Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.
Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.
Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.
Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.
Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sentuhan
Sepanjang perjalanan pulang dari pesta, Zareena memilih memandangi suasana malam dari balik jendela mobil. Pikirannya terpaut pada ucapan Ethan saat di pesta tadi.
"Aku menginginkanmu menjadi ibu dari anak-anakku, Zareena".
Ucapan itu terus berputar-putar dalam pikiran Zareena. Membuatnya gugup, malu, bingung, dan serba salah.
"Apa aku harus memenuhi hal itu?", tanya Zareena dalam hati.
Selama Zareena menikah dengan Ethan, dia mengakui kalau suaminya adalah sosok yang baik.
Ethan tidak seperti kisah para CEO yang dulu sering Zareena baca dibanyak novel. CEO yang digambarkan sebagai pribadi yang sombong, angkuh, arogan, lalu jatuh cinta pada gadis biasa yang dinikahinya.
Ternyata itu hanyalah dongeng bagi Zareena. Kenyataan yang ia lihat justru berbeda. Ethan yang juga seorang CEO di dunia nyata sama sekali tidak memiliki citra yang buruk di mata Zareena.
Zareena justru menemukan sosok lelaki mapan yang lembut, penyayang, dan sangat apa adanya. Dalam banyak momen, Ethan juga tidak segan mengekspresikan perhatiannya pada Zareena.
Ethan yang sedang fokus menyetir sesekali melirik ke arah istrinya yang sejak tadi hanya diam dan tampak melamun.
"Kenapa sejak tadi kamu diam? apa ada masalah?", Ethan membuka obrolan.
Zareena berbalik menatap suaminya dan tersenyum tipis.
"Tidak ada. Aku baik-baik saja".
"Jika ada hal yang kamu pikirkan, jangan sungkan untuk menyampaikannya padaku", lanjut Ethan tak percaya dengan jawaban istrinya.
Zareena menghela nafas dalam. Ia mencoba menepis pikirannya tentang ucapan Ethan tadi saat di pesta dan kini pikirannya terpaut pada rumah peninggalan kedua orang tuanya yang diberikan kembali oleh Ethan padanya sebagai hadiah pernikahan.
"Apakah besok aku bisa mengunjungi rumah peninggalan kedua orang tuaku?", tanya Zareena ragu.
"Tentu boleh. Besok aku akan mengantarmu ke sana".
"Terima kasih, tapi aku bisa naik taksi saja".
"Jangan menolak, ingat kesepakatan kita, kamu harus memenuhi apapun ketentuanku selama itu baik", Ethan mengingatkan Zareena lagi pada perjanjian pernikahan mereka.
"Aku hanya tidak ingin merepotkanmu", ucap Zareena sungkan.
Ethan tersenyum tipis, "Tidak ada seorang suami yang merasa direpotkan oleh istrinya sendiri".
"Terima kasih", Zareena membalas senyuman Ethan.
Ada rasa hangat di hati Zareena mendengar ucapan Ethan yang begitu manis.
Ethan dan Zareena akhirnya tiba di rumah. Jam sudah cukup larut malam. Mereka berdua segera membersihkan diri dan berganti pakaian.
Ethan selesai lebih dulu dan merebahkan dirinya di ranjang, sedangkan Zareena masih berganti pakaian di walk in closet. Setelah sebelumnya dia bingung mencari piyama tidur yang biasa ia kenakan.
"Ck, kemana piyama-piyamaku?", gumam Zareena. Dia tidak menemukan satupun piyama miliknya dalam lemari. Di depannya hanya berjajar gaun tidur yang berbahan tipis dan sedikit menerawang.
"Apa Elis memindahkan semua piyamaku?", gumam Zareena lagi.
Malam semakin larut dan Zareena tidak punya pilihan lain selain mengambil salah satu gaun tidur yang ada dan mengenakannya meski ia malu saat melihat dirinya di cermin.
"Baju macam apa ini?", tanya Zareena pada dirinya sendiri.
Gaun berwarna pink yang ia kenakan bertali tipis dengan model dada yang agak turun. Gaun tidur itu juga panjangnya hanya sepaha, mengekspos kaki Zareena yang jenjang dan mulus.
"Ya Tuhan. Ini memalukan sekali. Bagaimana bisa aku keluar dari sini dengan pakaian seperti ini?", Zareena menggerutu.
Berkali-kali Zareena mengeluh. Tapi karena memang hanya ada pakaian seperti itu saja di sana, akhirnya Zareena mengumpulkan keberanian untuk keluar dari walk in closet dan menuju kamar.
Ethan yang sejak tadi sudah lebih dulu naik ke atas ranjang dan sibuk memeriksa beberapa email yang masuk mengalihkan pandangannya ke arah pintu walk in closet yang terbuka.
