NovelToon NovelToon
Mr. Boros Vs Miss Perhitungan

Mr. Boros Vs Miss Perhitungan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author: Ariny NH

Cinta itu bukan seperti matematika yang hasilnya pasti sama persis dengan apa yang kita perhitungkan. Terkadang Allah menjodohkan seseorang dengan orang yang berbanding terbalik dengan seseorang itu. Tujuannya biar saling melengkapi.

Seperti yang dialami Andhini Maharani atau biasa disapa Rani. Tipe Idamannya: nggak boros, makai kacamata tipis, smart, bersih dari jerawat, berpakaian rapi, setia, sabar, bijaksana dan paling penting sayang sama adiknya. Ia justru jatuh cinta sama Raditya Saunders. Cowok yang super duper boros, hobinya traveling dan menghamburkan-hamburkan uang papanya. Untuk menyatukan dua hati yang saling mencintai ke ikatan suci pernikahan tentu bukan hal yang mudah. Rani dan Radith dihadapkan pada ujian yang dahsyat. Ujiannya adalah Andhina Rosalia, yang berstatus sebagai adik kandung Rani justru mencintai Radith juga.

Rani berada di sebuah persimpangan, ia bingung memilih jalan yang mana. Jalan antara merelakan Radith untuk Andhina atau mempertahankan Radith?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariny NH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Demi Andhina

Hari sudah semakin sore sebentar lagi tugas matahari akan digantikan oleh bulan. Setelah dari rumah klien untuk menghibur anaknya yang ulang tahun Radith tidak langsung pulang ke kosannya tapi ia mampir dulu ke rumah Adelia.

Ada sesuatu yang ingin dibicarakannya dengan Adelia tentang menyembuhkan Andhina selain dengan cara membuatnya tertawa lagi. Ia tahu Adelia lulusan psikologis, jadi Radith yakin Adelia pasti mengetahui cara itu.

Ketika Radith hendak bel rumah Adelia, Adelia sudah terlebih dahulu membuka pintu. “Loh, Radith tumben banget kamu datang ke rumah gue. Ada apa?” Tanya Adelia heran.

“Ada sesuatu yang ingin gue bicarakan  sama lo. tentang menyembuhkan Andhina.”

“Oh, ya sudah. Kita masuk dulu yuk!”

Radith masuk ke rumah Adelia, lalu dirinya dipersilakan duduk di sofa ruang tamu. “Nah, katakanlah apa yang ingin lo bicarain sama gue?”

“Gue cuma pengen nanya tentang cara menyembuhkan Andhina selain membuatnya tertawa lagi. Lo kan lulusan psikologis, lo pasti tau dong?”

“Tumben banget. Bukannya lo berantem mulu sama Rani kok sekarang lo pengen nyembuhin adiknya Rani?”

“Hmmm … sebenarnya…” Ucapan Radith menggantung, sebab ia ragu ingin mengatakan yang sejujurnya atau tidak pada Adelia.

“Udah, katain aja yang sejujurnya. Nggak usah malu gitu.”

“Sebenarnya gue itu sudah jatuh cinta sama Rani. Kemarin gue habis nembak dia, Rani juga mencintai gue tapi dia nggak mau pacaran sebelum Andhina sembuh.” Akhirnya Radith mengakui hal yang sebenarnya pada Adelia.

“Hah? Serius?” pekik Adelia, seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan Radith. Lalu tiba-tiba saja Adelia melonjak kegirangan, seperti orang abis menang kupon undian senilai satu milyar rupiah. 

“Yes, berarti misiku berhasil.” Adelia keceplosan. Ucapan Adelia itu membuat Radith mengernyitkan dahinya.

“Misi? Misi apaan emangnya?”

Pertanyaan Radith membuat Adelia salah tingkah sendiri. “E… Anu… Nggak misi apa-apa kok. Anggap aja gue salah ngomong.”

Radith tahu Adelia sedang berbohong, tapi ia tak ingin memaksa Adelia untuk berkata jujur padanya. “Gimana pertanyaan gue tadi belum lo jawab? Adakan cara menyembuhkan Andhina selain bikin dia tertawa lagi?”

“Tunggu bentar!”

