"uuhhh... Ini... Ini, dimana? Bukankah aku telah meninggal karna gugur dalam medan perang, lalu dimana ini? " Ujar seorang wanita bergumam sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18.
BRAKKK..
Sang guru menggebrak meja, dia marah karna kini nama sekolah pasti akan tercemar dengan adanya vidio tak senonoh dari salah satu siswa di sekolah mereka.
"Untuk hari ini sekolah di liburkan, " ujang sang guru singkat lalu dia segera pergi untuk mengadakan rapat bersama guru-guru lain nya.
Setelah kepergian sang guru keributan pun terjadi, para siswa saling tanya tentang vidio tersebut.
"Siska.. Lo kan sodara angkat nya itu bener gak sih vidio, ?" tanya seorang siswa pada Siska.
"Iya Sis lo pasti tau dong, ?" ujar siswa lain nya menimpali.
"Gue gak tau, " jawab Siska singkat.
Para siswa tak ada lagi yang bertanya pada Siska, karna mereka tau Siska orang nya tak bisa di paksa dan juga irit bicara.
"Gila ya kalo sampe beneran si Nadia kek gitu, " ujar siswa A.
"Hooh bener mana maen nya sama penjaga bar lagi, " ujar siswa B.
"Dan lo liat kan, ? gaya Nadia liar banget, " ujar siswa C.
"Kalo tau gitu udah gue pepet tuh si Nadia.. Kan lumayan otong nya gue bisa terpuaskan, " ujar siswa D yang memang terkenal suka anu-anu.
Para siswa terus saja membicarakan perihal Nadia yang sekarang vidio nya telah tersebar di sekolah itu.
Sementara orang yang jadi tersangka sedang gemetar di tengah-tengah teman sekelasnya, guru pun menatap nyalang ke arah Nadia dan teman-teman nya merasa ketakutan, mereka takut kelakuan mereka akan tersebar juga seperti Nadia.
"Nadia ikut saya ke kantor, " ujar sang guru dengan nada dingin.
"Baik Pak, " jawab Nadia dengan lemah.
Setelah Nadia dan sang guru pergi, kelas itu menjadi ramai seketika.
"Wah wah wah.. Ternyata di kelas kita ada jalang gaes, " ujar seorang siswa yang selama ini benci kepada Nadia karna dia sering di bully.
"Iya ya.. dan sekarang sekolah kita telah tercemar gara-gara jalang itu, " ujar siswa lain nya.
Rena, Olivia, Andini hanya bisa menunduk, mereka tak berani angkat suara sama sekali.
"Ren berapa lo di bayar satu jam, ?" tanya seorang siswa kepada Reni secara tiba-tiba.
"Lo jangan kurang ajar ya, " ujar Reni dengan marah.
"Lah.. Kok marah kan gue cuma nanya, " ujar siswa itu.
"Lo jangan macam-macam atau gue..
"Mau lo aduin kemana, ?" ujar siswa itu memotong ucapan Reni.
"Udah deh kalian sekarang udah gak bakalan bisa sombong lagi.. Dan gue juga yakin kalo kalian bertiga pasti sama aja kek Nadia, " ujar siswa itu lagi.
Siswa-siswi lain nya tertawa terbahak-bahak, mereka menertawakan Reni.
Selama ini Nadia beserta teman-temannya selalu merasa benar sendiri, dan selalu mengancam mereka dengan kekuasaan orang tua mereka.
Di saat mereka membully siswa lainpun tak ada guru yang menegur mereka, dengan alasannya orang tua mereka adalah donatur di sekolah ini.
"Diem lo semua bajingan, " ujar Olivia berteriak.
"Kenapa neng.. Merasa terpojok ya, ?" ujar satu siswa.
"Hahahahahaa... " suara tawa pecah dari semua siswa yang ada di kelas itu, mereka merasa puas dengan keterpurukan Nadia beserta teman-temannya.
Sementara di kelas Vino, sekarang pria muda itu sedang di landa rasa syok berat sesudah dia menonton vidio yak senonoh sang adik.
Sungguh dia tak menyangka sang adik yang selalu dia bela, ternyata sangat busuk.. Dan hal yang selalu di tuduhkan pada Siska, dia sendiri lah yang melakukan hal itu.
"Vin.. Vin.. Vino, " ujar Tama sahabat Vino yang terus memanggil Vino.
Karna tak mendapati jawaban Tama menepuk pipi Vino.
"Vinooooo, " panggil Tama.
"Iya Tam, " jawab Vino dengan terlonjat kaget.
"Kenapa lo malah ngelamun gitu Vin, ? saran gue nih ya lebih baik sekarang lo telpon ortu lo biar mereka segera kesini, " ujar Tama.
