NovelToon NovelToon
Black World

Black World

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror
Popularitas:315
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mama Tolong Aku

Bacin terbangun di tengah kehampaan, napasnya berat dan tubuhnya terasa sangat lemah. Bekas luka besar yang mengoyak tubuhnya masih mengeluarkan darah, namun dengan kemampuan immortality yang dimilikinya, tubuhnya mulai pulih, meskipun rasa sakit yang menjalar terasa tak tertahankan. Bacin menatap luka yang ada di tubuhnya, perasaan terkejut dan bingung bercampur aduk—makhluk-makhluk itu telah meninggalkannya, namun rasa sakitnya masih mencekam.

Dengan tubuh yang masih gemetar, Bacin berhasil berdiri, meski langkahnya sangat pelan dan terhuyung. Ia mengingat tujuannya, dan meskipun kesakitan, tekadnya untuk melanjutkan pencarian ibunya tak tergoyahkan. Ia melangkah ke selatan, walaupun langkahnya terasa sangat berat.

Di kejauhan, bayangan-bayangan gelap itu muncul kembali—pocong-pocong dengan wujud yang mengerikan, terbungkus kain kafan yang basah darah, matanya menganga lebar, memancarkan kehampaan. Bacin menahan napasnya, bersembunyi di balik reruntuhan bangunan yang tampak sangat tua dan rusak. Pocong-pocong itu belum menyadarinya. Namun Bacin tahu, mereka bisa merasakannya.

Dengan hati-hati, Bacin melangkah menuju sebuah bangunan yang lebih besar dan menyeramkan. Bangunan itu tampak seperti sebuah tempat terlupakan yang tak pernah terjamah waktu, namun juga seakan menyimpan kengerian yang tak terkatakan. Dindingnya hitam dan berlumut, serta ada aura buruk yang menyelimuti seluruh tempat itu, membuatnya merasa ada sesuatu yang mengintai di dalamnya. Setiap langkahnya menggema di lorong-lorong yang gelap.

Pintu masuk bangunan itu terbuka dengan suara berderit yang menyakitkan telinga. Bacin melangkah masuk, dan di dalamnya terasa semakin menyesakkan. Suara angin berdesir mengisi ruang kosong yang luas. Beberapa ruangan gelap dan tampak sepi, namun Bacin bisa merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di kedalaman bangunan itu—entitas yang lebih gelap dan lebih kuat dari pocong-pocong yang sebelumnya ia hadapi.

Ketika Bacin beranjak lebih dalam, tiba-tiba ia merasakan perubahan yang sangat tajam di udara. Sebuah bayangan besar muncul dari kegelapan, dan dalam sekejap, suara langkah kaki berat menggema, diikuti oleh bau amis darah yang menyengat. Bacin berbalik dengan cepat, dan di hadapannya berdiri sosok yang lebih menakutkan dari apapun yang pernah ia lihat sebelumnya—sebuah makhluk dengan tubuh manusia, namun wajahnya adalah campuran antara tengkorak dan sesuatu yang sangat mengerikan, dengan mata merah menyala yang menatap tajam ke arahnya.

Makhluk itu tidak bergerak, namun aura yang memancar darinya membuat suasana semakin tegang, seolah siap untuk memakan jiwanya. Bacin tahu, dia tak akan bisa keluar hidup-hidup jika tidak melawan.

Namun, seiring makhluk itu melangkah maju, sebuah suara terdengar di dalam pikirannya, sangat keras dan menakutkan, seakan mengguncang seluruh eksistensinya.

"Akulah kegelapan yang akan menghancurkanmu... kamu tidak akan pernah pergi dariku."

Bacin merasa tubuhnya kembali lemas. Rasa sakit yang tak terbayangkan menghantam dirinya, namun ada sedikit kekuatan yang terbangun dari dalam dirinya. Dengan susah payah, ia mencoba untuk menahan serangan mental itu, namun makhluk tersebut semakin mendekat, dan Bacin tahu bahwa dia harus bertarung sekali lagi.

Tubuh Bacin terbaring hancur, terpotong-potong menjadi ratusan bagian yang tak bisa dibayangkan. Setiap serpihan tubuhnya yang menghilang dan mengubah kembali menjadi potongan yang terhubung kembali memberi sensasi rasa sakit yang luar biasa. Rasa sakit yang melanda hampir membuatnya kehilangan kendali atas tubuhnya, seolah-olah ia terperangkap dalam penderitaan abadi. Hati Bacin berdegup dengan ketakutan, jiwanya terhimpit oleh rasa sakit yang seakan tak berujung.

Namun, kekuatan abadi dalam dirinya mulai bekerja kembali, dan potongan tubuhnya perlahan-lahan menyatu kembali. Tangannya yang terpotong kembali tumbuh, dan seluruh tubuhnya mulai menyatu, meskipun setiap detik terasa seperti siksaan yang lebih buruk daripada mati. Bacin bisa merasakan otot-ototnya tersambung kembali, tulang-tulangnya pulih, namun rasa sakit yang mendera tak bisa dihindari.