Adelia beranjak dari tempat duduk lalu ia melangkahkan kakinya untuk memasuki sebuah ruangan. Sembari menunggu Adelia kembali Radith memanfaatkan waktu sambil smsan dengan Rani.

*Malam sayang. Kamu lagi ngapain? Kamu sudah makan belum*?

*Sent to Sayangku Rani*

Baru saja sms terkirim, eh Adelia sudah kembali lagi ke ruang tamu ini. Ia kembali tidak dengan tangan kosong, ia membawa kertas seperti kliping makalah. Adelia memberikan kertas itu pada Radith. 

“Caranya ada di kliping makalah ini. Coba lo baca halaman 5.”

Radith membuka lembaran demi lembaran kliping makalah hingga akhirnya lembaran yang dibukanya sampai di halaman 5. Radith mulai membaca tulisan yang ada di halaman 5.

Gejala trauma dibagi menjadi empat kategori. Seseorang yang mendapat pengalaman traumatis akan memperlihatkan beberapa gejala dan kombinasinya. Gejala-gejala yaitu:

Memutar kembali peristiwa traumatis seperti. Seseorang yang mengalami trauma sering merasa peristiwanya terulang kembali. Hal ini biasanya disebut flashback, atau menghidupkan kembali peristiwa. Orang ini mungkin mempunyai gambaran mental di kepalanya tentang trauma, mengalami mimpi buruk, atau bahkan mungkin mengalami halusinasi tentang trauma. Gejala ini sering menyebabkan seseorang kehilangan ”saat sekarang” dan bereaksi seolah-olah mereka mengalaminya seperti awal trauma terjadi. Contoh, beberapa tahun kemudian seorang anak akibat penganiayaan mungkin akan bersembunyi gemetaran di closet bila merasa ketakutan, meskipun ketakutan itu tidak berhubungan dengan penganiayaan.

Penghindaran. Seseorang yang mengalami trauma berusaha untuk menghindari segala sesuatu yang mengingatkan mereka kembali pada kejadian traumatis. Mereka mungkin akan menghindari orang-orang, tempat, benda-benda yang mengingatkan, termasuk juga bersikap dingin untuk menghindari rasa sakit, perasaan yang berlebihan. Membekukan pikiran dan perasaan akibat trauma disebut juga ”disasociation” dan merupakan karakteristik trauma.

 Pelampiasan. Seseorang yang menderita trauma kadang mengkonsumsi obat-obatan penenang atau alkohol atau rokok untuk menghindari ingatan-ingatan dan perasaan yang berhubungan dengan trauma. Dengan mengkonsumsi obat-obatan penenang atau alkohol atau rokok memang mereka dapat merasa tenang, tetapi hal itu sifatnya hanya sementara.

Pemicu. Gejala-gejala pemicu psikologis dan fisiologis sangat berbeda-beda pada orang-orang dengan trauma. Mereka mungkin sangat cemas, mudah gelisah, mudah tersinggung atau marah, dan mungkin mengalami sulit tidur seperti insomnia, atau mimpi buruk. Mereka akan terlihat terus menerus waspada dan mengalami kesulitan konsentrasi. Sering orang dengan trauma akan mengalami panic attack yang dibarengi dengan nafas yang pendek dan sakit di bagian dada.

 Perasaan bersalah. Sering seseorang merasa bersalah tentang apa yang telah terjadi dan mereka salah meyakini bahwa mereka pantas untuk disalahkan atau pantas mendapatkan hukuman.

Setiap orang dapat mengembangkan trauma, tidak peduli dia laki, perempuan, anak-anak, tua dan muda. Korban trauma yang berhubungan dengan serangan fisik dan seksual menghadapi resiko yang besar berkembang menjadi trauma. Wanita dua kali lebih besar mengembangkan trauma dari pada laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena fakta bahwa wanita lebih emosional dibanding pria. 

“Nah, menyembuhkan Andhina selain membuatnya tertawa lagi dengan cara yang tertulis nomor satu.”

“Dengan cara Memutar kembali peristiwa traumatis?”

“Yups, bener banget. Dan hanya lo yang bisa melakukan cara itu.”

“Apa yang harus gue lakuin?”

