Liliy aqila khanza, Hesti Adifa dan Wina arfa alia bersahabat sejak TK sampai bangku kuliahan. mereka menamainya Black Ladies karena mereka memiliki kesamaan tidak menyukai warna yang cerah dan itu menggambarkan kepribadian mereka. Liliy aqila khanza berusia 19 tahun dan diagnosa dan mengidap DID ( Dissociative identy Disorver) 8 tahun yang lalu. Trauma masa kecil akibat broken home membuat tempramennya sulit ditebak. Liliy jurusan seni dan tergolong pandai di kelasnya. Gitar merupakan barang kesayangannya yang selalu di bawa kemana pun dia pergi. hesty dan wina ialah sahabat yang selalu memahaminya mereka tidak membiarkan sahabatnya larut dalam kesedihan. Hingga persahabatan mereka di uji oleh seorang laki-laki tampan jurusan olahraga yang merupakan pindahan dari kota. postur tubuhnya yang kokoh membuat idola para kaum hawa di kampusnya.Kedatangannya membuat persahabatan mereka mulai retak. Apakah Black Ladies mampu mengatasi keretakan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dragon starr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tampil
"Jadilah pelakon untuk menunjukkan keahlianmu, jangan hanya jadi penonton yang bisa mengagumi orang lain dan berkata, aku kapan ya seperti dia? Bertindak dari sekarang jika ingin di kagumi dan mampu mengubah masa depanmu sendiri. Buktikan kalau kamu akan lebih baik dari dia,"
Tak terasa waktu tampil pentas itu besok. Lily, Hesti dan Wina hanya latihan dalam waktu 1 bulan.
Persiapan mereka lumayan matang karena kadang mereka latihan malam dan menginap di rumah Wina kalau itu hari libur. Mereka sangat memanfaatkan waktunya dengan baik untuk latihan gara-gara kegiatan acaranya di percepat ke awal bulan.
Karena pentasnya besok. Lily, Hesti dan Wina latihan lebih serius lagi dan di permantap latihannya. Mereka mengulang ulang sampai lancar sampai tidak ada kesalahan lagi. Wina pun sudah lancar menyanyi tanpa teks ya ia lihat. Mereka sudah siap untuk tampil di pentas seni itu. Mereka penampil terakhir dari 5 penampi karna sistem acak.
*** Kampus***
Keesokan harinya, gedung sudah di penuhi mahasiswa yang ingin menonton lomba penampilan setiap angkatan setiap angkatan seni musik itu.
Lily, Hesti dan Wina berada di ruangan khusus penampil di belakang panggung. Semua penampil berada di dalam ruangan itu sambil mempersiapkan dirinya, ada yang membenarkan mek-upnya, ada yang menatap rambutnya. Maklum kampus Lily bukan mayoritas muslim jadi tidak memakai jilbab dan kadang juga, ada orang muslim tidak memakai jilbab di kampusnya karena merasa tidak cocok dengan fashion sekarang.
Lily yang sedang memperlihatkan Wina yang sedikit gugup yang duduk di salah satu kursi panjang dari besi dan bertanya.
"Win... kamu kenapa? Kamu baik baik aja 'kan?" Tanyanya Lily dengan memperhatikan Wina yang sedikit melamun.
"Hmm... aku baik baik aja kok," ucapnya Wina sedikit senyum menyembunyikan groginya dan tidak ingin membuatnya hilang percaya diri juga.
"Enggak usah grogi, kita di sini. 'kan kita sudah latihan dengan baik, percaya diri saja," ucapnya Lily menenangkan Wina agar tidak grogi lagi sambil memperlihatkan senyumnya.
"Yap... enggak usah grogi, Win. Percaya deh kalau kita bisa, semangat!" Tambahnya Hesti menunjukkan tangganya yang menyemangati Wina kembali.
"Hehehe... iya," cengir Wina yang sudah berkurang kegrogiannya dan mulai berpi6 positif kalau dia bisa.
Waktu pun berjalan dan semua penonton tidak sabar lagi untuk melihat penampilan peserta. Tibalah pentas segera di mulai, pemandu acara mulai mengambil alih, memperkenalkan juri juri yang sempat hadir memanggil penampil pertama untuk menunjukan bakatnya di atas panggung dan di depan juri juri. Semua penonton bersorak ria menyambutnya, ada yang bersiul, ada juga yang bertepuk tangan dan ada juga menyoraki nama mereka.
