🌹Lanjutan Aku Bukan Wanita Penggoda🌹
Awas baper dan ketawa sendiri! 😁
Ayesha Putri Prayoga, seorang gadis bertubuh gemuk itu menyaksikan langsung kekasih yang sangat ia cintai tengah bercinta dengan sahabatnya sendiri.
Sakit hati Ayesha membuatnya menepi hingga bertemu dengan Kevin Putra Adhitama, pria dingin kaku dan bermulut pedas.
Dan, takdir membawa mereka menjadi sepasang suami istri karena dijodohkan.
Sikap Kevin yang menyebalkan selama pernikahan membuat banyak perubahan dalam diri Ayesha termasuk tubuh gemuknya, hingga semakin hari Kevin pun semakin terpesona dengan kepribadian sang istri.
Namun di saat benih cinta itu muncul, Ayesha kembali dekat dengan mantan kekasihnya yang muncul sebagai partner kerjanya di kantor.
"Ayesha, aku masih mencintaimu dan ingin memilikimu kembali," gumam Tian, mantan kekasih Ayesha dulu yang membuatnya sakit hati.
Mampukah Kevin mempertahankan pernikahannya? Siapa cinta yang Ayesha pilih? Suami atau cinta pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa kesal itu mendadak hilang
Usai makan siang bersama di kantin, Ayesha, Nindi, dan Danu berjalan menuju ruangannya masing-masing. Ruangan Danu berada di lantai empat sementara Ayesha dan Nindi di lantai enam.
“Ayo masuk, Ay!” Danu menahan pintu lift agar Ayesha masuk lebih dulu.
Aura kesukaan Danu pada Ayesha tampak jelas terlihat dan Nindi pun merasakannya.
“Terus, Pak. Kalau Pak Kevin sudah menikah berarti sebentar lagi akan ada peralihan kekuasaan?” tanya Nindi pada Danu yang memang mengetahui seluk beluk perusahaan ini.
“Betul sekali.” Danu mengangguk.
Ayesha tak bersuara hanya menjadi pendengar ketika Nindi dan Danu membicarakan tentang Kevin.
“Pasti ada acara dong, Pak. Setelah Pak Kevin Jadi CEO?” tanya Nindi yang berharap perusahaannya mengadakan pesta setelah Kevin resmi dinobatkan sebagai pengganti ayahnya.
“Tentu saja. Ini, kami lagi siapin acaranya. Dua minggu lagi rapat besar untuk peresmian peralihan dari Pak Kenan ke Pak Kevin di hadiri para investor besar. Lalu, satu minggu kemudian, perayaan.”
Berita ini memang sudah tersebar ke seluruh divisi. Hampir seluruh karyawan Adhitama sudah mengetahui tentang anak bos besarnya yang telah menikah dua minggu lalu. Namun, pernikahan itu diadakan tertutup, sehingga karyawan hanya tahu Kevin sudah menikah.Dengan siapa? Mereka pun tidak mengetahui. Yang pasti, mereka turut bersuka cita menyambut CEO baru, karena kabar keinginan Kenan untuk mengalihkan jabatannya pada sang putra dan ingin mencalonkan diri sebagai pengabdi negara, sudah santer terdengar dari beberapa tahun lalu. namun, semua terganjal karena sang putra mahkota tak kunjung menikah. Dan, kini tibalah saat yang dinanti itu.
“Pesta dong, Pak?” tanya Nindi lagi.
“Iya dong, CEO baru, pasti perusahaan ngadain pesta.”
“Dimana?”
“Rencananya sih di hotel JX.”
“Yeay, lumayan refreshing gratis,” sorak Nindi senang.
Di dalam lift itu hanya ada Ayesha, Nindi, dan Danu. Namun sedari tadi hanya Nindi dan Danu yang berbincang. Ayesha hanya jadi pendengar. Sebenarnya ia juga tahu rencana ini dari bapak mertuanya langsung saat kebetulan sang mertua sedang berbincang dengan suaminya di kediaman mertuanya itu.
“Ay, kamu diem aja.” Nindi menyenggol lengan Ayesha. “kamu tahu pak Kevin kan?”
