Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
Kecewaku hanya ingin diam. Karena semua menjadi tidak ada gunanya.
🔥🔥🔥
Pemeriksaan dokter telah selesai dan hasilnya Aluna boleh pulang hari ini juga. Semua luka yang ada ditubuhnya dinyatakan sembuh. Bahkan luka dalam yang diperkirakan ada di kepala pun hilang sama sekali.
Davian meninggalkan ruangan setelah semua hasil pemeriksaan Aluna telah keluar. Dia seperti dokter pribadi saja. Semua pemeriksaan terhadap Aluna hanya dia yang menangani.
Hasil pemeriksaan sebelumnya menyebut kalau ada pembekuan darah di otak akibat luka benturan yang dia alami. Namun tadi saat dilakukan pemeriksaan ulang ternyata semua sudah sembuh. Semua sudah kembali pulih seperti semula.
Aluna tidak bisa berkata-kata. Dia hanya bisa bersyukur tak perlu berlama-lama menginap di rumah sakit. Walaupun banyak pertanyaan berkecamuk dikepalanya, biarlah nanti saja mencari jawabannya.
" Aluna, biar saya antar nanti pulangnya." ucap Azlan. Dia dengan setia menunggu semua pemeriksaan pada Aluna.
" Apa tidak merepotkan pak, Nanti bagaimana dengan pak Arga.?" Aluna menatap sungkan pada dua orang atasannya, yang masih setia duduk di sofa di dalam ruangan Aluna. Aluna bahkan tidak menyangka kedua orang tersebut menunggunya untuk mengantarkan pulang.
Tidak terlihat rasa bosan sedikit pun di wajah mereka ketika harus menunggu Aluna. Mungkin karena kekenyangan makan getuk sama cenil, mereka jadi betah. Hihihihi...
" Tidak sama sekali. Ini bentuk tanggung jawab kami ."
" Tanggung jawab apa? Jangan bilang sebenarnya kamu yang menabrak putri saya. Pantesan dari pertama saya melihat anda, seperti pernah melihatnya. Tapi di mana ya?" Dewi menyela ucapan Arga yang dirasa janggal.
" Bunda.." Aluna menatap sang bunda yang terlihat kesal.
" Iya..iya maaf. Bunda hanya kaget saja saat dia bilang tanggung jawab." Dewi menggerutu. Dia menatap Arga dan Azlan bergantian. Dewi sedang merapikan barang-barang Aluna. Karena siang ini juga dia akan pulang. Semua administrasi sudah beres. Tinggal keluar saja tanpa repot lagi.
Azlan dan Arga saling pandang. Kemudian sama-sama menarik nafas panjang. Dan semua itu tidak luput dari perhatian Aluna.
" Maaf ya Pak. Saking sayangnya bunda sama saya. Bawaannya jadi curiga terus." Aluna mengatupkan tangan di depan dada.
" Iya tidak apa-apa. Kami memaklumi. Seorang ibu pasti akan melakukan hal yang sama pada putrinya."
Aluna mengangguk. Dia juga mempersiapkan diri untuk pulang. Tidak banyak yang dilakukan. Sekedar merapikan bawaan pribadinya saja. Untung tadi Aluna sudah mandi. Jadi tidak membuat malu saat ada tamu istimewa datang.
Semua sudah siap. Barang-barang Aluna sudah dirapikan. Tinggal angkat saja. Surat keterangan dari dokter juga sudah ada ditangan . Dan saatnya kembali ke rumah.
Azlan dan Arga yang membawa semua barang Aluna. Sedangkan Dewi mendorong kursi roda yang diduduki Aluna. Sebenarnya tadi Arga menawarkan diri untuk mendorong kursi roda tersebut, Aluna tentu saja merasa sungkan. Akhirnya Dewi lah yang mendorong.
Sebenarnya Aluna sudah bisa berjalan sendiri. Namun memang prosedur rumah sakit. Mau tidak mau dia harus memakai kursi roda sampai tempat parkir.
Saat mereka sampai di lobi , tanpa sengaja pandangan Aluna melihat sosok Bram di sana, keliatannya sedang mendaftarkan pasien. Aluna menajamkan pandangan nya. Tak lama kemudian, terlihat jelas Bram mendorong brangkar yang ada Alisha berbaring diatasnya.
