Pengasuh Bayi Professor
Lelaki itu memiliki nama yang sangar; Bima Cakra Samudera. Aura sangar itu memancar tak hanya dari ukiran dan rangkaian namanya yang demikian gagah dan indah, tetapi juga pada pahatan fisiknya yang menggugah siapa saja untuk memuji dan menyentuhnya.
Aku mengenal dia di suatu tempat, yang terbilang sangat formal. Dimana aku bekerja sebagai petugas kebersihan di universitas, sementara dia sebagai profesor yang mengajar. Sedangkan cara kami menjadi dekat dan intim, justru unik dan mungkin di luar nalar; 'Pak Bima' begitu aku dan orang-orang di kampus ini memanggilnya, memintaku menjadi pengasuh anaknya.
Untuk menjelaskan gambaran ceritanya, mungkin diperlukan BAB tersendiri, dengan dukungan plot dan kalimat rinci yang memadai. Namun, aku akan menjelaskan singkatnya;
Pak Bima memiliki seorang anak yang bisa dikira usianya sekitar 3 tahun. Aku sendiri awalnya tidak kaget, mengingat usia Pak Bima yang lumayan matang, jadi sudah wajar jika beliau sudah menikah dan memiliki anak.
Waktu itu, untuk pertama kalinya Pak Bima membawa putri kecilnya ke kampus, semua orang heboh terutama mahasiswi yang mengagumi dan menaruh hati padanya. Ada yang bilang seperti kesambar gledek besar; tapi lupakan saja. Sayangnya, saat itu Pak Bima tampak kewalahan mengurus anaknya sambil mengajar, jadi aku menawarkan diri untuk mengasuhnya sampai beliau menyelesaikan pekerjaan.
Tak seorang pun paham di mana letak jiwa seseorang. Kita hanya mengetahuinya dengan meraba--raba. Kesan yang muncul dalam diri kita menyangkut jiwanya yang murni. Ia terjaga dari belenggu yang membosankan. Dia selalu mampu mengatasi setiap masalah pada sayap yang menjajah kehidupannya. Dengan begitu, jiwanya mampu hidup, tak tertekan dan memiliki ruang. Lelaki besar dan kasar itu, kupikir hanya sibuk mengurus jenggot dan kumisnya saja tapi rupanya aku yang salah. Pak Bima adalah seorang bapak yang sangat bertanggung jawab, tak kusangka ia mampu menempatkan dua hal penting bersamaan; antara anak dan pekerjaan. Ya, anaknya sedang demam saat itu.
Dia adalah orang yang tak bisa ditebak, setiap tindakan dan ucapannya bisa selalu salah dari praduga, dia menyimpan begitu banyak teka-teki dan selalu mampu mengeluarkan kejutan; dia tertarik pada caraku mengasihi dan menjaga putrinya; Lily. Pada hari yang sama Pak Bima menawarkan aku untuk mengasuh.
Ada yang membuatku sedikit heran dan terkesan pada Pak Bima, dimana saat itu ku ketahui kalau beliau memiliki anak namun justru tak beristri. Sungguh di luar sangkaan, mungkinkah maksudnya beliau adalah duda? Jawabannya tidak! Tidak sama sekali.
"Aku belum menikah, dan aku tidak memiliki istri."
Begitu kalimat itu terucap dari bibirnya yang menggoda, aku sempat tercengang; kalau belum pernah menikah, lalu bagaimana caranya beliau memiliki anak?
"Aku menemukan Lily, sendirian dan terbuang."
Dia menjawab begitu frontal di hadapanku, seorang petugas kebersihan kampus. Padahal kurasa di hadapan orang lain, ia belum tentu akan menjawab seperti itu, mengingat posisinya yang terhormat dan terpandang. Aku sedikit bangga pada diriku karenanya.
Pak Bima yang kejam dan seram, ternyata lebih dari sekadar gambaran siluman yang menakutkan. Tapi beliau juga menjelma sebagai malaikat tak bersayap yang memeluk Lily dari kehampaan.
Dengan segala kelebihan dan kebaikan hatinya, tak pelak menggugah hatiku untuk melakukan hal yang sama. Aku terharu dengan kisah hidupnya di samping aku sendiri juga memang memerlukan uang tambahan untuk dikirim ke kampung, jadi kuterima pekerjaan sebagai pengasuh Lily.
Aku memang tak sehebat Pak Bima. Tapi, kupikir aku bisa melakukan hal yang baik seperti dia. 'Mengisi peran ibu, tapi bukan sebagai ibu'.
Nyatanya, kehadiran Lily sendiri sudah mengisi kembali hatiku. Ia mengingatkan aku pada bayi yang kulahirkan beberapa tahun yang lalu, mungkin kalau masih hidup sudah seusianya. Iya, benar aku emang belum pernah menikah tapi aku bukan pula seorang perawan.
