Aku Revina.
Aku adalah orang yang tidak pernah menyangka jika perjalanan cinta ku akan berjalan seperti ini.
Aku kira, cinta itu hanya menyenangkan saja, ternyata cinta juga ada sedih nya. Di dalam cinta ada marah nya, ada kecewanya, ada kebohongan nya, bahkan ada pengkhianatan yang amat sangat menyakitkan.
Kenapa tidak pernah ada orang yang menceritakan sisi buruk dari rasa cinta ?
Kenapa mereka hanya menceritakan sisi bahagianya saja ?
Jika tau akan serumit ini, aku tidak akan pernah coba-coba untuk main-main dengan rasa cinta,sampai pada akhirnya aku akan siap menerima segala konsekuensinya.
Aku sudah terlanjur masuk kedalam sebuah perangkap yang hanya akan menenggelamkan ku di dalam kekelaman nya. Aku harus mencari jalan sendiri, mencari jalan terang untuk terbebas dari rasa cinta ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Endrawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Keesokan nya di sekolah.
Aku harus mempersiapkan diri untuk menceritakan cerita saat malam tadi kepada semua teman-teman ku. Aku sebenarnya malas untuk menceritakan nya,namun hidupku pasti tidak akan tenang karena mereka semua pasti akan meneror ku sampai aku membuka bercerita.
Aku duduk dengan siap di kantin,di ikuti ke empat teman ku yang sudah siap juga untuk mendengarkan ceritaku.
“Boleh minum dulu?” Tanya ku kepada mereka yang begitu antusias sekali akan mendengarkan ceitaku.
“Oh minum..minum..minum” heboh Kanza dengan begtu tidak sabar.
“Ini..ini sedotan nya” ucap Dara sambil mengambil sedotan yang ada di atas meja.
“Biar gue pegangin minuman nya” tambah Stevi.
Mereka benar-benar hyperbolis sekali. Seperti kehausan bahan gosip.
Aku menarik nafasku dulu sebelum akhirnya aku akan memulai cerita.
“Acara semalam awalnya berjalan dengan lancar. Calon Papa gue baik banget,dia tampan ,tubuhnya atletis dan keliatan awet muda seimbang lah sama nyokap gue. Euuhh...”
Sulit sekali aku melanjutkan ceritanya.
“Terus dia juga pengusaha,dia perhatian banget dan gue yakin nanti kalo akhirnya gue jadi anak nya gue ga akan ngerasain di siksa sama bokap tiri gue”
Semua orang tampak senang dan begitu bahagia sekali mendengar penilaian ku.
“Tapii... gue menunda persetujuan mereka”
“Hah kenapa?”
“Iya kenapa?”
“Padahal kayanya itu Papa-able banget buat lo”
Aku menarik nafasku begitu dalam.
“Karena..ternyata..”
Mereka berempat benar-benar menunggu setiap kata yang keluar dari mulutku.
“Saudara tiri gue..”
“Pasti bener apa yang gue bilang” ucap Kanza sambil terus menungguku melanjutkan ceritaku.
“Saudara tiri gue David”
“Hah?!”
Semua teman-teman ku langsung memelototiku,persis seperti apa yang aku duga.
“David?” Tanya Tristan.
“David mantan ni bocah?” Tanya lagi dia dengan menunjuk Stevi.
Aku menutup mataku sambil menghela nafas panjang,lalu menganggukan kepalaku.
“Iyapp David mantan Stevi” jawab ku dengan begitu jelas,
“Kok bisa?” Tanya Stevi.
“Ya itu yang jadi bahan pertanyaan gue saat gue ngeliat David ada di acara perkenalan semalem. Kok bisa?”
“Papa David single parents juga?” Tanya Dara.
“Kayanya sih iya. Soalnya dia juga jarang cerita, tapi kalau setiap dia cerita, dia selalu bercerita tentang Papa ny amulu, ga pernag gue denger di acerita tentang nyokap nya” jawab Stevi.
“Terus lo gimana ?” Tanya Kanza.
“Ya seperti yang gue bilang. Gue menunda persetujuan buat nyokap gue nikah sama Papa David”
“Kenapa??? Padahal kan kalo lo jadi sodaraan sama David gue malah bakalan lebih sering dateng kerumah lo” ucap Stevi begitu menyebalkan.
“Yeee masih ngarep kan lo?” Omel Kanza dengan kesal.
“Hehe ngga,ngga becanda doang” ucap Stevi sambil memeluk Kanza karena dia takut dengan tatapan sinisnya.