 “Lo bawa Andhina ke tempat di mana Andhina hampir diperkosa, di waktu yang sama dan penampilan lo harus sama persis dengan penampilan pacarnya Andhina.”

“*Whats*? Tapi kan gue nggak tau wujud pacarnya Andhina itu.”

Adelia mengeluarkan HP-nya. Jari-jarinya menari lincah mengotak-atik HP itu. “Ini foto pacarnya Andhina.” Adelia menunjukkan foto cowok ke depan mata Radith.

Mata Radith membulat melihat foto itu. Pasalnya penampilan Radith berbeda 180 derajat dengan penampilan pacarnya Andhina itu. Radith mengacak rambutnya frustasi. “*Ya, Tuhan apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku berpenampilan seperti itu, penampilan yang sama sekali tidak kusuka*?” batin Radith.

Tiba-tiba ia teringat Rani. Radith sangat mencintai gadis itu. Ia ingin segera meresmikan hubungan dengan Rani. “Oke, gue mau. Kapan kira-kira gue lakuin hal itu?”

“Besok malam.”

\*\*\*

Teng … Tong

Rani mendengar bel rumahnya berbunyi. Ia yang asyik menyiapkan makan malam terpaksa harus menghentikan aktivitasnya untuk membukakan pintu. “Iya, tunggu sebentar!”

Betapa terkejutnya Rani saat pintu terbuka. Ia terkejut bukan karena orang yang di depan matanya ini penjahat atau hantu tapi Radith dengan penampilan barunya. Jika biasanya Radith penampilannya mengenakan kaos oblong, celana robek-robek bagian siku, rambut model harajuku penampilan Radith yang sekarang mengenakan kemeja kotak-kotak lengan panjang, celana panjang, rambut model mowhak, dan mengenakan kacamata tipis.

“Kamu Radith bukan sih?” Tanya Rani memastikan orang yang ada di depannya ini beneran Radith.

“Iya, benar. Kenapa? Terpesona ya liat penampilan baruku?”

Sejak peristiwa penembakan itu gaya bahasa Rani dan Radith tidak lagi memakai ‘lo-gue’ tapi memakai ‘aku-kamu’. Rani mengangguk pasti. Melihat penampilan Radith yang baru, hatinya senang sekali. Soalnya Radith berpenampilan seperti tipe cowok yang diidamkannya selama ini. 

“Eh, kamu tumben ke rumahku malam-malam? Ada apa?” Tanya Rani heran.

“Gini, gue mau ngajak Andhina keluar sebentar. Siapa tau aja begitu Andhina pulang dia sembuh? Gimana? Boleh?”

Rani dilema di antara dua pilihan: mengizinkan Radith membawa Andhina atau tidak. Rani ingat Andhina trauma seperti itu gara-gara dibawa pergi sama cowoknya malam-malam. Ia takut hal itu terulang lagi pada Andhina.

“Kalau lo takut Andhina gue apa-apain lo boleh ikut.”

“Masalahnya jam delapan nanti gue ngajar les private di rumah Cindy. Aduh, gimana ya?”

Sejak Andhina depresi, Rani menerima tawaran jadi guru les private matematika Cindy, murid SD yang nilai matematikanya selalu nol. Jadwal ia mengajar Cindy itu malam, sekitar jam 8-9 malam.

“Lo tenang aja, Ran. Gue ikut sama Radith kok. Gue jamin Radith nggak bakal berani ngapa-ngapain Andhina.” Adelia tiba-tiba muncul di sebelah Radith.

Lega hati Rani Adelia ikut serta. “Hmmm … ya udah deh gue izinin kalian bawa Andhina. Tapi pulangnya jangan sampe tengah malam ya!”

“Oke, bos!”

\*\*\*

Sekitar pukul 21.30 WIB, Rani sudah kembali lagi ke rumahnya. Adelia, Andhina dan Radith dah pulang belum ya? batin Rani bertanya-tanya.

“Del, Andhina!” teriak Rani memastikan mereka sudah pulang atau belum. Namun tak ada sahutan dari dalam rumah. Itu artinya mereka belum pulang. Untung Rani bawa kunci cadangan, jadi ia tetap bisa masuk rumah walaupun mereka belum pulang.

