Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Dor... dor.. dor..
Dzing.. dzing..
Suasana ruang bawah tanah kalang kabut. Tim penyergap sudah bertambah jumlah, melumpuhkan pasukan anak buah Balong yang tak seberapa. Pasukan Balong yang luka-luka di kaki dan tangan segera diamankan. Sedangkan tim penyergap berhasil menghindari peluru hingga diantara mereka tidak ada yang terluka.
Ketika ruang bawah tanah sudah dikuasai Nuri dan tim, terdengar pintu atas menuju markas besar Balong perlahan-lahan tertutup. Nuri bergerak cepat mengganjal pintu yang nyaris sempurna tertutup menggunakan sebilah besi sekitar satu meter. Ketangkasan Nuri membuat hati Angga kembali mendesir. Angga jatuh cinta di setiap adegan.
Meskipun laki-laki itu sedang terpana, Angga lekas menguasai diri mengambil tindakan selanjutnya. Pemuda itu mendorong batang besi tersebut seperti tuas pengungkit demi bisa menahan tertutupnya pintu. Berbondong-bondong yang lain ikut mengganjal dengan apa saja yang ditemukan.
Greg.. greg.. sreeet...
Kebuka. Nuri, Angga dan tim segera melompat ke atas. Disana malah disambut pemandangan yang memilukan. Gadis yang baru saja di rudapaksa Balong masih tergeletak tidak memakai bawahannya dengan kondisi memprihatinkan. Angga mencelos, merasakan hatinya tersayat membayangkan Nihaya.
Ingin rasanya Angga mencucuk kepala Balong dengan belati yang tersimpan di balik jaketnya. Terlebih melihat Balong datang membenarkan celana dengan santai seperti orang yang baru saja buang air kecil.
"Ada tamu rupanya."
Belajar dari pengalaman, Angga tidak langsung menyerang. Dia juga tidak meladeni ocehan si gigi kuning itu. Muak sekali rasanya. Dari pihak Balong tidak ada perlawanan. Nuri pun sedang membantu memakaikan penutup bawah pada gadis malang korban kesekian. Kegiatan Nuri malah jadi pusat perhatian alih-alih peperangan yang terjadi.
"Mau ngopi dulu?" Balong bersuara lagi.
Angga tetap terdiam menatap nyalang ke arah musuhnya. Anak buah Balong tidak ada yang melakukan perlawanan. Pasrahnya mereka justru terasa janggal dan patut diwaspadai. Angga baru mengerti situasi saat membalikkan badan memeriksa tim yang datang bersamanya.
Di mata Angga, mereka berlaku seperti menghadiri sebuah pesta hajatan. Nuri pun ikut kebingungan karena sama-sama terkena pengaruh ajian Balong. Hanya Angga yang tidak terpengaruh dan tetap pada kesadarannya.
"HAHAHA" Balong tertawa puas melihat Angga kini berjuang sendirian. Yang ditertawakan kembali menatap nyalang, kemudian semakin mengikis jarak diantara mereka.
"Hei anak muda! sepertinya kali ini benar-benar hari kematianmu."
"Gue atau lo yang mati Kuntoro?!"
Balong marah menyerang Angga seorang diri dibantu beberapa anak buahnya. Seperti waktu itu, perkelahian mereka sengit dan masih seimbang dengan formasi satu lawan banyak. Angga memukul, menendang, dan bertahan diri cukup santai dari sebelumnya. Sebab jika memakai gejolak emosi, dia gampang terkalahkan.
Beberapa saat lamanya, tanpa diduga-duga Nuri ikut dalam pertempuran. Dia langsung menembak kaki para musuh.
Dor..
Dor..
Wanita itu tersadar dari pengaruh mantra ketika mendapat tepukan dari segelintir orang yang tadinya berjaga diluar pintu masuk lorong. Aji yang meminta mereka karena merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Benar saja. Bukannya menyergap, mereka malah linglung.
Balong dan pasukan semakin terdesak karena kembalinya kesadaran orang-orang yang ia berikan mantra.
Akhirnya dengan perjuangan panjang, Balong berhasil ditangkap. Angga yang sudah kalap ingin segera membunuh Balong langsung dicegah Nuri. Wanita itu tidak mau Angga mengotori tangannya jika menginginkan Balong tiada. Nuri meyakini cara lain yang sedang ia tempuh.
Setelah penangkapan Balong, markas dipasang garis polisi. Tentang lorong, juga tempat persembunyian awal dan yang baru ternyata hanya berjarak dekat. Balong hanya berpindah dari hutan bagian tengah lalu ke bagian pinggir yang tidak terjamah manusia manapun karena masuk hutan larangan.
Barang bukti dari kejahatannya sudah terkumpul cukup banyak. Sudah saatnya Balong mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kabar tertangkapnya Balong merupakan angin segar bagi masyarakat. Mereka beramai-ramai melihat wujud Balong yang selama ini diyakini dedemit ternyata adalah manusia tak bermoral.
Sumpah serapah menyertai penggiringan Balong yang terborgol oleh pihak berwajib. Masyarakat bersorak gembira.
...***...
Beberapa hari kemudian.
Karena sumber masalah yang menjadi satu tujuan Angga dan Nuri terlibat pencarian sudah tertangkap, maka tidak ada alasan untuk Angga bisa bersama-sama lagi dengan Nuri. Beberapa hari belakangan laki-laki itu sibuk dengan kabar yang ia terima. Kabar yang membuat mau tak mau Angga berfikir dan berusaha keras demi roda perekonomian.
Kesibukannya mencari keadilan untuk Nihaya membuatnya kehilangan pekerjaan. Waktu keberangkatan ke pulau Kalimantan sudah lewat satu pekan lalu, sehingga ketidakhadirannya dikonfirmasi sebagai pengunduran diri. Angga menerimanya dengan lapang, tetapi dia tidak menyesali jika saja Balong bisa mendapatkan hukuman yang setimpal.
Sebenarnya ada seribu alasan jika Angga mau tetap bertemu Nuri. Secara, kalau laki-laki sudah demen dengan perempuan pasti selalu cari-cari alasan, bahkan sampai yang tak masuk akal untuk bisa sering bertemu. Namun yang membuat Angga mengurungkan niat adalah, statusnya yang pengangguran. Lagi pula yang terpenting baginya sekarang adalah mencari pekerjaan.
Angga menghirup dalam-dalam udara pedesaan di pagi hari setelah beres membantu ibu memandikan bapak. Angga rencananya mau di antar paman menemui salah satu kenalannya yang sedang butuh tenaga kerja.
"Mas Angga."
Suara itu mengejutkan sanubari. Angga menoleh salah tingkah melihat Nuri cantik dengan rambut yang tak di kuncir lagi seperti biasanya dalam penyamaran. Rambut sebahunya tergerai dicampur senyuman teramat manis, membuat Nuri terlihat cantik sempurna di mata Angga. Sayangnya, Angga merasa tidak pantas menyatakan rasa kepada wanita itu. Menanyakan Nuri memiliki kekasih atau tidak rasa-rasanya Angga tidak berani.
"Mbak Nuri, ada yang bisa saya bantu?"
"Ada." Jawab Nuri sembari tersenyum merekah.
.
.
.
Bersambung.
seriusss??? end?????
btw.. nanya dong kak Zenun,, tas gemblok apaaan?? ransel bukan?
miris amat si dirimu.. gabung ma Jeff aja sana😅😅😅
Alan bakal jadi bapak asuh sembara si putra manusia dan Setengahnya jin....
Semangat berkarya akak Ze ayank....🫶🫶🫶🫶🫶