Dada Aluna berdenyut melihat itu semua. Tapi dia mengalihkan pandangannya. Dia sudah pasrah. Dia akan merelakan Bram untuk Alisha.
Ternyata bukan hanya Alisha yang melihat Bram. Dewi juga. Bahkan Dewi sampai berhenti dan memastikan pandangan matanya. Dewi tahu kalau Aluna juga melihat. Dewi mengusap lengan Aluna.
" Sabar sayang." Bisik nya di telinga Aluna.
Semua itu tidak luput dari perhatian Arga. Dia yang berjalan di belakang, sudah pasti mengetahui apa yang terjadi di depannya. Bahkan Arga mengikuti arah pandang Aluna. Dia menyadari ada sesuatu hubungan diantara mereka berdua.
" Itu di sana mobil saya." Azlan berjalan mendahului. Dia yang membawa kunci mobil.
"Silahkan masuk Aluna. Apa kuat berjalan, kalau tidak, biar pak Arga yang akan menggendong kamu." Ucap Azlan sambil tersenyum. Dia sudah terbiasa bercanda sama Arga. Arga terlihat biasa saja. Bahkan tanpa berkata sedikitpun, berjalan begitu saja memutari mobil untuk mengambil tempat duduk.
" Masuk pak, mau duduk di depan apa di belakang." Azlan semakin menggoda Arga.
Arga melotot pada Azlan yang terlihat hanya nyengir saja. Azlan ingin terbahak saat dilihatnya semburat warna merah di pipi Arga. Azlan tahu Arga sering curi pandang pada Aluna.
Arga membuka pintu depan setelah memasukkan barang-barang Aluna ke dalam bagasi. Tak ada kata yang terucap dari mulutnya. Selain hanya senyum kecil, seperti yang dipaksakan. Mungkin seandainya dia berbicara maka kata yang keluar , " Awas kau Azlan."
Azlan sudah siap segala resikonya. Dia sangat tahu siapa Arga. Arga tidak akan bertindak dengan emosinya. Tak ada yang tahu kalau mereka adalah saudara sepupu. Oleh sebab itu Azlan berani menggoda Arga.
Tanpa bertanya tujuan, Azlan mengemudikan mobil yang berjalan membelah jalanan ibu kota yang panas siang itu. Azlan sudah tahu di mana rumah Aluna. Tentu saja dari biodata karyawan.
" Bapak sudah tahu rumah saya?" Tanya Aluna ketika mobil tersebut berjalan menuju jalan yang benar.
" Tahu dong. Eh tapi ini di luar jam kantor jangan panggil bapak dong, berasa tua. Benarkah kan Ga." jawab Azlan sambil melirik Arga.
Arga tak menyahut. Dia melirik sekilas kaca spion melihat Aluna yang duduk di bangku belakang. Saat itu juga Aluna sedang melihat arah yang sama. Buru-buru dia menundukkan wajahnya saat pandangan mereka bertemu.
" Pak Azlan mau bertanya boleh.." Aluna beralih pada Azlan yang menyetir sambil terus tersenyum.
" Mau bertanya apa? Katakan saja. Kalau bisa saya jawab. Kalau tidak, biar Arga yang menjawab. Hahahahaha..."
" Kenapa saya, kan bertanya nya sama kamu, Azlan." Arga mendelik. Dia merasa Azlan selalu menjadikannya tumbal.
"Bapak malah bercanda.." Aluna tersenyum mendengar perdebatan mereka berdua. Dia tidak menyangka di luar kantor Azlan adalah pribadi yang hangat.
" Kamu mau bertanya apa? Jangan susah-susah ya. Semoga bisa menjawab. Kalau tidak nanti tanya Mbah saja.."
" Mbah? Mbah siapa ? Bagaimana bisa pertanyaan kamu yang jawab Mbah? Apa mereka ada yang tahu?" Dewi ikut menimpali mendengar percakapan mereka yang terdengar seru.
" Mbah karto. Hihihihi..." Azlan terkikik dengan jawabannya sendiri.
" Google bunda, sering kita plesetkan." Aluna mengusap lengan bunda.