Drrt … Drttt

HP yang ada dalam tas Rani bergetar. Ia pun membuka tasnya ingin mengambil HP sekaligus kunci. Sebelum membuka pintu, ia mengecek HP dulu. Di layar HP ada logo amplop yang menandakan ada sms masuk. Cepat-cepat ia menggeser layar sentuhnya untuk membaca sms itu.

From : Adelia

Ran, klo lo dah selesai ngajar lo langsung pulang jangan mampir kemana-mana! Gue mau ngasih surprise buat lo.

Jari-jari tangan Rani menari lincah mengetik balasan sms untuk Adelia.

To : Adelia

Ni gue lagi ada di depan rumah. Lo sendiri lagi ada dimana?

Usai membalas sms Adelia, Rani hendak membuka pintu rumah. Namun, tiba-tiba pintu terbuka sebelum dirinya memasukkan kunci ke lobang pintu. Dan yang lebih mengejutkan lagi, orang yang membukakan pintu sama sekali tidak diduga oleh Rani, Andhin. Ya, Andhina lah orang yang membuka pintu.

“Selamat datang Kak Rani. Gimana mengajarnya?” ujar Andhina.

Rani yang ditanya malah bengong kayak sapi ompong. Ia mengucek mata, ia tak percaya apa yang dilihatnya. Andhina sepuluh hari kerjaannya Cuma diem seperti mayat hidup sekarang sudah bisa ngomong lagi. 

“Dhina, kamu dah sembuh?”

“Iya, Kak. Aku sudah sembuh. Ini berkat Kak Adel.”

Air mata Rani mengalir begitu saja dari pelupuk matanya. Ia menangis karena terharu, sahabatnya satu itu berhasil membuat adik kesayangannya sembuh seperti sedia kala. “Bukan gue doang yang nyembuhin Andhina, tapi Radith juga ikut andil membantu kesembuhan Andhina.” Adelia tiba-tiba muncul di samping Andhina.

“Gimana caranya kalian menyembuhkan Andhina lagi?”

“Kasih tau nggak ya? Mau tau aja apa mau tau bingit?” Adelia malah balik menirukan anak-anak alay zaman sekarang. Rani memanyunkan bibirnya karena kesal.

Tapi ya sudah lah gimana pun caranya itu sudah tak penting lagi. Yang terpenting sekarang adiknya sembuh seperti sedia kala. Benar kata orang, di dunia ini tidak ada yang mustahil semua harapan bisa saja terwujud selama doa dan keyakinan. Dari awal Rani yakin adiknya bisa sembuh tanpa harus di rumah sakit jiwa. Sekarang apa yang diyakininya menjadi kenyataan. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

\*\*\*

Rani merebahkan tubuhnya tepat di spring bed kesayangannya. Rasa lelah setelah seharian penuh mengajar di 3 tempat. Pagi-siang hari ia harus mengajar matematika di Sekolah Dasar, sore  hari mengajar matematika di bimbingan belajar dan malam harinya jadi guru les private di rumah Cindy. Kegiatan-kegiatan itu seolah meremukkan punggungnya. Tangannya lalu meraba-raba bagian dalam tasnya, mencari ponsel yang selalu setia menemaninya. Dengan cepat jemarinya menelusuri pilihan lagu yang ada dalam daftar musik di ponsel pintarnya. Dia selalu percaya musik mempunyai kekuatan magis yang bisa menghilangkan rasa lelah.

 “Kak Rani....” Sebuah suara mengejutkannya. Rani membuka matanya. Ternyata Andhina.

“Eh, Andhina. Ada apa? Tumben banget malam-malam ke kamarku.” Tanya Rani heran.

“Aku Cuma mau anterin teh anget aja kok buat kak Rani.”

Andhina bikin teh anget? Rani tersenyum simpul, ia tahu betul watak Andhina. Andhina bikini the hangat untuknya pasti ada maunya. “Andhina, kamu pasti minta ajarin PR Matematika ya jadi kamu baik-baikin kakak?”

“Ih, Kakak suudzon aja deh. Aku ke sini itu tulus mau anterin the anget, sebagai terima kasih karena selama aku sakit kakak yang merawat aku tapi sekalian mau nanyain sesuatu juga sih. Hehehe…”

“Kamu mau nanyain apa?”

