NovelToon NovelToon
Pesona Majikan BuleKu

Pesona Majikan BuleKu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Pembantu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: ninaammar

Menjadi pembantu bukanlah rencana awal Sukma mencari pekerjaan. Setidaknya dengan bekal ijazahnya yang hanya tamat SMA.

Dia berharap bisa bekerja menjadi buruh pabrik, atau karyawan swasta. Himpitan ekonomi memaksa dirinya untuk segera mendapatkan pekerjaan.

Hingga akhirnya seseorang menawarkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga. Tanpa pikir panjang Sukma menerima tawaran kerja yang cukup jauh dari kampung halamannya.

Gimana ya kelanjutan hidup Sukma Ajeng sebagai Asisten Majikan Bulenya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ninaammar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuduhan Untuk Sukma

Richard menarik mundur kursi, lalu mendaratkan bokongnya duduk di ruang makan. "Sukma!" panggil Richard.

"Ya, Tuan." jawab Sukma mempercepat langkahnya.

"Serve me to eat!" titahnya.

"Sukma, Tuan minta dilayani saat makan." Herman memberitahu Sukma. Apa yang Tuannya minta. Sukma mengangguk meraih piring, mengisi roti tawar lalu mengolesinya dengan mentega, dan mengolesi roti satunya dengan selai kacang.

Richard mengiris roti menjadi beberapa bagian, lalu melahapnya hingga habis. Sukma menuangkan segelas susu hangat. Sebelum beranjak dari kursinya, Richard meneguk susu yang Sukma berikan hingga tandas. Lalu pergi mengendarai mobilnya keluar, menuju kantor, sementara Sukma menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Sebelum kembali menekuni belajarnya, membaca dan menghafal kosa kata dalam bahasa inggris.

"Apa Aku mengganggumu, Sukma?" ucap Herman bertanya pada Sukma. Berjalan mendekati gazebo, yang terdapat di taman belakang.

"Tentu saja tidak, Bang. Justru Bang Herman bisa mengajariku yang tidak Sukma mengerti." jawab Sukma tersenyum senang. Karena ada seseorang yang siap mengajarinya.

Herman memberikan beberapa penjelasan, dan pertanyaan pada Sukma yang sudah ia pelajari beberapa hari ini. Sukma memang gadis yang cukup tanggap, dan cerdas. Ia mampu menguasai vocabulary dalam beberapa hari saja.

Bahkan Sukma sudah bisa menggabungkan beberapa kalimat. Meski hanya sekedar bahasa sehari-hari. Sedikit banyaknya dia cukup tahu.

Tapi aktivitas belajarnya terpaksa terhenti. Karena kedatangan Agatha siang itu. Wanita bertubuh tingggi langsing itu, berjalan mendekat kearah Sukma lalu menamparnya.

Plakkk....

''You are just a slut!" Agatha menghina Sukma sebagai perempuan pelacur.

"Nona Agatha!" pekik Herman tidak mengerti. Kenapa tiba-tiba Agatha datang, dengan wajah marah. Menampar pipi Sukma hingga pipinya memerah.

"Dia datang ke tempat ini. Untuk menjual diri, pada Richard, Bukan?!"

"Nona...!" pekik Herman lagi.

"Aku sungguh tidak percaya, jika dia adalah calon istri Richard, Herman!" ucap Agatha pada pria yang telah lama bekerja untuk mantan kekasihnya.

"Saya tidak tahu perihal itu, Nona.'' kata Herman. Meyakinkan Agatha yang masih menatapnya tajam.

"Aku yakin sekali, Richard masih mencintaiku. Karena dia masih menyimpan dua huruf inisial namanya dan namaku. Menggantung di pintu ruang kerjanya." paparnya penuh keyakinan.

***

Richard tiba di kantor tepat pukul tujuh, disana sudah ada Jimmy, dan Sandra duduk menunggu kedatangan di ruang meeting.

"Morning, Sir!" sapa mereka.

"Morning. Sorry I'm little late." jawab Richard tidak enak pada yang lain. Dia datang sedikit terlambat, sedang di kantor semua sudah menunggunya di ruang rapat.