" Oh.." Bunda mengangguk-angguk.
" Jadi tidak kamu bertanya Aluna.." Azlan melirik Aluna dari kaca spion yang ada di dalam mobil.
" Eh iya. Pak Azlan sih malah bercanda. Saya jadi lupa. Saya hanya ingin tahu, apakah bapak tahu siapa yang menabrak saya.." Ungkap Aluna akhirnya.
Azlan melirik Arga. Arga membuang muka. Dia malah melihat keluar mobil. Sepertinya mereka enggan menjawab pertanyaan Aluna.
" Bapak tahu atau tidak. Saya mau mengucapkan terima kasih banyak pada si penabrak.."
" Lho.. kok malah berterimakasih. Dia sudah membuat kamu terluka Luna. Kamu aneh.." Azlan sempat menoleh saat mendengar jawaban Aluna.
" Benar pak, karena saya di rumah sakit, saya bisa bertemu bunda." Aluna memeluk Dewi erat. Meletakkan kepalanya di pundak Dewi dengan manja. "Saya rindu bunda. Tapi tidak bisa pulang kampung." lanjut Aluna.
" Kenapa tidak bisa. " ganti Arga yang bertanya sambil melirik ke belakang.
" Tanya saja sama pak Azlan.." Aluna berkata takut-takut.
" Kenapa dengan saya. Salah saya apa Aluna?"
" Bapak memberi saya banyak pekerjaan.." Jawab Aluna tanpa berani melihat ke depan. Dia bersembunyi di pelukan Dewi.
" Minta cuti kan bisa. Kamu tidak pernah bilang." Azlan membela diri.
" Sudah pernah, tapi tidak diijinkan."
Arga melirik Azlan. Yang dilirik hanya menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. Tapi memang benar kata Aluna, dia selalu menahan Aluna.
" Eh... Iya besok boleh cuti. Mau berapa hari." ucap Azlan sambil menginjak rem. " Sudah sampai. Silahkan turun nona Aluna. Apa perlu digendong sama tuan Arga." sambungnya sambil tersenyum. Entah kenapa dia selalu suka menggoda Arga.
" Aduh, sakit tahu.." Azlan mengelus kepalanya yang baru saja di pukul oleh Arga sambil nyengir. Tapi Azlan senang bisa membuat suasana tidak canggung di dalam mobil.
Azlan turun terlebih dahulu. Dia membuka pintu untuk Aluna dan Dewi. Sedangkan Arga membuka pintu bagasi untuk mengambil semua barang Aluna yang diletakkan di sana.
Arga membawa semua barang-barang Aluna sampai di depan rumah. Kemudian berbalik ke mobil.
" Kami langsung pulang saja ya Bu Dewi, Aluna." Ucap Azlan sambil mengangguk.
" Tidak masuk dulu pak, saya bikinkan kopi.." Ujar Dewi.
" Tidak perlu repot-repot. Nanti saya betah .." Azlan tertawa. Bersama Dewi dan Aluna Azlan banyak bercanda. Aluna sampai heran. Sangat berbeda dengan Azlan yang Aluna kenal. Selama ini, selama dia bekerja pada Azlan, jarang sekali dia berbicara. Hanya seperlunya saja dan hanya menyangkut tentang pekerjaan.
" Yang kecelakaan siapa yang amnesia siapa." Gumam Aluna pelan. Benar-benar sebuah kejutan buatnya. Mungkin Azlan kejedot pintu atau apalah membuat semua sikapnya berubah 180 derajat.
" Terima kasih pak, sudah mengantarkan kami, selamat sampai di rumah." Dewi menganggukkan kepala pada Azlan dan Arga. Kemudian melangkah menggandeng tangan Aluna memasuki rumah.
Mereka berjalan beriringan,masuk ke dalam pekarangan rumah yang berpagar bambu. Aluna diam membeku. Terasa ada sesuatu yang tidak biasa di rumahnya. Tapi dia tidak tahu itu apa.
Mata Aluna berkeliling mencari yang berbeda dari rumahnya. Tapi dia belum juga menemukan.
Memang benar ada yang berbeda. Apa dan kenapa?
Bersambung
Terima kasih untuk yang sudah mampir. Lovee❤️❤️❤️