“Gue ga siap aja punya Kakak tiri David gituloh,maksudnya..” sulit sekali aku merangkai kata-kata untuk mencari alasan.
“Karena dia udah banyak nyakitin Stevi kan ?” Potong Dara.
“Ya itu” jawab ku membenarkan ucapan Dara.
Stevi tampak terharu sambil membuat wajah sedih.
“Aahhhh sini peluk”
“Ngga.. gamau gue” ucap ku berusaha untuk menolak pelukan nya.
“Gapapa lagi Rev. Lagian kan yang ga bener anak nya,kalo bokap nya kan kata lo dia orang baik, ga apa-apa dong demi nyokap lo” ucap Kanza.
Andai saja mereka tahu alasan lain kenapa berat sekali aku menerima hubungan antara Mama ku dan Papa David. Karena aku tidak ingin satu rumah dengan orang yang pernah aku cintai, apalagi David sampai sekarang masih berharap banyak kepadaku setelah putus dengan Stevi.
“David juga baik kok sebenernya” tangkis Stevi yang masih memeluk ku dari samping.
Kami semua menatap nya dengan bingung.
“Iya. David tuh aslinya baik,dia perhatian,dia orang nya tulus,ga pernah marah nada tinggi,ga pernah nyalahin gue, cuma satu doang yang kurang” ucap Stevi dengan tatapan kosongnya.
“Apa?” Tanyaku.
“Dia ga mau sama gue” ucap nya dengan menahan tawanya.
Lalu akhirnya kami tertawa karena ucapan Stevi. Stevi sudah benar-benar menrima semuanya dengan hati yang luas, sudha tidak terlihat lagi beban dari dalam diri Stevi tentang David.
“Jahat banget ya kalian ngetawain gue” ucap Stevi sambil kembali memeluk ku dari samping.
“Gue juga menunda keputusan gue sebenernya buat mantepin hati gue dulu,apakah gue siap atau ngga nya buat punya bokap baru, apalagi ini di tambah ada saudara tiri. David lagi” tambah ku penuh dengan penekanan.
“Lo juga harus mikirin nyokap lo Rev” ucap Tristan akhirnya buka suara.
“Lo inget. Nyokap lo udah makin tua,dan dia cuma punya elo anak satu-satunya dia. Suatu saat lo akan nikah,dan lo bakalan punya kehidupan baru. Mau ga mau nyokap lo juga ga akan jadi prioritas lo kalo lo udah punya suami apalagi punya anak”
Kita menatap Tristan dengan seksama.
“Mungpung sekarang nyokap lo ada yang mau pengusaha kaya juga,terus tampan juga, terus apa lagi tadi ? Atletis, baik, ga mungkin nyiksa lo. Ya udah lo coba terima aja. Kali aja kalau nyokap lo nikah sama orang kaya itu,nyokap lo jadi ga perlu kerja lagi dan malah jadi selalu ada buat lo dirumah kan?”
Aku membenarkan ucapan Tristan. Kenapa aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya ?
“Aahhhh temen gue yang satu ini pinter banget sih” ucap Dara dengan memeluk Tristan dari samping juga.
“Iya. Lo emang the best sih Tris” tambah Kanza.
“Bener apa yang di bilang Tristan. Nyokap lo butuh pendamping hidup,karena selama 11 tahun ini nyokap lo udah berjuang sendiri demi lo,kerja banting tulang juga buat elo,dan sekarang biarin nyokap lo nikmatin masa tuanya sebagai nyonya pengusaha kaya. Lo pastinya juga pengen yang terbaik bbuat nyokap lo kan ?” tambah Kanza.
Aku benar-benar terharu mendengar mereka menyemangati ku di saat aku benar-benar sedang kalut.
“Aaaa... thank banget ya kalian udah mau membuka mata hati gue” ucapku.
“Buka mata batin pun gue bisa,lo mau coba?” Ujar Tristan terus saja menambah bercanda di tengah haruku.
Kami tertawa kembali.
Aku melentangkan tangan ku meminta Tristan untuk memeluk ku,dia berdiri dan memeluk ku walaupun di tengah kami terhalang meja kantin,lalu semua pun ikut berpelukan.
Aku bahagia memiliki mereka. Aku beruntung memiliki teman sejati seperti mereka, walaupun sebenarnya masih saja ad hal yang aku tutupi dari mereka, tapi aku tidak ingin persahabatan manis ini berubah jadi asing hanya karena cinta bodoh ku ini.