Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
...****************...
Anna membuka matanya perlahan. Pandangan masih sedikit buram tapi yang pertama kali ia dapati adalah jarum infus ditangannya. Detik berikutnya, ia baru menyadari kalau dirinya tidak berada dikamarnya sendiri dengan hari yang sudah malam.
Ruangan ini... Kamar Damian.
Ia mencoba untuk bangun, tapi belum sempat mengangkat tubuhnya, suara berat Damian terdengar dari arah pintu yang baru saja terbuka.
"Jangan coba-coba bangun," perintahnya dengan nada dingin.
Anna menatap Damian yang berjalan mendekatinya lalu duduk dikursi dekat ranjang dengan tangan terlipat di dada, tatapannya tajam menusuk. Wajahnya terlihat lebih gelap dari biasanya seolah ia tidak sedang dalam mood yang baik.
"Kenapa saya disini?" suara Anna serak.
"Menurutmu? Kau lihat saja tanganmu itu."
Anna mengerutkan kening. "Saya baik-baik saja, saya bisa kembali ke kamar saya sendiri—"
Damian mendecak kesal sebelum Anna sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Kau pikir aku akan membiarkanmu berjalan dalam kondisi seperti ini?" Anna membuka mulutnya tapi Damian sudah lebih dulu berduri dan menekan tubuhnya kembali ke ranjang dengan satu tangan.
"Diam dan jangan kemana-mana." katanya singkat lalu beranjak keluar dari kamar.
Tak lama kemudian, Damian kembali dengan membawa nampan yang berisikan semangkuk bubur dan air hangat.
Anna mencoba bangkit dengan rasa tak enak.
"Tapi—"
"Kau pingsan didapur." Potong Damian sambil meletakkan nampan di meja samping ranjangnya. "Bodoh. Kenapa kau tetap memasak kalau tubuhmu sekarat begitu?"
Anna menunduk. "Saya tak mau merepotkan."
Damian menatapnya tajam. "Merepotkan?" Ia mendengus. "Jadi kau lebih memilih mati daripada merepotkan oranglain?"
Anna menggigit bibirnya tak tahu harus berkata apa. Damian mengambil semangkuk bubur itu dan meletakkannya diatas pahanya.
"Makan ini."
Anna mengerutkan keningnya. "Saya bisa—"
"Diam dan makan." Damian menyodorkan suapan bubur itu sambil sesekali meniupnya.
"Anda yang membuatnya?" Tanya Anna hati-hati.
"Kau pikir siapa lagi?"
Anna terdiam. Rasa hangat aneh menjalari hatinya. Ini pertama kalinya Damian melakukan sesuatu untuknya tanpa ada maksud tersembunyi. Sambil menahan senyum kecil, Anna mulai menghabiskan bubur yang dibuatkan Damian untuknya.
...****************...
Setelah selesai makan, Anna yang masih duduk lemas memperhatikan keseluruhan kamar Damian saat ia sendirian. Ia memikirkan hidupnya yang berakhir menjadi sandera.
'Aku tak boleh memiliki perasaan apapun padanya hanya karena aku kurang kasih sayang.' gumam Anna pelan sambil menghela napas.
Perhatian Damian belakangan ini semakin aneh. Tapi ia juga menyadari satu hal—bahwa Damian adalah seorang gay. Meskipun ia sudah tak pernah lagi melihat pacar prianya beberapa minggu ini.
Tak lama Damian masuk dengan sorot mata yang tak bisa ia baca.
"Tidur." katanya singkat.
"Tapi–"
"Jangan membantah, Anna." mata Damian menyipit tajam. "Aku tak suka mengulang perintah."
Anna terdiam. Napasnya sedikit bergetar saat Damian masih menekan bahunya ke kasur. Terlalu dekat hingga ia bisa merasakan kehangatan tubuh pria itu.
Setelah beberapa detik hening, Damian akhirnya menarik kembali tangannya dan berbalik, berjalan ke susu ranjang. Anna mengira ia akan keluar tapi ternyata pria itu malah naik ke ranjang dan berbaring disampingnya.
"Tidurlah." ulangnya dengan suara yang lebih tenang.
Anna masih terkejut, mengapa Damian juga tidur disini? Ia menyadari bahwa ini memang kamar Damian. Tapi tetap saja.
Namun karena kondisi tubuhnya yang masih lemah, ia tidak punya cukup tenaga untuk bertanya dan memprotes. Ia hanya bisa diam dan menatap punggung Damian dalam kebingungan sebelum akhirnya rasa kantuk kembali menyerangnya.
Dalam sunyi, ia akhirnya mengutip matanya.
Dan untuk pertama kalinya, ia tertidur dalam keheningan yang aneh tapi juga terasa hangat.
.
.
Next👉🏻
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