“Kak, cowok yang kemarin bantu nyembuhin aku itu siapa sih?”

“Oh itu namanya Radith. Emang kenapa?”

Rani meneguk air teh yang dibikinkan Andhina. Rani sangat menyukainya sebab ukuran gulanya pas. “Dia cakep juga. Kak, kayaknya aku cinta sama dia deh. Kakak mau nggak bantuin aku biar lebih deket ma dia?”

Uhuk!

Rani tersedak ketika mendengar apa yang diucapkan Andhina. Andhina cinta sama Radith? Rani sama sekali tak menyangka Andhina mengucapkan kalimat itu. “Kamu yakin cinta sama Radith? Kamu kan baru sekali ketemu dia?”

“Cinta itu bisa tumbuh walau baru sedetik melihatnya. Kayaknya aku cinta pada pandangan pertama deh. Makanya kak, bantuin aku dong biar bisa makin dekat sama dia. Mau ya? Please…” Andhina memohon pada Rani dengan mengeluarkan jurus andalannya yakni memasang wajah memelas.

Jika sudah seperti itu Rani jadi tak tega. Lagi-lagi Rani terjebak di antara dua pilihan yang sulit. Merelakan Radith untuk Andhina sama saja bunuh diri, sakitnya tuh di sini. Tapi ada yang lebih menyakitkan lagi, jika dirinya tak memenuhi permintaan Andhina. Resiko terbesarnya tak memenuhi permintaan Andhina adalah nanti Andhina depresi seperti kemarin lagi.

“Hmmm … baiklah. Kakak akan membantumu biar kamu makin dekat dengan Radith.” 

Andhina memeluk Rani erat. Saking eratnya Rani sulit bernapas. “Beneran, Kak?” Makasih banyak ya!”

Akhirnya Rani memutuskan untuk mengalah demi kebahagiaan Andhina. Bagi Rani kebahagiaan Andhina di atas segalanya, ia akan melakukan apapun untuk membahagiakan adiknya itu termasuk harus merelakan orang yang sangat dicintainya untuk Andhina.

Karena permintaan Andhina telah dipenuhi oleh Rani, Andhina pun keluar dari kamar Rani dengan alasan ingin tidur karena sudah jam sepuluh malam. 

Seusai Andhina keluar dari kamarnya, Rani menangis sejadi-jadinya di pelukan guling. Walaupun bibirnya sanggup mengatakan ikhlas melepas Radith untuk Andhina namun di lubuk hatinya sangat berat melakukan hal itu.

Drrttt … Drrtt

HP di sampingnya bergetar. Diliriknya layar HP, Di layar HP ada logo amplop yang menandakan ada sms masuk. Cepat-cepat ia menggeser layar sentuhnya untuk membaca sms itu.

From : Radith tercinta.

Malam, Rani sayang. Kamu lagi apa? Hmmm … Andhina kan sudah sembuh total nih. Berarti kamu sudah bisa pacaran sama aku dong ya?

Rani mengetik balasan SMS untuk Radith.

Maaf banget, aku nggak bisa pacaran sama kamu. Andhina naksir kamu, lebih baik kamu pacaran sama Andhina aja.

Rani mengetik balasan pesan itu dengan berlinang air mata. Berat sekali hati Rani mengatakan hal itu pada Radith namun ia harus melakukannya demi kebahagiaan Andhina.

Baru aja lima menit sms terkirim, HP-nya bergetar lagi. Ternyata balasan dari Radith.

Pacaran sama Andhina? Mana mungkin aku bisa melakukannya. Orang yang aku cintai itu kamu bukan Andhina. Kamu jangan minta aku yang aneh2  deh.

Rani kembali membalas SMS Radith.

Radith, jika kamu mencintai aku please… berusaha cintai Andhina. Aku nggak mau Andhina depresi lagi jika kamu nggak mau pacaran dengannya. 

Sekarang Rani harap-harap cemas menunggu keputusan Radith, mau atau tidak pacaran sama Andhina. Ia sangat berharap Radith mau melakukan hal itu.  

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!