Rasa sakitnya membuatnya terengah-engah, matanya hampir kosong karena putus asa. Ia memandang tubuhnya yang kembali utuh, namun rasanya tidak ada yang bisa menyembuhkan luka batinnya. Apa yang terjadi padanya bukan sekadar kematian—itu adalah siksa yang tak terbayangkan, sebuah penderitaan yang semakin membuatnya merasa hancur. Keputusasaannya merayapi setiap sudut pikirannya, merusak setiap lapisan mental yang pernah ia bangun.

Ia mencoba berdiri, namun tubuhnya terasa begitu berat. Langkahnya terpincang-pincang, tubuhnya masih gemetar dan belum sepenuhnya pulih dari siksaan yang baru saja ia alami. Rasa sakit itu terus membebani jiwanya, bahkan saat ia mencoba berjalan, ia merasa seperti berjalan di atas bara api yang tak pernah padam.

Kepalanya mulai terasa berat, setiap langkah yang ia ambil seperti membawanya lebih dalam ke dalam keputusasaannya. Mentalnya mulai goyah, bayangan kegelapan menghampirinya. Keputusasaannya mulai menguasai dirinya—hati Bacin mulai terjerumus ke dalam ruang hampa yang tak ada harapan. Semua yang ia jalani seakan sia-sia. Tujuan yang dulu ia yakini dengan jelas kini terasa kabur, seperti mimpi yang tak lagi bisa ia capai.

"Apa yang terjadi padaku...?" suara itu bergema dalam pikirannya, penuh ketakutan dan kebingungannya sendiri. Bacin merasa dirinya kehilangan pegangan. Ia bukan lagi pria yang memiliki tujuan jelas. Ia hanya seorang pria yang terperangkap dalam siklus penderitaan tanpa akhir.

Mata Bacin menatap kosong ke depan, berharap bisa melihat secercah harapan. Namun, hanya bayangan gelap yang semakin mendekat.

Bacin yang sudah pulih dari siksaan sebelumnya, mencoba berjalan dengan langkah yang terhuyung-huyung. Namun, kegelapan tak pernah jauh darinya. Seiring langkahnya semakin dalam, sebuah gelombang rasa sakit yang lebih dahsyat muncul dari dalam dirinya, mengalir melalui urat-urat darahnya. Tubuhnya kembali terasa seperti terpecah-pecah, hanya dengan sekejap, seluruh tubuhnya terasa seperti diremukkan oleh kekuatan yang tak tampak.

Tiba-tiba, tubuhnya terjatuh ke tanah, seolah gravitasi berubah dan menahan setiap gerakan tubuhnya. Hanya ada rasa sakit yang mencekam, menelusup ke dalam setiap tulang dan dagingnya. Bacin merintih, namun suaranya teredam oleh rasa sakit yang begitu mencekik tenggorokannya.

Sekali lagi, tubuhnya terpecah. Potongan demi potongan tubuhnya yang terpisah kini tergeletak, seolah tak berdaya di bawah beban dunia yang kejam. Namun ini bukanlah akhir, bukanlah kematian yang biasa. Potongan tubuhnya mulai terkumpul kembali, namun dengan cara yang jauh lebih mengerikan. Dagingnya tumbuh kembali dengan cara yang salah—seperti proses yang sangat kasar, seolah ia sedang dibangun ulang dari sisa-sisa kehancuran. Otot-ototnya menyatu dengan cara yang memaksa, tulang-tulangnya bercampur dalam tumpukan darah, dan segala sesuatu terasa seperti dipaksakan.

Bacin ingin berteriak, tetapi suaranya seakan tersangkut di tenggorokannya, tercabut oleh rasa sakit yang tiada henti. Ia ingin berdiri, tapi tubuhnya tidak mau bergerak, terasa kaku dan penuh luka. Setiap inci tubuhnya berdenyut-denyut dalam rasa nyeri yang menembus tulang-tulangnya.

Namun, rasa sakit itu belum cukup. Bacin mulai merasa ada sesuatu yang lebih buruk datang. Seluruh tubuhnya seperti ditarik, seperti ada tangan gelap yang menjalari tubuhnya, menekan dan meremas setiap bagian tubuhnya dengan kekuatan yang jauh melampaui kemampuan fisiknya. Ia merasakan udara sekitar seolah menghisap semua energi dan harapan yang tersisa dari dirinya.

Kemudian, seperti halnya siklus yang tak pernah berakhir, tubuh Bacin kembali terbelah. Tubuhnya seakan terpotong-potong lebih dalam, lebih kejam, lebih menyesakkan. Kali ini, potongan-potongan tubuhnya lebih banyak, dan setiap bagian yang hilang semakin lama semakin menghilang begitu saja, hanya untuk muncul kembali dengan cara yang lebih menyakitkan.

Rasa sakit yang mengalir dalam dirinya lebih dari sekedar fisik—ia merasa seakan-akan ada sesuatu yang lebih besar, lebih gelap, yang mengendalikannya. Kesadaran Bacin meredup, hanya tinggal bagian-bagian dirinya yang bertahan dari siksaannya. Ia merasa hilang, terjebak dalam lingkaran tanpa akhir, tubuh dan jiwanya dicabik-cabik oleh tangan yang tak terlihat, dan rasa sakit itu hanya semakin menggila.

Di dalam keputusasaannya yang mendalam, Bacin hanya bisa berharap bahwa penderitaan ini akan segera berakhir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!