Bila dibandingkan dengan Pak Bima, hidupku mungkin tak semurni dia. Aku memiliki anak, tapi hasil hamil di luar nikah. Bukan karena aku menginginkan atau suka rela melakukannya, namun sebuah malam suram datang tepat merenggut seluruh hal di tahun-tahun yang kubangun dengan kegembiraan. Aku dilecehkan oleh seorang pria, yang sampai sekarang tak kuketahui siapa orangnya dan dimana rimbanya.
Kejadian itu sempat mengubur jiwaku, dimana aku diasingkan, dibenci oleh Ibu dan warga kampung. Aku seperti gadis buruk yang tak bisa menjaga kesucian, apalagi itu terjadi saat perayaan desa seolah aku bukan cuma merusak diriku sendiri, tapi juga menghancurkan khidmadnya acara padahal senyatanya aku adalah korban. Walau demikian, itu tidak sama sekali menyurutkan hati dan niatku mengurus anak, kujaga dan tetap kunikmati masa mengandung; hingga yang paling menyakitkan hatiku adalah saat ibu bilang anakku lahir tapi langsung diambil Tuhan.
"Kata bidan, anak kamu telan air ketuban jadi kesulitan bernapas. Cuma bertahan beberapa menit saja sejak kamu lahirkan." Kata Ibu disambut kekecewaan yang demikian besar dari diriku.
Kesakitan yang sesungguhnya melampaui saat lelaki itu merenggut hidupku, melainkan saat aku sendiri tak mampu melihat wajah anak yang ku lahirkan 3 tahun yang lalu, cuma yang aku tahu dari ibu kalau anakku adalah dara (anak perempuan).
Serupa tapi tak sama, seperti itulah perumpamaan nasibku dan Pak Bima. Dia memiliki anak, tapi tak memiliki istri sementara aku pernah memiliki anak tanpa bersuami. Bedanya lagi, aku mendapatkan anak karena suatu kesalahan sedangkan Pak Bima karena kebaikannya.
Mengasuh Lily bukan cuma sekedar pekerjaan tambahan melainkan juga sebagai pelipur lara bagi makhluk yang mengalami kekalahan melawan takdir Tuhan, seperti ku ini, Lily lahir dan hadir sebagai penghibur bagi dunia yang sedih dan tenggelam dalam ratapan melankolis, dan sebagai cermin yang seolah merefleksikan anakku yang andai saja masih ada. Dia hadir bersama Pak Bima yang tak pernah kuduga akan ada di tengah-tengah hidupnya.
Pak Bima mengajarkan aku bagaimana cara seorang pria hidup dari berbagai sudut pandang, bagaimana ia mampu membuka berbagai kemungkinan yang memampukan kita melakukan visualisasi dirinya, tentang sesosok lelaki dengan pancaran mata yang tajam dan menggetarkan, dagu yang di hiasi janggut sensual, dan leher dengan pahatan rahang yang tegas di atasnya. Sebuah ketampanan yang citranya tak hanya memberi kesan tentang tubuh dalam pengertian duniawi, namun terutama surgawi, dengan aura yang sakral dan memabukkan.
Meski begitu, dia bukanlah sosok yang sempurna. Dia memiliki kelemahan permanen sebagaimana lelaki pada umumnya; penuh rahasia dan sulit diterka.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya itu dia hidup dan berusaha menjadi dirinya yang murni. Hingga akhirnya aku mengetahui segala hal yang selama ini ia sembunyikan begitu baik dan Tuhan merestui sebuah rahasia alam terbongkar, lebih dari selama ini yang aku cari dan kudapatkan.
Cerita ini berisi kesan-kesanku saat menjalin hubungan dengan seorang majikan yang ku panggil 'Pak Bima', yang kutulis dengan pandangan dan bahasa yang sederhana. Meski sudah menjadi korban lelaki asing, lalu menjadi pengasuh seorang anak profesor yang mengajar di tempat ku bekerja. Namun semoga masih bisa memberikan kesan mendalam di hati orang-orang yang haus akan berbagai kisah yang memberi warna bagi kehidupan.
Aku Julianne Risma, dan inilah kisah cintaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Mama david
bab awal yang bikin penasaran sangat menarik.
2024-09-29
0
Ita rahmawati
mgkin gk klo yg melecehkn itu pk bima dn lily itu anak nya julia yg sebenernya masih hidup tp dibuang sm ibunya 🤭🤭
2024-08-30
0
Mamah Nisa
ikut mampir ya kak....rekomendasi dr kak desy....sepertinya menarik ceritanya.....
2024-08-21
0