Menceritakan Perjuangan Lisa dan teman-temannya untuk meruntuhkan kekuasaan para penghuni atas yang telah berkuasa terlalu lama, dengan usaha dan kerja keras mereka akankah mereka berhasil atau tidak dalam melawan para penghuni atas atau justru kalah dan hancur tanpa harapan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XoXo18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16 ( Angka )
•
•
•
•
Mereka berlima berlari menuju aula utama dimana game adu strategi diselenggarakan. Disana sudah cukup banyak yang mengantri untuk berhadapan dengan Eunha dan Irene. Dengan terpaksa, mereka berbaris di antrian paling akhir. Sambil menunggu giliran, mereka berbincang tentang game seperti apa yang akan mereka jalani saat melawan Eunha dan Irene.
"Kira-kira gamenya kayak gimana ya?" tanya Chiquita.
"Gak tau tuh. Strategi ya, paling catur." Jawab Haram.
"Kalau Kak Irene kan kita udah pernah liat tuh sekilas kemampuannya gimana, nah ini ada Kak Eunha juga." Tambah Rora.
"Iya nih, kita kan belum pernah duel sama Kak Eunha sebelumnya." Ujar Ahyeon.
"Eh, tapi kan kata Kak Rose, elemen aura kamu sama kayak Kak Irene." Balas Haram.
"Ah, iya iya." Tambah Ahyeon.
"Nah, kira-kira Kamu jago di bidang apa nih yang berhubungan dengan strategi?" tanya Ruka.
"Emm, catur Aku jago. Sebelumnya Aku pernah lawan Grandmaster dan menang dalam 10 menit." Jawab Ahyeon.
Semua terdiam terkejut. Melongo atas jawaban yang diberikan Ahyeon. Mereka tahu bahwa Grandmaster saat itu adalah Grandmaster termuda sepanjang sejarah dan dikalahkan oleh gadis imut dalam waktu 10 menit.
"Selain catur, Aku juga jago hitungan. Waktu Aku SMP, Aku pernah iseng-iseng ngerjain soal trigonometri sama kalkulus Kakakku. Gampang sih." Tambah Ahyeon.
Belum juga lepas dari keterkejutan atas jawaban Ahyeon yang mengalahkan Grandmaster, Ia menambahkan lagi hal yang mengejutkan lainnya. Mengenai trigonometri dan kalkulus. Mereka berempat yang mendengarnya pun langsung lesu.
"Astaga, apa nanti kita bakal ngerjain soal kalkulus atau trigonometri di dalam sana?" tanya Chiquita lesu.
"Aku paling lemah dalam hal hitungan atau apapun itu." Tambah Ruka.
"Sama..." ujar Haram dan Rora berbarengan.
"Pasti seru kalau bener kayak gitu," Balas Ahyeon.
"Seru apanya?!" tambah mereka berempat tidak setuju.
Antrian sedikit-demi sedikit mulai maju hingga sampai di depan pintu masuk aula utama dimana mereka berlima bisa menyaksikan game seperti apa yang dilaksanakan di dalam. Dan seperti dugaan mereka. Catur dan hitungan! Mereka berlima kecuali Ahyeon langsung lesu. Melihat soal hitungannya saja membuat perut mereka mual.
"Ya ampun. Kalo catur sih mungkin bisa. Tapi kalo hitungan. cape deh!" ujar Haram.
Dengan mood yang turun, mereka berempat ditambah Ahyeon yang terlihat sekali ketertarikannya untuk mengerjakan soal dan bermain catur mulai masuk ke dalam dan tidak lama lagi giliran mereka. Tidak ada lagi maba lain yang mengantri di belakang mereka. Itu berarti mereka pemain terakhir yang akan berhadapan dengan Irene dan Ahyeon, hingga tibanya giliran mereka.
"Ah, akhirnya kalian tiba juga." Ujar Eunha gembira yang menjaga stand soal-soal kalkulus dan trigonometri.
"Ohoo, 5 junior istimewa. Kita lihat apakah kalian bisa melewati tantangan yang akan diberikan Eunha." Tambah Irene.
"Sejauh ini, belum ada yang berhasil mengerjakan soal yang diberikan olehku. Padahal soalnya cukup mudah." Ujar Eunha.
"Mudah darimana! Liatnya aja Aku pusing!" timpal Irene.
"Belum ada?! Oke. Aku akan jadi yang pertama yang berhasil mengerjakan soal dari Kak Eunha." Ujar Ahyeon semangat.
Dengan segera, ia mengambil soal yang telah dibuat oleh Eunha, begitu pula dengan mereka berempat sisanya. Tidak diberi batasan waktu dalam mengerjakan soal ini. Jika memang tidak sanggup, maka mereka harus meninggalkan aula ini. Tidak mendapat kesempatan untuk menantang Irene dalam strategi caturnya. Baru 1 menit berlalu dan Ahyeon telah mengerjakan soal pertama yang diberikan Eunha.
"Kok gampang?" tanya Ahyeon polos, sementara 4 rekannya yang lain masih sibuk mencorat-coret kotretan mereka untuk menghitung, mencari jawaban dari 1 soal yang diberikan Eunha yang katanya itu adalah soal yang relatif mudah.
