar hingga ia terpaksa melompat turun dari puncak tebing dengan kecepatan yang sangat luar biasa berbahaya.

Ia mendarat tepat di depan Komandan dengan posisi berlutut sementara debu tulang beterbangan menutupi seluruh pandangan matanya yang kini sudah sepenuhnya berwarna kuning. Para prajurit tanpa kulit segera mengepung posisi Baskara sambil mengarahkan tombak-tombak mereka yang ujungnya dipenuhi oleh racun hitam yang sangat mematikan secara terus-menerus.

"Kenapa kamu melakukan ini, Komandan? Kamu adalah pemimpin tim penyelamat yang seharusnya melindungi kami semua!" bentak Baskara sambil mencoba berdiri tegak.

Komandan hanya tertawa sinis dan memperlihatkan simbol kunci perak yang sama dengan milik Baskara namun versinya tampak sudah menghitam dan berkarat. Ia menjelaskan bahwa tugas tim penyelamat hanyalah kedok untuk mencari keturunan terpilih yang memiliki darah murni pembuka gerbang Alas Mayit secara berulang-ulang.

"Keselamatan adalah sebuah ilusi, sementara kekuasaan abadi adalah nyata jika kita berhasil membangkitkan entitas di dalam peti ini," ucap Komandan dengan mata yang berbinar penuh kegilaan.

Baskara melihat peti mati emas itu mulai terbuka perlahan-lahan dan mengeluarkan uap dingin yang seketika membekukan api obor di sekeliling mereka secara terus-menerus. Dari dalam peti tersebut, muncul sebuah tangan yang ukurannya sangat kecil namun memiliki kuku-kuku yang panjangnya hampir menyentuh lantai batu yang sangat lembap.

Sosok yang keluar dari peti itu bukanlah monster raksasa melainkan seorang bayi dengan wajah orang dewasa yang sangat keriput dan penuh dengan bekas jahitan. Bayi itu menatap Baskara dengan tatapan yang sangat haus dan lidahnya yang bercabang mulai menjilat bibirnya yang berwarna ungu gelap secara berulang-ulang.

"Serahkan mustika itu kepadanya, atau aku akan menyiksa ayahmu di dalam sumur penderitaan selamanya!" ancam Komandan sambil menarik rambut pria tua di belakangnya.

Baskara terkejut melihat ayahnya kini dalam kondisi yang sangat mengenaskan dengan kedua matanya yang sudah dicongkel keluar dan diganti dengan batu kerikil hitam. Amarah Baskara memuncak hingga bulu-bulu hitam di tubuhnya berdiri kaku dan ia mengeluarkan raungan monster yang sangat keras hingga meruntuhkan benteng tengkorak di sekitarnya secara terus-menerus.

Ia menerjang Komandan dengan kecepatan kilat namun bayi berwajah tua itu tiba-tiba terbang dan menghalangi gerakan Baskara dengan sebuah tameng energi transparan. Baskara terpental jauh hingga menghantam tumpukan obor yang apinya kini berubah menjadi warna hijau pekat yang sangat panas dan membakar bulu-bulu di lengannya secara berulang-ulang.

"Jangan pernah mencoba melawan takdir, karena kamu hanyalah sepotong daging yang diciptakan untuk memberi makan sang penguasa!" ejek bayi berwajah tua tersebut.

Baskara meraba mustika mata gagak hitam dan ia merasakan ada sebuah rahasia kecil yang tersembunyi di dalam retakan permata tersebut yang baru saja ia sadari. Jika ia menghancurkan mustika itu dengan darah dari taringnya sendiri, maka seluruh kekuatan gaib di lembah ini akan berbalik menyerang pemilik aslinya secara terus-menerus.

Tanpa ragu sedikit pun, Baskara menggigit mustika hitam itu hingga hancur berkeping-keping di dalam mulutnya yang kini sudah penuh dengan darah monster yang sangat kental. Sebuah ledakan energi gelap keluar dari mulut Baskara dan menyambar tubuh Komandan serta bayi berwajah tua itu hingga mereka berdua menjerit dengan suara yang sangat melengking secara berulang-ulang.

Tanah di bawah mereka terbelah menjadi dua bagian yang sangat besar dan mengeluarkan air mata dari ribuan jiwa yang sudah lama terperangkap di bawah sana. Baskara melihat ayahnya tersenyum sebelum akhirnya tubuh pria tua itu hanyut terbawa oleh aliran sungai air mata yang mengalir menuju ke bagian hutan yang paling gelap.

"Ayah! Tunggu aku! Aku akan menjemputmu meski harus menyeberangi neraka sekalipun!" teriak Baskara sambil melompat ke dalam aliran sungai yang sangat deras tersebut.

Ia berenang melawan arus air mata yang terasa sangat asin dan perih saat mengenai luka-luka di sekujur tubuh monsternya yang mulai melemah secara terus-menerus. Baskara melihat Komandan berusaha mengejarnya namun tubuh pria pengkhianat itu mulai ditarik oleh ribuan tangan jiwa yang menuntut balas atas penderitaan mereka secara berulang-ulang.

Baskara terus berenang hingga ia sampai di sebuah muara yang airnya tidak lagi hitam melainkan berwarna putih seperti susu yang sangat kental dan sangat harum. Di tengah muara itu, terdapat sebuah pohon besar yang dahannya dipenuhi oleh ribuan pasang mata manusia yang sedang berkedip-kedip secara serentak ke arahnya.

Mata-mata di pohon itu kemudian mulai berbisik menyebutkan sebuah nama rahasia yang membuat jantung Baskara berhenti berdetak seketika.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!