Elisabet Stevani br Situmorang, tadinya, seorang mahasiswa berprestasi dan genius di kampusnya.
Namun, setelah ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi, Elisabet kecewa dan marah, demi menghibur dirinya ia setuju mengikuti ajakan temannya dan kekasihnya ke klup malam, ternyata ia melakukan kesalahan satu malam, Elisabet hamil dan kekasihnya lari dari tanggung jawab.
Karena Ayahnya malu, untuk menutupi aib keluarganya, ia membayar seorang pegawai bawahan untuk menikahi dan membawanya jauh dari ibu kota, Elisabet di kucilkan di satu desa terpencil di Sabulan di Samosir Danau toba.
Hidup bersama ibu mertua yang yang sudah tua dan ipar yang memiliki keterbelakangan mental, Elisabet sangat depresi karena keluarga dan suaminya membuangnya saat ia hamil, tetapi karena kebaikan ibu mertuanya ia bisa bertahan dan berhasil melahirkan anak yang tampan dan zenius.
Beberapa tahun kemudian, Elisabet kembali, ia mengubah indentitasnya dan penampilannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saat Suami Curhat
Pertemuan Vani dengan Jonathan dan sepupunya sepertinya akan berlanjut, karena Jonathan dan istrinya dr. Nettania membeli rumah baru di perumahan yang sama dengan Vani, hanya saja bloknya yang berbeda.
Jonathan membeli rumah di daerah tersebut karena ia memindahkan anaknya ke sekolah elite bertaraf internasional, sekolah yang sama dengan Jonas anak Vani, dr. Nettania juga pindah tugas di sana.
Bahkan si kembar Jonathan dan Adelia satu kelas dengan Jonas, setelah mengantarkan putranya ke sekolah barunya Vani datang ke ruang guru untuk bertemu wali kelas.
Dari sana ia mendengar kabar kalau hari itu juga kebetulan ada anak baru yang baru pindah, jadi guru tersebut menambah dua kursi, Vani penasaran dengan anak yang akan menjadi teman satu bangku dengan putranya, jadi ia izin satu hari itu untuk tidak masuk kerja.
Sembari menunggu Vani masuk ke toilet, tidak sengaja matanya menatap arah gerbang ada Netta dan Jonathan mengantar putra mereka.
“Astaga … ternyata bang Jo.” Vani mencari jalan lain dan meninggalkan sekolah.
“Katanya mau menunggu masuk dulu,” ujar William .
William yang menyarankan sekolah itu Jonas karena kakak William guru di sana juga.
“Tidak usah, kita pergi saja, ada sepupu gue daftar anaknya di sekolah ini juga.”
“Waduh … lo kelihatan gak?”
“Gak sih, untung gue lihat duluan. Begini ya Will seperti yang gue bilang kemarin, kalau ada apa-apa di sekolah urusan anak gue, minta tolong bangat lu yang datang gantiin sebagai orang tuanya.”
“Tenang aja, gue siap, lagian kakak gue guru di sana, makanya gue saranin ke sana,” ujar William.
“Ok makasih.”
“Lalu bagaimana, kapan lu kenalin ke anak-anak kantor kalau lu itu Bos atau Owner Jonas Karya? pusing gue jawab pertanyaan anak-anak kantor.”
“Sabar Will, lu bilang aja lu pemiliknya apa susahnya, itu baru perusahaan kecil, nanti kalau sudah besar baru gue muncul,” ujar Vani.
Pt. Jonas Karya milik Vani di jalankan William, Vani hanya bekerja di balik layar, ia lagi bekerja keras untuk menggaet partner kerja untuk perusahaannya, tujuan Vani ia ingin menumbangkan Perusahaan Lonax milik ayahnya, dan menggaet pemilik saham di Pt itu untuk bekerja untuknya.
Vani masih hidup dalam penyamaran.
“ Lalu kapan data itu akan kamu curi?”
“Besok Pak Ibas cuti libur besok, gue yang akan melakukan pekerjaannya.”
“Baiklah, kabarin kalau butuh bantuan, tetapi sekarang mau kemana, bukannya hari ini libur?”
“Tidak, gue tetap masuk, sudah kabarin Pak Ibas kalau aku datang terlambat.“
Vani terpaksa berganti kostum di mobil William, dan ia juga sengaja di turunkan di halte busway agar tidak ada yang curiga kalau ia diantar pakai mobil mewah milik William.
Saat datang terlambat Vani langsung menuju Pantry, ternyata di sana ada Bonar.
‘Lagi-lagi ke temu ni orang, hampir tiap saat bertemu’ ujar Vani menatap acuh.
“Kamu terlambat?”
“Ya Pak, saya ke sekolahan anak saya, tapi saya sudah minta izin sama Pak Ibas dan Bu Rita.”
“OH, baiklah, bisa masak saya mie instan, saya lapar dari rumah belum makan.”
‘Kenapa tidak suruh istrimu masak di rumah’ ucap Vani kesal, tetapi ia menahan diri.
“Baiklah Pak, saya akan masak, tunggu sebentar.”
“Bisa bawa ke atas, ke tempat yang kemarin duduk di sana otak saya lebih tenang.”