Zareena menundukkan wajahnya dengan kedua tangan terlipat di dadanya. Ia benar-benar malu karena baru kali ini dia tidur dengan pakaian yang serba terbuka seperti itu.
Di balik cahaya lampu kamar yang temaram, Ethan tersenyum. Dia bisa melihat siluet indah istrinya yang berjalan dengan malu-malu.
Memang semua piyama Zareena sengaja Ethan ganti dengan gaun tidur. Kemarin dia menugaskan para pelayannya untuk melakukan hal itu tanpa sepengetahuan Zareena.
"Kemarilah", Ethan meminta Zareena untuk merebahkan diri di sampingnya dan ia mencoba bersikap biasa saja agar istrinya itu tidak gugup dan malu lagi.
Zareena menelan salivanya dalam-dalam. Dia melirik ke arah Ethan sebentar, lalu menunduk lagi. Zareena tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa respon Ethan melihat penampilannya saat ini.
Selama ini Zareena dan Ethan Sudah cukup lama tidur di ranjang yang sama, tapi Zareena masih saja merasa gugup jika bertemu muka seperti saat ini dengan Ethan di atas ranjang.
Dia terbiasa tidur lebih dulu karena Ethan biasanya baru masuk ke kamar dan beristirahat setelah larut malam.
Saat Zareena mendudukkan dirinya ujung tempat tidur dan sudah menarik selimut, tanpa permisi Ethan justru menarik Zareena untuk merebahkan kepalanya di dada bidang miliknya.
Ada rasa gugup di antara mereka. Jantung Zareena berdegup kencang, begitupun dengan Ethan. Terlebih Zareena bisa merasakan betapa hangat dan kokohnya dada tempat dia bersandar saat ini.
"Meskipun sebelum menikah ada kesepakatan di antara kita, tapi kesepakatan itu seingatku tidak memberatkanmu, bukan?", Ethan mulai bicara.
Zareena menganggukkan kepalanya. Mengingat kembali isi kesepakatan mereka di awal pernikahan.
Kesepakatan itu hanya memuat dua poin saja. Pertama, Zareena wajib untuk menaati semua perintah Ethan tanpa terkecuali, tanpa bantahan, penolakan, maupun tawar menawar. Kedua, Zareena berhak menerima segala bentuk pemberian maupun tawaran dari Ethan.
Jika diingat kembali, sebetulnya kedua poin kesepakatan tersebut lebih menguntungkan Zareena daripada Ethan.
"Mulai malam ini dan seterusnya, kesepakatan itu aku batalkan dan aku ingin hubungan kita berjalan selayaknya suami istri", lanjut Ethan seraya menatap wajah Zareena yang mulai merona karena gugup sejak tadi.
"Aku senang beberapa waktu belakangan ini hubungan kita lebih baik. Kita lebih komunikatif satu sama lain dan kamu tidak secanggung dulu. Aku ingin ...".
Ethan yakin tanpa ada kesepakatan atau perjanjian apapun, Zareena akan menjadi seorang istri yang baik. Dulu, Ethan membuat perjanjian itu hanya sebagai cara agar Zareena bersedia menikah dengannya.
Cup
Zareena memberikan ciuman tanpa permisi di bibir Ethan.
Sejenak Ethan terdiam. Dia terkejut dengan sikap istrinya yang tiba-tiba. Tapi kemudian senyum Ethan terkembang.
"Apa yang kamu lakukan barusan, hm?", Ethan menarik tubuh Zareena untuk lebih rapat dengan dirinya.
"Aku hanya ingin berterima kasih karena selama ini kamu sudah begitu baik padaku dan membatalkan kesepakatan kita", jawab Zareena jujur.
Sebetulnya Zareena merasa malu dengan dirinya yang refleks memberikan ciuman pada suaminya meski hanya sekejap. Entah Zareena menemukan keberanian dari mana spontan melakukan hal itu.
"Ulangi dan lakukan lebih lama", pinta Ethan setengah memerintah.
"Ulangi? apa yang harus aku ulangi?", tanya Zareena dengan tatapan polos menatap wajah Ethan.
Ekspresi Zareena begitu menggemaskan di mata Ethan. Ingin rasanya Ethan yang lebih dulu melakukan apa yang ia inginkan, tapi menurut Ethan ini adalah momen untuk menguji istrinya.
"Ciumanmu. Ulangi dan lakukan lebih lama", Ethan memperjelas lagi permintaannya.
Wajah Zareena semakin merona, dia benar-benar malu. Zareena tidak bermaksud bersikap lancang pada suaminya, dia hanya ingin berterima kasih meski mungkin caranya yang salah.
"Kenapa diam? ini permintaan sekaligus perintah", Ethan mengusap lembut wajah Zareena yang semakin memerah seperti tomat.