Guna membahas projek kerja barunya, dengan investor asal Singapur. Rapat berjalan kurang lebih hampir satu jam lamanya. Sesuai harapan, kini Richard keluar dengan membawa senyum kemenangan.

Dia kembali mendapatkan investor terbesarnya. Dan bulan depan, pembangunan sudah bisa dilakukan.

Sementara Aldo, sudah bisa kembali pulang. Karena kesehatannya sudah berangsur membaik. Dokter pun sudah mengizinkan Aldo untuk sekolah.

"Aldo, hari kita pulang. Sebentar lagi ayah datang menjemput kita." ucap Ranti mengemas barang kedalam tas.

"Mba Ajeng sudah belikan Aldo mobil remot, Bu?" tanya Aldo menatap wajah ibunya yang terlihat sayu. Ranti melirik Aldo tersenyum tipis.

"Mba Ajeng sudah bisa bayar biaya rumah sakit ini saja. Ibu senang sekali, Sayang. Jika tidak, mungkin Aldo masih sakit. Dan tidak bisa bermain, ataupun sekolah." jelas Ranti memberi pengertian pada putranya.

Saat Aldo beranjak dari brankar, sesuatu jatuh dari tempat tidurnya. Ranti meraih handuk milik Sukma yang kini ada ditangannya.

"Ini bukannya handuk milik Sukma?" Aldo segera merebut handuk milik kakaknya.

"Aldo peluk handuknya Mba Ajeng gini, kalau Aldo kangen." ucapnya memperlihatkan caranya, memeluk benda ditangannya pada ibunya. Ranti tersenyum, melihat sikap lucu Aldo. Menunjukkan rasa kangennya pada kakaknya.

Suara hendel pintu rumah sakit, yang dibuka dari luar. Membuat keduanya menoleh, melihat siapa yang datang. Wajah Kohar terlihat tidak baik-baik saja, seperti ada sesuatu yang membuat, pria yang hampir 20 tahun bersamanya terlihat sedih.

"Ayah, semua sudah beres, bukan?" tanya Ranti cemas. Kohar terduduk lemas, di pinggiran ranjang. Dengan raut wajah kusut, Kohar mengusap wajahnya gusar.

"Ayah ko diam saja?" tanya Aldo gantian. Kohar menatap wajah istrinya bingung.

" Apa semuanya sudah siap, Bu?" tanya Kohar dengan suaranya yang nyaris pelan.

"Yah, Ayah kenapa? Apa biaya rumah sakit ini masih kurang?" tanya Ranti takut. Kohar menggelengkan kepalanya menatap manik hitam dihadapannya.

Rasanya tidak sanggup, Kohar mengatakan hal yang sebenarnya pada istrinya. Sebagai suami, dan seorang ayah. Kohar tidak bisa melindungi, atau bertanggung jawab penuh pada keluarganya.

"Katakan, Yah! Apa?" desak Ranti tidak sabar.

"Sinta akan mengusir kita dari rumah, jika besok kita tidak bisa melunasi biaya rumah sakit. Karena Juan masih belum sadar dari koma." tutur Kohar yang membuat kedua matanya mengembun.

"Lalu kita akan tinggal dimana, Yah?" rintih Ranti tidak sanggup menghadapi kenyataan besok.

"Kita pulang saja dulu, baru nanti kita pikirkan lagi." kata Kohar menyentuh bahu istrinya.

"Kalo sudah begini, bagaimana dengan nasib Sukma, Yah. Ibu tidak tega jika harus memaksanya lagi, untuk pinjam uang pada majikannya." Isak Ranti menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.

"Sabar adalah satu-satunya jalan. Untuk kita menerima, dan menjalani. Apa yang sudah Tuhan tentukan. Percayalah ini hanya sementara, Bu. Dan Tuhan tidak akan pernah salah dalam memilih pundak. Karena kita mampu melewati ujian ini." ucap Kohar bijak menahan sesak di dadanya sebisa mungkin. Agar tidak terdengar Ranti, dan Aldo didekatnya.

Mereka baru saja sampai di depan rumah mereka. Tapi salah satu tetangga dekat rumahnya. Tiba-tiba datang menghampiri mereka, mengatakan sesuatu yang tidak mengenakan.

