Kisah bermula dari seorang mahasiswa yang tiba tiba batal menikah, penyebab batal, tunangannya memilih membatalkan pernikahan karena mencintai pria lain dan sudah berselingkuh lama dengan pria itu.
Walau hatinya hancur, sang mahasiswa mengijinkan tunangannya pergi dan tentu saja tunangan nya langsung pergi dengan laki laki barunya tanpa mengetahui kalau sebenarnya dia salah memilih dan salah mengambil keputusan.
Alasannya karena sang mahasiswa yang di hina bukanlah mahasiswa dan pemilik kafe biasa, dia memiliki rahasia yang tidak pernah terbayangkan siapapun di belakang layar.
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, healing, psikologi, ceo.
100% fiksi ya, murni hasil pemikiran author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Sore hari menjelang malam, Liam mengajak Luna dan Laura untuk makan di restoran yang berada di villa. Begitu masuk ke dalam, deretan pelayan wanita dan pria menunduk memberi salam kepada Liam. Mereka mengantar ketiganya ke lantai dua dimana restoran berada. Ketika masuk ke dalam, mereka melihat restoran yang mewah dengan lantai di lapisi karpet, meja meja bundar bernuansa antik dan elegan lengkap dengan kursinya dan tertata dengan rapi.
Jendela kaca menggantikan dinding yang memperlihatkan keindahan matahari terbenam di samudra yang luas, sebuah lampu kristal besar tergantung di atas dengan pencahayaan yang remang remang dan membuat suasana menjadi romantis. Pelayan mengantar mereka ke meja mereka, sebuah meja bundar yang tidak terlalu besar dengan tiga kursi dan terletak tepat di sebelah jendela.
Sang pelayan juga menyalakan lilin lavender di tengah meja sehingga menjadikan suasana menjadi semakin romantis, seorang somelier membawakan sebotol anggur, dia memperlihatkan nya pada Liam sebelum menuang isi botolnya ke dalam tiga gelas yang dia bawa. Setelah sang somelier pergi, Liam yang memakai tuxedo melihat Luna dan Laura yang memakai gaun mewah dan elegan berwarna hitam yang memperlihatkan pundak mereka, duduk diam menoleh melihat keluar jendela.
“Bagus kan ?” tanya Liam.
“Iya, ini sangat luar biasa Liam,” ujar Luna.
“Entah kenapa, aku merasa ini bukan tempat ku,” balas Laura.
“Kalian belum terbiasa saja, aku saja butuh satu setengah tahun untuk terbiasa dengan semua ini,” ujar Liam.
“Hehe iya sih, aku mengerti banget, tapi kamu benar benar berbeda Liam, kamu terlihat jauh lebih dewasa di banding kalau kamu di kafe,” ujar Laura.
“Oh benarkah ?” tanya Liam.
“Iya, tapi kalau boleh jujur, aku lebih suka kamu yang di kafe, kamu terlihat lebih santai,” ujar Laura.
“Soal itu, aku juga setuju,” tambah Luna.
“Yah....aku juga setuju sih hahaha,” balas Liam.
“Aku turut prihatin soal kafe mu Liam, aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi,” ujar Luna.
“Sama, aku tidak menyangka ada yang tega berbuat seperti itu,” tambah Laura.
“Terima kasih ya, aku tidak apa apa, bangunan yang hancur bisa di bangun lagi, hanya saja aku kehilangan kenangan ku bersama nenek di sana, karena ketika di bangun lagi, semua akan berbeda,” ujar Liam sambil melihat keluar jendela dan tersenyum tipis.
“Kita akan buat kenangan baru,” ujar Luna sambil meraih tangan Liam di meja.
“Iya benar, bangunan baru, kenangan baru dan hidup baru,” tambah Laura yang juga memegang tangan Liam di meja.
“Terima kasih, senang membangun kenangan baru bersama kalian berdua,” ujar Liam.
Liam mengangkat gelasnya, begitu juga Luna dan Laura, “ting,” mereka membenturkan gelas mereka (bersulang),
“Untuk masa depan kita bersama,” ujar Liam.
“Untuk masa depan kita bersama,” ujar Luna dan Laura mengikuti Liam.
Ketiganya meminum anggur mereka dan menaruh kembali gelas mereka di meja, tak lama kemudian, seorang pelayan datang mendorong kereta makan dan menghidangkan makanan pembuka berupa sup di depan ketiganya. Seorang pemain biola menghampiri meja mereka dan memainkan tembang yang sangat indah membuat suasana benar benar menjadi lebih romantis dari sebelumnya.
Selesai menyantap hidangan penutup dengan ceria, tiba tiba para pelayan menyingkirkan meja dan membuat ruang menjadi kosong, alunan musik yang di maikan oleh live music pun mulai mengalun merdu, Liam berdiri kemudian dia menunduk di depan Luna seakan akan mengajaknya mereka berdansa. Luna tersenyum dan memberikan tangannya sambil berdiri, kemudian keduanya berjalan ke tengah dan berdiri berhadapan.