Ethan semakin gemas dengan istrinya sendiri yang terlihat malu-malu dan gugup.
"Ta ... tapi aku, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ...".
Belum sempat Zareena menyelesaikan ucapannya, Ethan sudah lebih dulu melumat bibir ranum milik istrinya. Kali ini ciuman itu terasa berbeda.
Ethan melakukannya dengan lembut, menikmati setiap inchi bibir istrinya. Perlahan lidahnya mencoba menerobos masuk untuk menyesap lebih dalam bibir Zareena yang selalu terlihat menggoda bagi Ethan.
Zareena yang sejak tadi ada dalam dekapan Ethan seolah pasrah dengan keadaannya saat ini. Mau mencoba memberontak pun sulit karena kedua tangan kekar Ethan mengunci tubuh mungil Zareena.
Ethan benar-benar membuat Zareena tak berdaya. Tubuh Zareena menegang saat tangan Ethan mulai bergerak menyentuh punggungnya, lalu turun ke area belakang tubuhnya dan memberikan sedikit remasan di sana.
"Ahh ...", Zareena mendesah karena ulah tangan Ethan.
Suara desahan itu membuat Ethan semakin bersemangat untuk lebih jauh menikmati keintimannya dengan Zareena.
"Balas ciumanku", pinta Ethan dengan tatapan yang tak bisa Zareena artikan.
"Aku ... aku tidak bisa", jawab Zareena malu sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu pasti bisa, ikuti ritmenya", bisik Ethan.
Ethan kembali melumat bibir Zareena. Rasanya lembut, manis, dan hangat. Perlahan tapi pasti, Zareena mulai memberikan respon, ia membalas ciuman suaminya.
Perlahan-lahan Ethan merebahkan tubuh Zareena tanpa melepaskan pautan mereka. Kini posisi Zareena ada di bawah tubuh Ethan.
"Mmhhh ...", lagi, Zareena mendesah saat bibir Ethan mulai berpindah menulusuri leher jenjang dan putih miliknya yang belum pernah disentuh lelaki manapun.
Zareena sudah tidak bisa lagi mengendalikan tubuhnya. Tubuh yang semula kaku dan bingung dalam memberi respon, kini justru begitu menikmati setiap sentuhan yang diberikan Ethan.
"Ah, sayanggg ...".
Zareena memekik kecil saat ia merasakan Ethan menghisap lehernya.
Senyum Ethan mengembang, "Katakan sekali lagi, aku ingin mendengarnya", Ethan menatap Zareena dengan penuh hasrat.
Zareena malu mendapatkan tatapan sedalam itu dari suaminya. Dia menggelengkan kepalanya, lalu memalingkannya ke arah lain. Tapi Ethan mengarahkan lagi wajah Zareena padanya, kini mereka saling beradu tatap.
"Katakan lagi", bisik Ethan.
Zareena mengigit bibir bawahnya. Dia benar-benar malu.
"Ayo, katakan lagi dengan jelas", goda Ethan.
"Sayang", jawab Zareena pendek.
"Apa?", Ethan berpura-pura tidak mendengar.
"Sayang".
Ethan tersenyum bahagia mendengar kata sayang keluar dari bibir Zareena.
"Aku suka dengan panggilan itu".
Zareena tersipu malu. Kali pertama dirinya lepas kontrol dalam memanggil Ethan.
"Aku tahu kamu mungkin belum menerima pernikahan kita seutuhnya, tapi percayalah Zareena, aku mencintaimu, sungguh", Ethan mengungkapkan isi hatinya dengan jujur.
Deg
Detak jantung Zareena semakin tak karuan. Sejak tadi sentuhan Ethan saja sudah membuatnya hampir kehilangan akal sehat dan sekarang lelaki tampan itu justru membuat Zareena hampir pingsan dengan ungkapan cintanya.
"Aku ingin memilikimu seutuhnya, sayang. Bisakah kita ...".
"Ssttt ... aku milikmu", Zareena menempelkan jari telunjuknya di bibir Ethan.
Lagi, Ethan tersenyum bahagia. Respon Zareena menurutnya adalah jawaban dan tanda persetujuan.
Ethan kembali melumat bibir manis milik Zareena. Tanpa ragu lagi dia menjelajahi setiap bagian tubuh istrinya satu per satu. Ethan bisa merasakan ini sensasi pertama kali bagi Zareena dan juga bagi dirinya sendiri.
Ethan sudah meninggalkan jejak di leher jenjang nan putih milik Zareena, kini kedua tangannya beralih ke area lain. Setiap sentuhan tangan Ethan membuat Zareena kehilangan kendali atas dirinya.
Malam ini menjadi momen pertama bagi Zareena untuk belajar menerima dan mencintai Ethan seutuhnya.