"Ebuset begitu gampang?" tanya Haram yang masih mengotret-ngotret jawaban.
"Gampang kan? Kalau gitu, ini soal kedua. Aku naikkan levelnya ke tingkat sedang." Ujar Eunha tersenyum senang sambil memberikan soal kedua untuk Ahyeon.
3 menit berselang, Ahyeon menyerahkan soalnya yang kedua. Terlihat di raut wajahnya bahwa ini bukanlah soal yang sulit.
Prok! Prok! Prok!
"Luar biasa. Belum ada sebelumnya yang bisa mengerjakan soal level sedang yang Aku berikan dalam waktu 3 menit dengan jawaban yang benar dan presisi seperti ini." Ujar Eunha memuji.
"Baiklah, ini soal terakhir. Soal dengan level sulit. Jika kau berhasil menjawab soal ini, kau boleh menantang Irene dalam strategi perang di permainan caturnya." Tambah Eunha sambil memberikan soal terakhir.
"Ayo, kamu bisa!" dukung Irene yang sedari tadi belum mendapatkan lawan karena semuanya takluk di soal kalkulus dan trigonometri.
Sementara itu 4 rekan Ahyeon lainnya masih berpikir keras untuk mencari jawaban yang tepat. Chiquita menggigiti pulpennya sambil berpikir, sementara Ruka menopang dagunya sambil memandang ke langit-langit aula, berharap jawaban melintas di atas, Haram yang pusing menggaruk-garuk kepalanya dan Rora yang menggigiti kertas kotretannya. Frustasi jawabannya tidak kunjung ditemukan.
"Kalian menyerah?" tanya Eunha.
"Eit eit eit, tidak ada kata menyerah dalam kamus kehidupanku." Jawab Haram.
"Setuju!" jawab yang lain berbarengan.
5 menit berlalu semenjak soal ketiga diberikan pada Ahyeon. Ia masih mengotret hitungannya yang menghabiskan kertas 3 lembar. 3 lembar yang penuh dengan angka dan rumus trigonometri.
"Oke. Aku tarik kembali kata-kataku tadi. Menyerah dalam hal hitungan mungkin kata pertama dalam kamus hidupku." Ujar Haram melemparkan soalnya. Diikuti dengan 3 rekannya yang lain yang juga nampaknya tidak ingin menyiksa otak mereka lebih lama lagi.
10 menit berlalu bagi Ahyeon yang mengerjakan soal ketiga. Nampaknya la cukup kesulitan dalam mengerjakan soalnya yang terakhir ini.
"Bagaimana? Apakah Kau juga
menyerah?" tanya Eunha.
Ahyeon tidak menjawab. Ia tenggelam dalam soal trigonometrinya. Sangat serius hingga la tidak menggubris keadaan di sekitar, padahal teman-temannya sudah terkapar kelelahan hanya mengerjakan 1 soal.
"Ayo ayo kamu bisa!" ujar Irene menyemangati.
Kemudian Ahyeon tersenyum. Bukan karena semangat yang diberikan Irene, melainkan ia telah menemukan jawaban dari soal terakhirnya itu.
"Wow! Soal tersulit yang pernah Aku kerjakan, tapi akhirnya selesai juga." Ujar Ahyeon dengan senyum kemenangannya sambil memberikan soal tersebut beserta jawaban dan 3 lembar kotretannya pada Eunha.
Eunha yang memeriksa jawaban Ahyeon pun terdiam. Tenggelam dalam jawaban Ahyeon. Sama seperti saat Ahyeon mengerjakan soal tersebut, tidak menggubris keadaan sekitar. Sementara Ahyeon dan 4 rekannya menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Berharap bahwa jawaban Ahyeon benar.
"Irene, akhirnya kau mendapatkan lawan juga." Ujar Eunha yang selesai memeriksa jawaban Ahyeon.
"Yeehaa! Akhirnya! Kau membunuh kebosanan yang menyelimuti diriku, Ahyeon!" seru Irene girang.
"Luar biasa. Sepertinya kau cocok jadi ahli strategi untuk misi nanti." Ujar Eunha.
"Misi?" tanya Ahyeon bingung.
"Ah, sudahlah yang penting sekarang kau berhasil dan harus berhadapan dengan temanku ini yang sedari tadi bosan menunggu. Tapi ingat, di kampus ini belum pernah ada yang mengalahkan strategi perangnya." Tambah Eunha.
"Oke! Ahyeon, selamat berjuang. Kau harus menang! Camkan itu!" ujar Ruka yang berjalan meninggalkan aula menuju game selanjutnya, diikuti Chiquita, Haram dan Rora.
"Baiklah Ahyeon. Aku dengar dari temanku, seorang Grandmaster termuda, bahwa ia dikalahkan untuk yang kedua kalinya dalam waktu yang singkat oleh seorang gadis yang ternyata gadis tersebut adalah kau." Ujar Irene menatap serius kedalam mata Ahyeon.
"Untuk yang kedua kalinya? Untuk pertama kalinya ia dikalahkan oleh siapa?" tanya Ahyeon.
"Olehku. Dalam waktu yang jauh lebih daripada kamu. 5 menit." Jawab Irene.
•
•
•
•