“Ayesha sudah bertemu Pak Kevin kok waktu wawancara terakhir,” sahut Danu.
Ayesha mengangguk. “Cuma satu kali.”
“Ya, walau pun orangnya galak dan dingin tapi saya suka dengan kepemimpinannya beliau,” ucap Danu dan diangguki oleh Nindi.
Memang semua karyawan mengakui bahwa Kevin tidak hanya mementingkan keuntungan untuk perusahaan saja, tetapi ia juga mementingkan kesejahteraan karyawannya.
“Menurut kamu gimana, Ay?” tanya Nindi.
“Apanya?” Ayesha balik bertanya.
“Ya, Pak Kevin lah. Ish, dari tadi kamu ga nyambung deh.”
Danu pun tertawa gemas melihat ekspresi Ayesha.
Tring
Lift berhenti tepat di lantai empat.
“Ya udah, saya duluan ya.” Kata Danu.
“Iya, Pak. Makasih infonya,” sahut Nindi.
Divisi IT memang divisi yang paling terlambat mendapatkan informasi tentang perusahaan, karena letak mereka yang berada dekat dengan ruangan petinggi. Disana juga diisi oleh kaum pria yang cuek dan jarang bergosip. Dari sekian karyawan di divisi ini, hanya ada dua wanita yaitu Nindi dan Ayesha.
Danu melangkahkan kakinya keluar. Namun tak berapa lama, ia membalikkan tubuhnya dan menahan pintu lift. “Ay, Nanti pulang sama siapa?”
“Ayesha jomblo, Pak,” teriak Nindi.
Ayesha langsung membulatkan matanya ke arah Nindi.
“Kalau begitu nanti pulang bareng saya, ya,” kata Danu lagi.
Ayesha bingung ingin menjawab apa. Ia hanya diam. Tetapi justru Nindi yang mengambil alih suara Ayesha. “Iya, Pak.”
Kemudian, Danu melepas pintu lift itu hingga tertutup. Ayesha langsung mencubit lengan Nindi.
“Aww ... sakit, Ay.”
“Lagian apa-apaan sih, kamu tuh.”
“Biarin aja sih, Ay. Lagian kamu juga jomblo kan?”
“Kamu juga jomblo, kenapa coba nyomblanginnya ke aku,” kesal Ayesha pada teman dekatnya ini.
“Kalo sama aku kan udah jelas Pak Danu ga mau. Mau nya sama kamu. Kalau dia mau sama aku, ya pasti udah aku ladeni, Ay.”
“Kata siapa juga dia mau sama aku.”
“Ya, tadi udah keliatan banget.”
“Nindi. Stop jodoh-jodohin orang. Aku ga suka.” Ayesha melipat kedua tangannya di dada sembari menunggu lift terbuka.
“Oke ... Oke ...” Nindi pun tertawa.
Ayesha dan Nindi sampai di ruangannya. Nindi menjatuhkan tubuhnya di kursi miliknya. Lalu, Ayesha melakukan hal yang sama.
“Ay,” panggil Nindi.
“Hmm ...” jawab Ayesha sambil membuka kembali pekerjaannya.
“Kira-kira yang jadi istri Pak Kevin itu siapa ya?”
Sontak, Ayesha pun menoleh ke arah Nindi. Nindi juga tengah menatap ke arah Ayesha dengan duduk santai.
“Mana aku tahu.” Ayesha menaikkan bahunya.
“Ngga, aku lagi bayangin aja. Itu istrinya bisa kurus kering kali ya, punya suami kaya Pak Kevin.” Nindi membayangkan dan mengerdikkan bahunya sendiri. “Ih ngeri.”
Ayesha mengernyitkan dahi sambil menatap Nindi. Sepertinya apa yang dikatakan Nindi benar. Buktinya, baru dua minggu menjadi istri Kevin, ia sudah merasakan bobot tubuhnya menurun.
Ayesha menarik nafasnya kasar dan kembali menyemangati dirinya sendiri.