“Baiklah Pak,” jawab Vani.
Bonar terlihat banyak beban, beberapa minggu ini ia hanya diam, bagaimana tidak diam, ia mendapat kabar dari tetangganya di kampung kalau orang tuanya di bawa pergi sama Vani, saat di tanya dibawa pergi kemana si tetangga juga tidak tahu, saat ia menelepon nomor Vani tidak aktif, terakhir ia menelepon dua bulan kemarin. Vani sengaja mengganti nomornya agar Bonar tidak meneleponnya lagi.
“Ini Pak Mie pesanan Bapak.”
“Terimakasih … Mbak!” Panggil Bonar.
“Ya Pak.”
“Maaf saat itu saya marah-marah sama Mba.”
“Tidak apa-apa Pak sudah biasa.”
“Sebenarnya saya banyak masalah,” ujar Bonar.
Ia meminta Vani duduk menemaninya duduk makan, ia sengaja memesan dua mangkuk ternyata untuk Vani.
“Sini duduk makan, untuk kamu satu.”
“Ah, tidak usah Pak, nanti di lihat orang jadi salah paham.”
“Tidak apa-apa, tidak ada orang yang datang ke sini,” ujar Bonar, meminta Vani duduk.
‘Tumben, biasanya galak’
Tidak ingin Bonar tersinggung kalau ia menolak, ia duduk dan menemaninya makan mie berkuah tersebut.
“Hanya aku dan Pak Sudung yang sering datang ke tempat ini,” ujar Bonar.
Vani terdiam saat Bonar menyingung tentang ayahnya, karena kabar yang ia dengar kalau Bonar bekerja untuk ibu tirinya dan melakukan semua yang di lakukan nenek sihir
“Kamu tidak kenal ya ? dia pemilik perusahaan ini,” ujar Bonar menjelaskan panjang lebar pada Vani.
Ia tidak tahu wanita yang bersamanya putri pemilik perusahaan itu sekaligus istrinya.
‘Kenallah, lelaki itu yang membuang ku sepuluh tahun yang lalu di kampung mu’ ucap Vani dalam hati.
“Apa hubungan kalian baik dengan pemilik perusahaan ini?”
“Baik, bahkan beliau adalah me …-” Kalimat bonar terputus karena ada panggilan masuk.
Lalu ia berdiri menerim panggilan telepon tersebut, wajahnya tampak serius mendengarkan suara di ujung telepon, tidak lama kemudian datang berdiri di samping Vani.
“Terimakasih ya mienya, saya ada urusan,” ujar Bonar, ia tersenyum ramah pada Vani.
‘Kenapa dia tersenyum padaku … ini pertama kalinya aku melihat dia tersenyum setelah sepuluh tahun menikah’ ucap Vani dalam hati. Baru tersenyum begitu , jantung Vani sudah berdendang.
“Baik Pak Bonar,” ucap Vani ia berdiri karena kegemukan ia susah berdiri.
Bonar berbalik badan lagi.
“Mbak Salsa …!”
“Ya Pak.”
“Jangan terlalu gemuk, pekerjaan kamu itu tidak cocok untuk orang gemuk,” ujar Bonar.
Vani terdiam dengan bola mata memutar.
‘Dasar …! ini bukan Gemuk Bonar, ini, pakaian penyamaran, kamu akan jatuh cinta padaku kalau kamu tahu seperti apa aku sebenarnya’ ucap Vani merasa jengkel.
Saat Bonar Turun, ia juga turun tidak sengaja ia bertemu dengan Andre dalam satu lift, jantung Vani memompa dengan cepat, lelaki , tinggi rupawan itu adalah mantan kekasihnya, saat ini mereka berdua ada dalam satu lift.
Vani tidak berani menoleh lelaki tampan yang ada di sampingnya, Andre juga tidak menghiraukan Vani dengan seragam OB.
‘Aku ingin sekali mencekik lelaki ini sampai mati Tuhan, bolehkah?’ tanya Vani dalam hati.
Ting …
Lift terbuka, lelaki tampan itu melangkah keluar tanpa memperdulikan Vani yang mengepal tangannya karena menahan amarah.
“Jawabnya berarti tidak Vani … sabarlah, akan tiba waktunya nanti, mereka semua mendapat balasannya,” ucap Vani, ia menenangkan dirinya sendiri.
Tidak mudah memang baginya, bekerja pada orang yang sudah menyakiti dan menghancurkan hidupnya, tetapi demi tujuan besarnya ia bisa bertahan.
Bersambung …
KAKAK JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR DAN PENDAPAT KALIAN DI SETIAP BAB DAN JANGAN LUPA JUGA.
Bantu share ya Kakak.
Fb Pribadi: Betaria sona Nainggolan
FB Menulis; Nata
Ig. Sonat.ha
LIKE, VOTE DAN KASIH HADIAH
Baca juga karyaku yang lain
-Aresya(Ongoing)
-Manusia Titisan Dewa(ongoing)
-Cinta untuk Sang Pelakor (Tamat)
-Menikah dengan Brondong (Tamat)
-Menjadi tawanan bos Mafia (ongoing)
Bintang kecil untuk Faila (tamat)