Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. Mati Rasa
Penyesalan yang buruk adalah disaat kau sudah tidak bisa mendapat maaf nya sedangkan engkau sudah benar-benar menyesal.
•
"Dikta! Tunggu!"
Dikta dan Aurel menghentikan langkah mereka saat suara Robby memanggil nama Dikta.
Dikta dan Aurel saling melemplar pandangan kemudian membalikkan badannya mereka melihat Robby yang berlari ke arah mereka.
"Bang Robby? Ada apa?" tanya Dikta yang membuat Robby mengatur napasnya sejenak.
Robby menatap Dikta sejenak dan hendak mengambil tangan Dikta untuk dia genggam sebelum Dikta menarik tangan nya yang membuat Dikta terdiam.
"M-maafin aku Ta, aku benar-benar minta maaf, aku benar-benar dibutakan oleh Glenca," ujar Robby menyorot penuh penyesalan kepada Dikta.
Dikta memandang Robby memandang wajah pria yang kini memandangnya lesu dan penuh permohonan maaf.
"Aku udah maafin Bang Robby, kok, jauh sebelum Bang Robby minta maaf," jawab Dikta yang membuat Robby menghela napas panjang.
"Aku menyesal Dikta, benar-benar menyesal, aku harap kita bisa kembali dan memulai semuanya dari awal, aku janji, aku bakal berubah lebih baik," pinta Robby yang membuat Dikta segera mengangkat tangannya kepada Robby.
"Aku emang udah maafin Abang, tapi untuk kembali, aku rasa itu bukan pilihan yang tepat, aku sudah terlanjur hancur dengan semua ini," jawab Dikta tegas.
Robby memandang Dikta dengan tatapan mata sendu dan penuh harapan, sedangkan Dikta hanya membuang muka menahan tangisnya.
"Abang mohon, demi anak kita," Robby memelas dan bersimpuh di tanah berharap Dikta ingin memberikannya kesempatan. "Berikan Abang kesempatan dek, sekali lagi."
Dikta menahan air matanya yang akan jatuh, didalam hatinya dia mencintai Robby tapi luka yang terlanjur tergores sangat membuat Dikta kecewa.
"Maaf Bang, aku gak bisa, aku udah mau membuka lembaran baru dalam hidupku dan itu tanpa Bang Robby, hatiku sudah terlanjur hancur, Bang," jelas Dikta kembali berjalan dan membelakangi Robby.
Aurel yang melihat itu hanya diam menyaksikan kejadian tersebut, sedangkan Dikta mencoba tersenyum disaat air matanya ingin merembes keluar, tapi Dikta tahan karena tidak ingin terlihat lemah dengan keputusannya.
"Lima tahun aku memberikan Abang kesempatan, kemana saja Abang? Lima tahun aku berusaha tersenyum disaat aku sadar bahwa buku nikah ku sudah ternoda, aku diam saja, mungkin perpisahan adalah jalan yang terbaik, dan semoga Abang bisa menemukan pengganti yang lebih baik," Dikta berjalan ke arah Robby.
Kini mata mereka saling bertemu pandang, Dikta melirik jemarinya yang masih memakai cincin pernikahan mereka, Dikta melepas cincin tersebut kemudian mengambil tangan Robby.
"Maafkan aku Bang, aku udah mati rasa tentang pernikahan kita, aku sudah terbiasa tersakiti bahkan air mataku sudah terbiasa terjatuh dan Abang pasti tahu apa alasannya terjatuh," Dikta menjejalkan cincin itu ke telapak tangan Robby.
Ia mengusap sudut matanya yang berhasil lolos sebening tetes tangis, selanjutnya Dikta mengode Aurel untuk pergi dari sana.
Robby terdiam, dia tidak bisa berkata-kata lagi, dia sudah tidak punya kesempatan, sebelum Dikta pergi ia sempat membalikkan badannya menatap Robby sejenak.
"Bang? Besok adalah sidang perceraian kita, aku harap Abang tidak terlambat, Assalamualaikum," ujar Dikta berjalan bersama Aurel meninggalkan Robby disana.
Kini Robby hanya bisa menatap penuh penyesalan, dia sudah menyia-nyiakan harta berharga dalam hidupnya dan kali ini perkataan Adam benar terjadi padanya.
Kesepian ada bukan karena kita merasa sendiri tapi bisa jadi karena kita sudah tidak diinginkan.
•
•
•
TBC
sehat dan semangat terus ya
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