(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 18
Kedalaman Ngarai Angin Hitam.
Angin di dalam ngarai ini bukan sekadar aliran udara itu adalah pisau tak terlihat. Dinding tebing yang hitam legam dipenuhi goresan dalam akibat erosi ribuan tahun oleh angin yang mengandung Energi Bintang elemen angin yang kacau.
Ye Chen berjalan menyusuri jalan setapak sempit. Tubuhnya sudah kembali mengenakan jubah murid luar yang baru (menggantikan yang hangus), tetapi bau darah samar masih menempel padanya.
Di depannya, tumbuh di sela-sela bebatuan tebing, terdapat tanaman bercahaya hijau pucat yang bergoyang kencang.
Rumput Roh Angin.
"Satu... dua... tiga..." Ye Chen menghitung. Ada lima batang di satu tempat.
Ia mendekat untuk memetiknya. Namun, tepat saat tangannya hampir menyentuh tanaman itu...
WOOSH!
Sebuah bilah angin tajam melesat dari kegelapan, mengincar pergelangan tangannya.
Ye Chen menarik tangannya secepat kilat. Bilah angin itu menghantam batu tempat tanaman itu tumbuh, membelahnya menjadi dua.
"Grrrrr..."
Sepasang mata hijau menyala muncul dari balik bayangan batu besar. Diikuti oleh sepasang mata lagi. Dan lagi.
Tiga ekor serigala berukuran sebesar anak sapi melangkah keluar. Bulu mereka berwarna abu-abu kebiruan, dan angin berputar di sekitar cakar mereka.
Serigala Iblis Angin (Wind Demon Wolf). Tingkat: Kelas 2 Awal (Setara dengan Ranah Pengumpul Bintang Awal).
Mereka jauh lebih kuat dari Serigala Besi di hutan. Mereka bisa memanipulasi elemen angin untuk serangan jarak jauh.
"Tiga ekor Kelas 2," gumam Ye Chen, tangannya bergerak ke punggung, mencabut Pedang Karat. "Latihan yang bagus."
Serigala di tengah, yang paling besar, melolong.
AWOOOO!
Ketiga serigala itu membuka mulut mereka serentak. Energi hijau berkumpul di tenggorokan mereka.
SWISH! SWISH! SWISH!
Tiga Bilah Angin Sabit ditembakkan ke arah Ye Chen.
Ye Chen tidak bisa menangkis energi elemen dengan pedang fisik biasa, dan tubuhnya belum memiliki 'Baju Zirah Energi'. Satu-satunya cara adalah menghindar atau menghancurkannya dengan kekuatan lebih besar.
Mata Ye Chen menyala merah. Tanpa pemberat di kakinya, ia melesat maju, melakukan zig-zag.
"Langkah Hantu!"
Ia menghindari dua bilah angin, membiarkannya meledakkan tanah di belakangnya. Bilah ketiga mengarah tepat ke dadanya.
Ye Chen tidak menghindar. Ia mengayunkan pedang beratnya ke depan.
"Penghancur Gunung!"
BOOM!
Bukan teknik penuh, hanya ayunan kasar yang memecah udara. Tekanan angin yang dihasilkan oleh berat pedang itu bertabrakan dengan bilah angin serigala.
Ledakan kecil terjadi. Bilah angin itu hancur berantakan.
Ye Chen menembus asap ledakan itu, muncul tepat di depan serigala pertama.
"Mati!"
CRACK!
Hantaman keras. Kepala serigala itu remuk seketika, tubuhnya terbenam ke dalam tanah.
Namun, dua serigala lainnya bereaksi cepat. Mereka tidak lari, melainkan menerkam dari kiri dan kanan, cakar mereka diselimuti angin yang tajam.
SRET! SRET!
Ye Chen berhasil memutar tubuhnya, tapi cakar serigala itu merobek punggung dan pahanya. Darah segar muncrat.
Rasa sakit itu tidak membuat Ye Chen mundur. Justru, itu memicu Darah Asal Mula di tubuhnya. Adrenalin membanjiri otaknya.
Pedang Karat di tangannya tiba-tiba berdenyut panas.
ZING!
Pedang itu merasakan darah Ye Chen dan darah serigala yang mati. Jiwa Serigala Besi (yang diserap sebelumnya) di dalam pedang itu melolong, memanggil darah lebih banyak.
Berat pedang itu tiba-tiba bertambah dua kali lipat dalam sekejap.
Ye Chen menyeringai gila. "Kau haus?"
Ia memutar tubuhnya 360 derajat, menyeret pedang berat itu dalam satu putaran mematikan.
"Sapuan Badai Besi!"
Kali ini, jangkauan pedangnya lebih luas karena dorongan energi dari dalam pedang.
Dua serigala yang baru saja mendarat tidak sempat menghindar.
BUKK! BUKK!