"Pak Kohar! Aldo sudah sembuh?" tanya Tono yang sengaja datang untuk melihat keadaan Aldo.

"Alhamdulilah, Pak. Aldo sudah sehat, dan sudah boleh pulang." jawab Kohar tenang.

"Denger-denger Sukma di Bali jadi perempuan simpenannya orang bule. Bukan kerja art seperti yang Alex bilang?" pertanyaan tetangganya, sukses membuat hati Ranti seperti di remas. Pedih dan menyesakkan dada.

Kohar menggenggam telapak tangan istrinya. Sebelum Ranti bersuara, meluapkan segala isi dalam pikirannya. Yang pasti keributan akan didengar banyak tetangga lainnya.

"Bu, bawa Aldo masuk kedalam!" pinta Kohar, dengan wajah yang nampak menahan geram.

"Jangan mengatakan apapun yang belum tentu benar, Pak Tono. Itu namanya fitnah, dan fitnah itu sangat keji." sentak Kohar marah. Tidak terima jika Sukma, dituduh seperti yang dikatakannya tadi.

"Saya punya buktinya jika Sukma jadi perempuan malam di Bali. Ini Sukma, anak Pak Kohar, coba lihat!" Tono menunjukkan ponselnya, terdapat foto Sukma saat berdua di dalam mobil bersama majikannya.

"Astagfirullah Hal'Azim, Sukma. Tega kamu, Nak. Melakukan hal itu pada kami." ucap Kohar dalam hati. Melihat foto putrinya bercuman dengan pria asing. Hatinya teriris perih, begitu sakit melihat kenyataan yang ada.

"Apa Pak Kohar mau bilang. Ini bukan Sukma, tapi perempuan yang kebetulan mirip?" tuduhnya lagi pada Kohar.

"Itu asli, Pak. Bukan editan, walaupun katanya sekarang banyak orang jago edit poto di hape. Tapi Saya lihat sendiri Sukma dirangkul masuk mobil sama pria bule." ucap Sinta memprovokasi keadaan jadi semakin keruh.

"Kalo memang benar begitu. Untuk apa Bu Sinta ada di Bali, sedang Juan suami Bu Sinta koma dirumah sakit.'' Sinta terlihat gugup dengan pertanyaan yang Kohar layangkan unruknya.

"Ss___Saya tahu dari hape. Lagian sekarang berita sekecil apapun mudah viral. Sekarang ini semua serba digital." angguk Tono sebagai tanda setuju dengan yamg Sinta katakan. Mendengar suara gaduh tetangga lain mulai berdatangan saru persatu.

"Ingat, Pak. Saya masih menagih uang biaya rumah sakit. Ingat itu!" ucap Sinta sebelum pertanyaan lainnya mencecar dirinya lalu bergegas pergi meninggalkan pekarangan rumah Kohar.

1
Esther Alviah Ekawati Ndoen
Sabar ya Richard, semua emang salah kamu yang telah merenggut kesucian Sukma dan saat ini Sukma depresi karena kehilangan mahkota yang sangat berharga, jika nanti Sukma udah sedikit tenang, maka jalan satu-satunya adalah kamu harus bertanggung jawab untuk menikahi Sukma apapun yang terjadi.
Esther Alviah Ekawati Ndoen
Semoga Richard tanggungjawab setelah apa yang dia lakukan pada Sukma, apalagi selama ini juga Richard menyukai Sukma dan mereka berdua sama2 melakukan yang pertama, meskipun saat itu Richard memperkosa Sukma karena pengaruh obat yang diberikan Agatha.
Esther Alviah Ekawati Ndoen: saya juga alur cerita nya
NNM: Yang sudah mampir dikaryaku terima kasih semua salam sehat slu
total 3 replies
Esther Alviah Ekawati Ndoen
Kasihan Sukma, udh dirudapaksa majikan nya yg terpengaruh obat
Menci Ani
Mana ke lanjutan nya tor
NNM: mksh dukungan semangatnya pst diusahakan. karena siang capek kerja mlm nulis dah nguantukkkk berat..hhh mksh semua yg mampir disini.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!