Karena tidak sengaja terluka oleh barang berbahaya dari seorang pelanggan gila. Hisa harus berakhir dengan penyakit aneh yang sekian detik menghancurkan bagian tubuhnya.
racunnya terlalu kuat membuatnya harus mencari beberapa bahan ramuan yang langka atau bahkan sudah menjadi legenda hanya untuk sekedar sembuh.
tapi...kejadian berbahaya yang tidak dia inginkan terjadi satu demi satu, mengejarnya sekuat tenaga seolah mencegahnya untuk hidup.
"Dewi keberuntungan, dimanakah engkau? aku sangat lelah hingga raga ku tidak sanggup lagi untuk hidup!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulanan astraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
.
Hisa di kejauhan yang menunggu balasan surat dari ayahnya dibiarkan kecewa karena bahkan sampai malam hari dirinya hanya memakan angin tanpa melihat jejak burung sihir pembawa surat.
Dia tidak terlalu peduli dan berpikir bahwa ayahnya saat ini tengah sibuk jadi dia segera masuk kembali kedalam toko dan mengemasi barang yang akan dia bawa.
Sebenarnya tidak ada apapun barang yang bisa di kemas sebab semua nya telah ada di dalam cincin penyimpanannya. Namun agar tidak terlihat sebagai orang yang punya cincin dengan kapasitas besar dan tidak ingin menemui seseorang yang serakah di jalan dia memutuskan membawa satu ransel.
Ranselnya berisi makanan kering dan pakaian serta uang kertas dengan nilai beberapa ribu yang dia masukkan dalam kotak kecil.
Tidak lupa juga beberapa kantong penyimpanan kecil untuk batu spiritual karena beberapa daerah dan kabupaten menjadikan batu spiritual sebagai mata uangnya.
Caramel berputar si sekitar barang dengan penasaran, lalu saat melihat Caine yang mendekat dia segera mengeluarkan cakarnya, mendaki sedikit demi sedikit celana pria itu hingga bisa berdiri dengan bangga di puncak tebing.
Dagunya meninggi, mulutnya terbuka dan seketika.
"Miaaaw!"
Dia mengeong nyaring dengan bangga menganggap dirinya singa perkasa dihutan belantara.
Mendengar teriakan melengking yang membuat telinganya berdenging Caine meliriknya secara tiba-tiba, tatapan tidak ramah darinya membuat kucing putih itu segera terdiam dan duduk dengan tenang di pundak Caine.
"Kau yakin tidak ingin aku mengikuti mu Hisa?" tanya Caine. Awalnya sejak Hisa memutuskan untuk pergi ke pulau Hanze, Caine ingin mengikutinya di sisi lain dia ingin menjaga Hisa tapi di sisi lain dia sangat ingin melihat pulau terkenal yang susah di masuki oleh manusia itu. Bahkan jika dia hanya bisa menginjakkan kaki di bagian terluar pulau tetap saja perasaan itu masih bisa dibanggakan.
Tapi Hisa menolak dengan alasan dia tidak ingin diperlakukan sebagai seorang pasien sakit kritis yang harus di jaga ketat atau seperti anak kecil berumur satu tahun yang masih belum bisa berbicara.
Maka dari itu Caine bertanya lagi. Tapi bahkan jika Hisa menolak Caine untuk ikut, dia tetap akan pergi walau ditentang keras oleh Hisa.
"Kau bertanya padaku padahal kau sudah tahu jawabannya? Bahkan jika aku menolak, kau akan tetap ikut." cibirnya dengan tatapan mendelik.
Hisa ingin tahu bagaimana para penggemar wanita nya jika tahu bahwa dewa dingin dan acuh tidak acuh yang mereka kagumi sebenarnya sangat cerewet dan sekeras kepala ini.
Caine tersenyum tipis sebelum kembali memasang wajah dingin.
Setelah mengemas barang apa saja yang akan di bawa, Hisa dan Caine memutuskan berangkat besok hari pada saat siang hari. Caramel dan dua kelinci di toko akan di titipkan pada ibu Caine di kota Gazbie.
Sedangkan tokonya akan Hisa jual.
"Kau yakin akan menjualnya?"
Setelah menatap lama pada toko Hisa, Caine bertanya dengan ragu. Toko ini telah dibangun hampir sepuluh tahun lama nya oleh Hisa yang dulu tidak tahu tentang menjadi penjaga toko sebelum toko ini menjadi kantong uangnya.
Sebenarnya Caine agak enggan jika toko ini di jual sebab masa remaja nya dia habiskan di sini selain toko obat di kota Gazbie sebelum dirinya menjadi pendekar pedang yang terkenal.
"Aku yakin...beberapa barang tidak berguna bagi ku dan juga...aku tidak yakin apakah akan kembali ke kota ini dalam waktu singkat, jadi aku tidak ingin mengkhawatirkan sesuatu yang tidak berguna di perjalanan nanti." ucapnya dengan santai.
Caramel yang mendengar itu merasa tersinggung.
Apakah Hisa menyiratkan dirinya juga barang tidak berguna?
"bagaimana dengan ku? Apakah aku juga tidak berguna?! Mengapa kau tidak membawa ku Hisa...aku akan sangat merindukan mu jika kau tidak membawa ku, Hisa, bawa aku ok? Bawa aku." setelah mengeluh karena ucapan Hisa dirinya kembali memelas pada elf itu dengan menyedihkan, bahkan mengeong berkali-kali agar dirinya dibiarkan ikut.
Dan tanggapan Hisa tetap menolak, bahkan jika hatinya sakit karena bola mata bulat yang berbinar seakan bintang telah tertanam didalam sana diperlihatkan didepannya, hal itu tidak akan bisa mengubah keputusannya.
"Aaaaahhhh!! Aku ingin ikut, ingin ikut!"
Teriakan nyaring seekor kucing menggema di sebuah toko barang antik di malam hari itu menyebabkan tetangga di samping toko itu yang tengah nyenyak tertidur mengumpat kaget.