Hantaman logam berat menghantam rusuk mereka. Tulang-tulang mereka hancur. Mereka terlempar menabrak dinding tebing, jatuh tak bernyawa.
Napas Ye Chen memburu. Tiga serigala Kelas 2 tewas dalam waktu kurang dari satu menit.
Tapi Ye Chen merasakan ada yang aneh.
Darah dari ketiga serigala itu... tidak menggenang di tanah. Darah itu mengalir seperti cacing merah, merayap menuju Pedang Karat Ye Chen, dan diserap masuk ke dalam bilah besinya.
KREK... KREK...
Lapisan karat di bagian tengah pedang rontok lagi.
Di bawah karat itu, logam hitam pekat dengan urat-urat merah samar mulai terlihat. Pedang itu tampak semakin tajam dan jahat.
"Senjata iblis..." gumam Ye Chen, menatap pedangnya. "Kau memakan darah untuk memulihkan diri?"
Ye Chen tidak merasa takut. Justru, ia merasa cocok. Di dunia yang memakan yang lemah ini, senjata yang memakan darah adalah sekutu yang paling jujur.
Ye Chen memungut Rumput Roh Angin itu.
"Lima batang. Kurang lima lagi."
Ia terus berjalan lebih dalam. Semakin dalam ia masuk, semakin banyak bangkai binatang buas yang ia temukan. Anehnya, bangkai-bangkai ini terlihat kering, seolah darahnya dihisap habis.
Ye Chen berhenti di depan sebuah gua besar di ujung ngarai. Angin di sini berhenti bertiup. Suasananya sunyi senyap.
Di depan gua, tumbuh ladang Rumput Roh Angin. Ada puluhan batang.
Tapi Ye Chen tidak bergerak maju. Instingnya berteriak: BAHAYA.
Dari dalam gua yang gelap, terdengar suara napas berat yang terdengar seperti parutan besi.
Sepasang mata merah bukan hijau menyala di kegelapan.
Lalu, makhluk itu keluar.
Itu adalah serigala, tapi ukurannya sebesar rumah kecil. Bulunya bukan abu-abu, melainkan hitam pekat dengan garis-garis merah darah. Dan yang paling mengerikan... punggungnya dipenuhi duri tulang yang tajam.
Raja Serigala Tulang Darah (Blood Bone Wolf King). Tingkat: Mutasi Kelas 2 Puncak (Setara Pengumpul Bintang Puncak, selangkah lagi menuju Inti Bintang).
Makhluk ini jauh di atas kemampuan Ye Chen saat ini.
"Sial," umpat Ye Chen. "Pantas tidak ada monster lain di sini. Ini sarang rajanya."
Raja Serigala itu menatap Ye Chen. Tatapannya cerdas dan kejam. Ia bisa merasakan aura "pembunuh serigala" yang pekat dari pedang Ye Chen.
"GRRRRAAAAAAA!"
Auman raja serigala itu menciptakan gelombang kejut fisik yang menerbangkan bebatuan kecil.
Ye Chen mundur selangkah, kakinya menancap ke tanah untuk menahan dorongan angin.
Lari?
Tidak. Serigala ini terlalu cepat. Jika ia membalikkan badan, ia akan diterkam dari belakang.
Ye Chen merogoh sakunya, memegang botol Bubuk Penarik Monster yang ia rampas dari pembunuh bayaran tadi.
"Kau mau makan?" tanya Ye Chen pada raja serigala itu, sambil membuka tutup botol.
Otak Ye Chen berputar cepat. Bubuk ini menarik monster. Jika ia menaburkannya pada Raja Serigala, monster lain mungkin tidak berani mendekat. Tapi... bagaimana jika ia menaburkannya ke arah lain?
Tidak. Itu tidak akan berhasil pada Raja.
Ye Chen menatap pedangnya. Pedang itu bergetar hebat, bukan karena takut, tapi karena kegembiraan. Pedang itu menginginkan darah raja ini.
"Kau mau aku mati, ya?" Ye Chen berbicara pada pedangnya.
Pedang itu berdengung Makan... Kuat...
Ye Chen tertawa kecil, tawa yang kering dan nekat.
"Baiklah. Kita bertaruh."
Ye Chen menyimpan botol bubuk itu. Ia memegang pedang dengan kedua tangan. Ia memejamkan mata sesaat, mengingat kembali bayangan Pria Berbaju Zirah di Makam Pedang.
Energi Bintang di seluruh tubuh Ye Chen ditarik ke titik ekstrem, dipusatkan ke lengan dan pinggang.
Raja Serigala menerjang. Kecepatannya seperti kilat hitam.
Ye Chen membuka matanya.
"Sembilan Hantaman Penghancur Gunung Gerakan Ketiga - Gunung Terbelah!"
Ye Chen melompat menyambut terkamannya.
Manusia dan Monster bertabrakan di udara.