Di ruangan lain, Kevin terdiam sejenak dari aktivitasnya. Pandangan mengarah ke jendela. Ia memmikirkan sesuatu sedari tadi. Ya, kata-kata Sean tadi. Lalu, ia pun mengingta kejadian di kantin. Ia dapat merasakan bahwa Danu tengah mengincar istrinya. Lalu, Kevin mengangkat gagang pesawat telepon.
“Kay, sambungkan gue ke HRD.”
Kayla menyambungkan line pesawat telepon Kevin ke ruangan Danu.
“Iya, Pak,” jawab Danu.
“Bisa ke ruangan saya sebentar?” tanya Kevin.
“Tentu saja, Pak,” jawab Danu. “Sekarang?” tanyanya lagi.
“Ya, sekarang. Saya tunggu.”
Kevin mengakhiri sambungan telepon dan kembali meletakkan benda itu pada tempatnya. Baru saja ia hendak menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi empuk itu. tiba-tiba ponselnya pun berbunyi.
Dret ... Dret ... Dret ...
Kevin mengambil ponselnya dan melihat nama sang ibu tertera di sana.
“Ya, Ma.”
“Nanti malam, kamu jadikan makan malam di sini?” tanya Hanin.
“Iya, Ma. Jadi.”
“Oh, Syukurlah. Karena Mama akan masak lebih banyak.”
“Iya, Ma,” jawab Kevin lembut.
“Tapi kamu juga sekalian menginap kan?” tanya Hanin lagi.
“Iya, Mama sayang.”
Hanin tersenyum di sana. “Terima kasih, Sayang.”
“Iya, Ma.”
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumusalam.”
Kevin menekan tombol merah untuk mengakhiri percakapan itu. lalu, ia mengirim pesan pada Ayesha.
“Jam empat, aku tunggu di basement. Mama minta kita makan malam di rumah.”
Pesan itu pun langsung terkirim pada istrinya. Ayesha yang cukup sibuk, tidak langsung membaca pesan itu.
Tok ... Tok ... Tok ...
Danu mengetuk ruangan Kevin.
“Masuk.”
Pria berusia tiga puluhan itu pun masuk dan sedikit membungkukkan tubuhnya di depan Kevin.
“Duduk, Pak.”
Danu duduk di depan Kevin.
“Maaf sebelumnya, saya jadi harus menegur Pak Danu. Karena sepertinya Bapak mengincar salah satu karyawan saya.”
Danu tampak mulai menegang.
“Bapak tahu bahwa di sini tidak ada yang namanya cinta lokasi. Antara karyawan satu dengan karyawan lainnya tidak boleh terlibat asmara. Kalau pun ada, terpaksa harus memilih si laki-lakinya yang mundur atau wanitanya yang mundur. Bukan begitu?” tanya Kevin.
Danu pun mengangguk sambil menunduk. “Maaf, Pak.”
“Yang tadi bapak lihat di kantin. Itu hanya kebetulan saja, Pak. Saya tidak sedang mendekati Ayesha, karena saya juga sudah memiliki tunangan,” jawab Danu.
“Oh begitu.” Kevin mengangguk-anggukan kepalanya.
Ia menatap Danu dengan intens. Wajah pria itu memang tidak jelek. Selama ini yang Kevin tahu, sikapnya cukup pendiam dan koperatif, tapi ia pun tak menyangka diluar itu Danus eorang pria playboy.
“Baiklah, kalau begitu. Silahkan anda lanjutkan pekerjaan anda.”
Danu mengangguk dan pamit pergi. Ia kembali ke ruangannya dengan hati dag dig dug. Daripada harus kehilangan pekerjaan, ia lebih baik kehilangan cinta. Lagi pula, mendekati Ayesha hanya keisengannya saja.
Di ruangan itu, Kevin tersenyum. Dengan mudah ia menyingkirkan orang yang hendak mendekati istrinya. Tapi untuk siapa ia melakukan ini? bukannya ia tidak peduli. Entahlah, ia masih tidak menyadari apa yang terjadi, tapi satu yang pasti bahwa rasa khawatir dan kesalnya tadi mendadak hilang.
itu sih namanya bukan cinta tapi nafsu, cinta itu melindungi bukan merusak.