*** Kelas Randy***
Semua perkuliahan pada hari itu kosong, dosen-dosen sebagian menjadi juri atau tamu undangan.
Begitu juga dengan kelas Randy. Randy bingung kenapa tidak ada perkuliahan hari ini, tiba-tiba Rio datang mengajaknya ke lomba pentas seni musik per angkatan.
"Ran... ke gedung pentas yuk!" Ajaknya Rio sambil duduk di dekat Randy.
"Emng ada apa di situ?" Tanyanya Randy dengan kebingungan.
"Kudet amat sih. Hari ini nggak ada perkuliahan tuh gara-gara ada kegiatan pentas seni di gedung depan," Jelas Rio sambil menggeleng- gelengkan kepalanya melihat sahabatnya.
"Lalu?" Tanyanya singkat.
"Ihh... kita ke sana yuk liat pertunjukannya, bosan nih di sini terus liat tembok ama kursi. Mending ke situ bisa cuci cuci mata, pasti banyak tuh cewek cewek cantik dan jago juga main musiknya," ucapnya Rio yang bosan di ruangan yang hanya berdua sama Randy.
"Malas ah," ucapnya Randy dengan nada malas.
"Aku tau nih kalau bilangnya malas,jangan bilang gara gara ada cewek aneh itu ya? Siapa lagi namanya...? Kok aku lupa ya...? Oh aku ingat,namanya Victoria itu 'kan? Hahaha. Aku ingat...aku ingat tebaknya sambil tertawa terpingkal-pingkal karena dia sangat menghindari Victoria yang selalu mengeja- ngejar cinta Randy walaupun sudah berkali-kali di tolak.
"Tuh kamu tau," ucapnya dengan memicingkan matanya ke arah Rio.
" Heheh...oh iya, Kevin mana ya? Kok nggak ada nongol barang hidungnya" celetuk Rio sambil mencari-cari keberadaan Kevin.
"Katanya tadi mau ke toilet, tapi sekarang nggak tau kemana lagi" ujarnya Randy menaikkan pundaknya lalu menurunkannya kembali.
Tidak lama Randy mengatakannya, Kevin datang habis dari toilet dan menuju tempat duduk nya. Rio sangat senang lalu mengajak Kevin ke acara pentas itu dan memutar kursinya ke depan Kevin.
"Vin...temani aku yuk ke acara lomba pentas seni musik," Ajaknya Rio dengan wajah memelas kasihan.
"Kapan?" Tanyanya Kevin santai yang sedikit memperbaiki tatanan rambutnya yang hitam pekat yang sedikit menghalangi pandangannya dan menatanya dengan rapi.
"TAHUN DEPAN! Ya kali aku ajaknya sekarang kalau tahun depan acaranya. SEKARANG LAH! Pekiknya dengan lantang sambil menatap Kevin dengan geram " mau nggak nih?" sambungnya dengan mengajaknya kembali.
"Santai Bang. Jangan pakai urat," Ucapnya Kevin sambil tertawa kecil dan menatap ke Rio.
"Ini sudah santai,Bang. Kamu juga sih bertanya kapan. Hmm...bagaimana mau nggak nih? Jangan sampai acaranya selesai baru kita kesana." ucapnya Rio sambil menghela nafas dengan sabar dan mengulangi lagi ajakannya.
"Hmm... boleh juga, daripada di sini bosen nggak ngapa-ngapain," ujarnya Kevin yang mengambil tasnya untuk siap siap ke gedung pentas.
" Yes...akhirnya kita pergi juga" ucapnya dengan girang. " Ayolah Ren kita pergi,tuh Kevin juga mau pergi," meliriknya ke arah Randy lalu mengajaknya kembali.
"Hmm...ya udh deh kita pergi tapi jangan lama," pasrah nya Randy yang bosan mendengar ajakan Rio dari tadi.
"ASYIK! Emang kembaran aku pengertian deh, enggak sia sia memang dia ku anggap jadi sahabat aku," serunya Rio kegirangan dengan selalu mengaku kalau dia kembaran Randy sambil mengambil tasnya.
Mereka pun bertiga menuju ke gedung pentas musik itu. Gedung sudah di penuhi dengan orang orang yang ingin menonton pertunjukan pentas. Itu juga yang membuat Randy malas ke tempat itu.