"Bokap gue gak ada Tam.. Dia lagi di luar kota, " ujar Vino.
"Ya udah tinggal lo hubungin nyokap lo aja, " ujar Tama.
"Gue takut Tam, " ujar Vino.
"Takut apa, ?" tanya Tama.
"Gue takut nyokap gak bisa nerima kenyataan ini, " ujar Vino sambil menunduk.
Tama pun terdiam, karna sudah bisa di pastikan akan seperti apa reaksi orang tuanya Vino nanti.
"Vino ikut ke ruangan saya, " ujar sang guru yeng membuyarkan lamunan Vino juga Tama.
Vino hanya bisa mengikuti tanpa adanya perlawanan sama sekali, dia yakin pasti ini adalah permintaan sang adik.
Setelah sampai di ruang guru, disana terlihat Nadia yang duduk sambil menangis terisak dan para guru sudah ada semua di ruangan itu.
"Silahkan duduk Vino, " ujar salah satu guru pada Vino.
Saat mendengar nama Vino Nadia mendongak menatap ke arah Vino, dengan terisak dia segera memeluk Vino yang kini duduk di sebelahnya seakan Nadia meminta kekuatan dari Vino.
"Kak yang di vidio itu bukan aku, " ujar Nadia pada Vino.
Vino tak menanggapi dia hanya terdiam, membiarkan Nadia memeluknya tanpa membalas memeluk Nadia.
"Vino apa kamu bisa menghubungi orang tua kalian, ?" tanya pak kepala sekolah.
"Jangan kak jangan kasih tau ibu sama ayah, " ujar Nadia memotong kata-kata kepala sekolah.
"Nadia bisa kamu diam, ?" bentak bapak kepala sekolah yang sudah merasa geram dengan kelakuan Nadia.
Vino pun sebenarnya merasa marah terhadap Nadia, dan saat ini Nadia benar-benar jauh berbeda dari Nadia yang dia kenal.
Entah kenapa rasa sayang pada adiknya itu perlahan menghilang, yang ada sekarang hanya banyak perasaan ragu terhadap adik nya itu.
"Vino, " panggil pak kepala sekolah.
"Iya Pak.. Akan saya telpon ibu saya, " ujar Vino.
Lalu Vino mengambil handphone yang ada di saku celananya, kemudian di menelpon nomor sang ibu.
"Tut.. Tut.. Tut.. " suara telpon yang tersambung.
"Halo Vino, ada apa sayang, ?" ujar sang ibu di sebrang telpon sana setelah mengangkat panggilan telpon dari Vino.
"Halo Bu.. Bu, bisa gak ibu ke sekolah, ?" ujar Vino.
"Kesekolah ya, ? emm.. Bisa sayang, sebentar ya ibu akan segera sampai di sekolah, " ujar sang ibu tanpa bertanya ada apa.
Telpon pun terputus dan Vino memberi tahu kan bahwa sang ibu akan segera berada di sekolah kepada pak kepala sekolah.
"Kak.. Kakak jahat, kakak gak sayang aku, " ujar Nadia sambil melepaskan pelukan nya dari Vino.
"Diam Nad, " ujar Vino yang sudah teramat sangat marah kepada Nadia.
Vino tak habis pikir dengan tingkah Nadia, yang terus menerus merengek agar tak menghubungi orang tua mereka.
Dalam keadaan seperti ini Nadia masih sempat-sempat nya merajuk, tak bisa kah Nadia melihat kondisi saat ini.
Tiga puluh menit bertalu dan kini ibu Merida sudah tiba di sekolah, dia bergegas menuju keruangan para guru.
"Tok..Tok..Tok.. " suara pintu yang di ketuk.
"Ceklek, " pintu di buka dari dalam.. Dan bu Merida di persilahkan untuk masuk.
"Silahkan masuk Nyonya dan silahkan duduk, " ujar guru kelas Nadia.
Merida pun segera duduk seperti yang di perintahkan, Merida merasa heran kenapa kini anak-anaknya berada di ruang guru dan dia melihat Nadia yang menunduk sambil terisak.
Merida mengambil kesimpulan bahwa Nadia telah di bully hingga dia seperti itu.
"Siapa yang sudah membuat anak saya menangis seperti ini, " tanya Merida dengan marah.
"Maaf Nyonya merida, sama sekali tidak ada yang membuat anak anda menangis, " ujar pak kepala sekolah dengan sinis.
"Lalu kenapa anak saya seperti ini, " tanya Merida kembali dengan nada jengkel.
"Sebaik nya anda lihat ini dulu Nyonya, " ujar guru kelas Nadia sambil menyodorkan handphone nya pada Merida.
"Jangan ib..
BERSAMBUNG.