Mereka mulai berdansa berputar putar mengelilingi lantai yang sudah kosong, keduanya nampak ceria dan wajah mereka pun berdekatan. Setelah musik selesai, keduanya kembali saling berhadapan dan saling menunduk memberi hormat, kemudian Liam berlutut dengan satu kaki, tangannya masuk ke dalam saku jas nya dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna putih, kemudian membukanya. Dia menatap Luna di depannya yang sudah menutup mulutnya dengan kedua tangannya,
“Luna Harris, maukah kamu menjadi istriku ?” tanya Liam.
“Ya (menangis) aku mau,” jawab Luna sambil membersihkan air matanya dan menjulurkan lengannya.
Setelah itu, Liam mengantar Luna kembali ke tempat duduknya dan melihat ke arah Laura, dia kembali menunduk mengajak Laura berdansa dan tentu saja Laura menyambutnya. Mereka pun berjalan ke tengah ruangan sementara Luna masih menatap cincin berlian di jarinya sambil menangis dan tersenyum. Laura berdiri berhadapan dengan Liam, musik pun mulai mengalun namun ketika Liam merentangkan tangannya dan maju ke depan, tiba tiba Laura mengangkat tangannya sambil tersipu malu.
“Um...maaf Liam, tapi aku tidak bisa dansa,” ujar Laura.
“Oh..begitu, ku pikir kalian berdua bisa dansa,” balas Liam.
Liam menoleh melihat para pemusik yang sedang bermain lagu kemudian meminta sebuah lagu yang sedikit keras. Setelah lagu di mulai, Liam mulai menari dan berputar mengelilingi Laura di tengah yang melihatnya sambil tersenyum dan tertawa senang. Tarian berakhir dengan Liam berlutut di depan Laura yang sudah siap dengan wajah malu malu,
“Laura Harris, maukah kamu menjadi istriku ?” tanya Liam.
“Tentu saja mau....hik....hik....hik....dan namaku bukan Laura Harris, tapi Laura Vargas,” jawab Laura sambil menangis tersedu sedu, tersenyum dan menjulurkan tangannya.
Liam memakaikan cincin nya kepada Laura, kemudian dia berdiri dan memberikan lengannya pada Laura, langsung saja Laura menggandengnya dan berjalan ke arah meja tempat mereka duduk. Setelah duduk, Luna langsung memeluk Laura yang membalas memeluknya, Liam langsung memeluk keduanya dari belakang. “Plok....plok....plok,” para pelayan yang melihat adegan lamaran di depan mereka, langsung memberikan tepuk tangan yang meriah dan musik yang lembut pun mengalun mengiringi nya.
Setelah Liam kembali duduk, Monica, Matthew dan kedua anak mereka masuk ke dalam restoran, beberapa pelayan mengantar mereka ke meja yang mereka siapkan di sebelah meja Liam. Monica langsung menghampiri Luna dan Laura kemudian memeluk keduanya, sementara Matthew menjabat tangan Liam kemudian memeluk Liam sambil menepuk punggungnya. Mereka mengobrol dengan santai dan ceria sampai tengah malam.
******
Sementara itu, di sebuah resort yang berada di pulau tropis, tidak jauh dari pulau tempat Liam berada, tepat di tepi pantai, Grace berdiri menatap ke arah samudra yang luas di terangi cahaya bulan yang besar, tiba tiba seorang pria tampan berusia sekitar 30 tahunan yang memakai kemeja hawai merangkul Grace, langsung saja Grace menoleh melihat pria itu dan tersenyum,
“Udah makan nya kak Tyrel ?” tanya Grace lembut.
“Sudah, kamu katanya kemari mencari teman kamu, sudah ketemu belum ?” tanya Tyrel.
“Belum kak, terima kasih udah nemenin aku ya,” jawab Grace.
“Ya, tugas dari papa dan mama mu juga kan buat ngawasin kamu,” balas Tyrel.
“Ih...om Charles bener bener deh, padahal aku sendiri tidak apa apa,” balas Grace.
“Hahaha aku juga sekalian liburan bersama Ashley dan anak anak, ga apa apa kan,” balas Tyrel.
“Iya sih,” balas Grace.
“Sudah ya, aku kembali ke kamar dulu nanti Ashley curiga lagi, jangan malam malam, nanti masuk angin,” ujar Tyrel sambil berbalik.
“Hah masa curiga sih sama sepupu sendiri,” ujar Grace.
“Hahaha enggak lah, aku hanya bercanda, sudah ya aku tinggal,” balas Tyrel.
Tyrel berjalan ke arah pintu masuk resort, Grace kembali menatap samudra lepas di depannya dan jongkok di tepi pantai,
“Kamu di mana sih Liam ?” pikirnya dalam hati dengan wajah cemberut.
αყσ ƚɾιρʅҽ ʅ ʅαɳʝυƚƙαɳ...
ʂҽɱαɳɠαƚ υρ ɳყα ƚԋσɾ