Karena Randy ketua jurusan basket yang menjadi perwakilan dan jurusannya, iya di persilahkan untuk duduk di jajakan tamu undangan. Kevin dan Rio hanya duduk di kursi pojokan yang sesak dengan orang di sekitarnya.
Penampilan 1, 2 dan 3 selesai tampil, pemandu acara mulai memanggil penampil ke keempat dan mempersilahkan memasuki panggung.
Sekitar 6 menit penampilannya selesai tinggal penampilan dari Black Ladies yang belom tampil. Lily, Hesti dan Wina tidak sabar menunggu gilirannya di panggil. Tiba-tiba terdengar suara yang memanggil mereka, ternyata pembawa acaranya pun memanggil nya masuk ke panggung.
"Kita sambut penampilan terakhir kita, yaitu Black Ladies!" Sambutnya dengan semangat.
Lily, Hesti dan Wina telah masuk dan siap tampil di depan ribuan penonton.ia pun memulai dengan penuh penghayatan.
Ahmad ya habibi habibi, habibi salam habibi
Salam 'alaika habibi...
Ahmad ya habibi habibi, habibi salam habibi
Salam 'alaika habibi...
Ahmad ya habibi habibi, habibi salam habibi
Salam 'alaika habibi...
Juri dan tamu undangan terpana dengan penampilan dari Black Ladies dan memberinya tepuk tangan sebagai apresiasi.
Saat melihat Lily masuk dalam panggung, Randy sangat terkejut melihatnya.
"Bukankah dia yang... berpuisi di balik pohon dan menyanyi di ruangan musik waktu itu," gumamnya Randy sambil mengingatnya yang waktu pertama kali mendengar suara Lily.
"Ah...untung aku ke sini bisa lihat dia nyanyi secara langsung," sambungnya Randy menikmati penampilan Lily dan tidak pernah melepaskan pandangannya ke arah Lily. Ia pun segera mengambil ponselnya untuk merekamnya.
Dalam jejeran tamu undangan,semua panitia juga ikut serta agar mereka memantau jalannya kegiatan lomba pentas itu.
Ada sepasang mata yang memantau setiap gerakan Randy, dia kesal saat pandangan Randy selalu ke arah cewek aneh yang marah marah tidak jelas waktu pendaftaran waktu itu.
Ia tidak tahan melihat terus terusan tatapan Randy melirik cewek lain selain dirinya. Ia sangat menghafal siapa yang ia tatap dari tadi.
"Oh, jadi dia cewek yang gatelan itu, yang berani rebut Randy dari saya. Dia mau main main sama saya, dia belom tau siapa saya," gumamnya dengan melirik ke arah Lily dengan penuh kebencian.
"Aku pasti buat kamu nggak betah di kampus ini, hidupmu akan sengsara bagai di neraka," gumamnya kembali dengan menatap benci Lily seperti ingin menerkamnya sekarang yang tidak rela kalau Randy melirik cewek lain selain dirinya.
Musik pun terhenti, itu menandakan penampilan Lily, Hesti dan Wina telah selesai. Semua juri dan tamu undangan berdiri dan bertepuk tangan, begitu juga dengan penonton yang berteriak menyeru nama Black Ladies sambil bersiul.
Setelah mereka selesai tampil, pemandu acara memanggil semua peserta untuk masuk dalam panggung. Juri pun mulai menilai dan berdiskusi dengan juri yang lainnya.
Setelah beberapa menit, juri telah mendapatkan juara dari lomba kegiatan pentas seni itu. Semua peserta deg- degan menunggu keputusan juri, terutama Black Ladies tidak sabar lagi menunggu. Semua peserta saling menggenggam tangan agar saling menguatkan.
Tibalah juri mengumumkan siapa juara pertama ,kedua dan ketiga dari lomba tersebut.
"Juara ketiga di raih oleh...penampil keempat," ucapnya salah satu juri yang sedikit menjeda agar semua penonton penasaran.
Semua penonton bertepuk tangan sedangkan Lily, Hesti dan Wina saling bertatapan saling berharap mendapatkan juara.
"Oke, kita lanjut dengan juara kedua di raih oleh...penampil ...kedua," seru juri kembali yang membuat kelompok Black Ladies tertunduk pasrah dengan keputusan juri.
"Lanjut ke juara pertama, pasti kalian tidak sabar dan menerka nerka siapa siapa juara pertama?" Tanyanya juri ke penonton sambil mengarahkan microphone nya ke belakang.
Semua penonton meneriaki menyebut Black Ladies juara pertama. Randy tersenyum yakin kalau Black Ladies akan juara pertama. Dan di sisi lain, ada seseorang yang tidak menginginkan Black Ladies juara, menatapnya penuh dengan kebencian.
"Ayo kita lanjut, karena kalian tidak sabar, saya akan kasih tau kalau juara pertama kita dari semester pertama, yaitu penampilan dari...Black Ladies," ucapnya juri dengan lantang yang membuat suaranya menggema di setiap sudut gedung.
Black Ladies bertatapan secara bergantian dan langsung memeluk satu sama lain. Air mata mereka lolos membasahi pipinya.
"Li...kita menang,kita juara satu," teriaknya Hesti dengan gembira dan meneteskan air mata bahagia.
"Iya...kita menang," ucapnya Lily yang tidak mampu berkata kata lagi.
" Black Ladies menang," Teriaknya Wina dengan penuh air mata.
Mereka sambil berpelukan dan bersyukur kalau kerja kerasnya tidak sia sia, walau banyak rintangan saat latihan. Tapi, mereka bisa melewatinya bersama. Mereka sebenarnya tidak yakin dan percaya kalau mereka bisa juara pertama mengalahkan senior seniornya, karena mereka hanyalah semester awal.
Randy melihatnya pun tersenyum bahagia melihat Black Ladies juara pertama. Semua orang bergantian memberinya ucapan selamat, sebenarnya Randy ingin memberikannya juga selamat tapi dia gengsi. Jangan sampai dia menjadi pusat perhatian dan bahan bicaraan di kampus terutama Kevin dan Rio.
Randy memutuskan meninggalkan acara tersebut. Saat Randy berdiri dari kursinya, mata Hesti sempat melihat Randy. Hesti sangat senang melihat Randy datang melihat penampilannya,
Karena Randy katanya jarang sekali menghadiri acara seperti itu, paling Randy menyuruh Kevin atau Rio yang mewakilinya.
Setelah memberi di beri ucapan selamat oleh juri dan di berikan hadiah juara. Lily, Hesti dan Wina menuju ruangannya untuk istirahat sejenak. Saat di ruangan, mereka saling bertatapan penuh arti.
" Enggak sia sia kita latihan sampai malam waktu itu" ucapnya Hesti yang mengingat perjuangan mereka.
"Iya Alhamdulillah, kita juara satu. Aku tidak mimpi 'kan?" tanyanya Wina tidak percaya kalau itu mimpi sambil menepuk-nepuk pipinya.
"Ini nyata Win," ucapnya Lily tersenyum bahagia dengan menatap Wina, " Sebenarnya tidak menyangka kalau kita juara pertama, aku awalnya tidak percaya diri. Tapi nenekku dan kalian membuat aku percaya diri lagi, terima kasih ya," sambungnya Lily dengan terharu melihat sahabatnya selalu di sampingnya.
"Santai lah,Li 'kan kita sahabat," ucapnya sambil memeluk Lily dan Wina.
"Udah meweknya ... Bagaimana kalau kita pulang dulu? Soalnya aku mau istirahat. Kalau mau rayain kemenangan kita, boleh nanti malam," tawarnya Wina yang sudah kecapean butuh istirahat.
"Boleh deh nanti malam," ucapnya Hesti dengan setuju.
"Aku sih enggak tau, aku 'kan tinggal sama nenek aku, nanti dia khawatir kalau aku keluar malam," ujarnya Lily tidak di izinkan atau tidak.
"Tanya saja dulu, pasti nenek kamu bakal paham deh. Oh iya... Jangan lupa bilang kalau kamu keluar sama kita," ucapnya Wina sedikit tersenyum dan berharap Lily bisa ikut.
"Okelah, tapi tidak janji yah," kata Lily dengan pasrah.
Hesti melihat ham tangannya yang sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB,
" Kita pulang yuk sekarang!" Ajaknya Hesti kedua sahabatnya.
"Ayo, kita juga belum solat," ingatnya Lily.
Mereka pun ke parkiran mengambil mobilnya masing-masing dan menuju ke rumahnya. Lily di rumah ia tidak melihat neneknya, mungkin neneknya istirahat di dalam kamarnya. Jadi, dia langsung menuju kamarnya untuk siap siap solat. Setelah salat beberapa menit, Lily menuju ke kasurnya dan membaringkan badannya yang capek dan tertidur pulas.