Cintailah pasanganmu sewajarnya saja, agar pemilik hidupmu tak akan cemburu.
Gantungkanlah harapanmu hanya pada sang pencipta, niscaya kebahagiaan senantiasa menyertai.
Ketika aku berharap terlalu banyak padamu, rasanya itu sangat menyakitkan. Kau pernah datang menawarkan kebahagiaan untukku tapi kenapa dirimu juga yang memberiku rasa sakit yang sangat hebat ?
~~ Dilara Annisa ~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Yuzhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahi Sebatas Tanggung Jawab
" Jadi begini, Mi. Abii ! Fikri menikahi Maria bukan karena married by accident. Fikri menikahi Maria itu karena satu peristiwa yang mengharuskan Fikri bertanggung jawab pada Maria dan Ann. " Tutur Fikri pelan, setelahnya menghela nafas berat.
Abi dan Umi diam menunggu kelanjutan cerita Fikri. " Empat bulan lalu, Fikri menabrak seseorang--- "
" Innalillahi Wa'inna illahi raji'un..." Ucap Umi dan Abi serentak lalu menatap Fikri dengan wajah gusar.
" Orang itu meninggal, Mi ! " Isak Fikri tertunduk mengusap air matanya. Kilasan peristiwa itu benar-benar membuat Fikri terpukul. Abi mengusap pelan bahu lebar sang anak. " Lanjutkan ! " Ujar Abi lembut.
" Orang itu meninggalkan seorang putri dan seorang istri. " Lanjut Fikri lagi setelah terjeda beberapa saat.
" Orang itu tidak membawa hal ini kejalur hukum. Dia hanya minta Fikri menanggung pengobatannya sampai sembuh dan bisa pulih seperti sedia kala. Fikri yang waktu itu ketakutan, sudah siap untuk dipenjara merasa lega dengan keputusan orang itu. Fikri berjanji padanya untuk bertanggung jawab sampai dia pulih. Dan niat Fikri, setelah dia sembuh nanti Fikri akan memberinya tunjangan hidup. " Ungkap Fikri masih dengan wajah sendu.
" Tapi ternyata Allah berkata lain. Orang itu yang ternyata suami dari karyawan hotelku, mengalami benturan keras di organ dalamnya. Dia tidak bisa bertahan lebih dari dua minggu. Orang itu meninggal setelah sempat kritis. Sebelum meninggal, dia menitipkan istri dan anaknya pada Fikri yang katanya sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi " Tutur suami Dilara itu kembali terisak menyesali perbuatannya.
" Andai aku tidak mabuk saat itu, pasti tidak akan ada kecelakaan naas itu. " Lanjutnya di dalam hati. Dia tidak menceritakan kondisinya saat kecelakaan pada kedua orang tuanya. Andai Umi dan Abi sampai tau keadaannya, bisa-bisa Umi akan mengulitinya hidup-hidup.
Ya Fikri memang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk saat itu. Dia baru saja menghadiri pesta rekannya, dan di pesta itu disungguhi minuman berakohol. Hal yang wajar jika ada pesta di kota yang dijuluki " Kota sejuta gereja " itu.
Meskipun dia tidak mabuk berat, tapi kondisi jalan yang sedang diguyur hujan membuat jarak pandangnya terbatas. Fikri tidak melihat sebuah sepeda motor yang hendak berbelok ke kanan. Fikri menabrak motor tersebut dengan mobilnya yang sedang melaju kencang. Fikri tidak bisa mengontrol laju kendaraannya, sehingga motor itu terseret bersama pengendaranya sejauh lima puluh meter dan berhenti ketika membentur trotoar jalan.
" Jadi, anak yang dikandung Maria saat ini adalah anak mendiang suaminya ? " Tanya Umi dengan suara melembut dari nada suaranya tadi.
Fikri mengangguk pelan. " Fikri menikahinya hanya karena atas dasar tanggung jawab. Sebelum tidak sadarkan diri, mendiang suami Maria sempat banyak bicara pada Fikri. Dia membuat pernyataan untuk tidak menuntut kelalaian Fikri, tapi harus bertanggung jawab penuh pada anak dan istrinya jika dia tidak berumur panjang. " Jawab Fikri lesu. Kepalanya tertunduk menatap lantai marmer rumah orang tuanya.
" Innalillahi... " Gumam Abi dan Umi. " Tapi haruskah bertanggung jawab dengan menikahi Maria ? Tidak bisakah kau memberi mereka biaya hidup tanpa harus menikah ? " Tanya Umi lagi terselip kembali nada kesal.
" Fikri bingung, Mi. Fikri merasa sangat bersalah dan sangat tertekan. Keadaan Maria dan Ann sangat memprihatinkan ketika ditinggal Igel, suaminya. " Ucap Fikri dengan nada gusar. Ingatannya tentang dosanya yang telah menghilangkan nyawa orang lain, membuat suami Dilara itu merasa frustasi.
" Ann terus menangis memanggil papanya. Dia anak yang sangat dekat papanya. Aku harus hadir di situ untuk menghibur Ann agar anak itu tidak lagi bersedih. Keadaan Maria yang sedang hamil muda, membuatnya tidak bisa berbuat banyak. Fikri menghindari fitnah yang harus terus terusan ada di rumah Maria, sehingga Fikri mengambil keputusan untuk menikahinya. " Tutur Fikri kembali menjelaskan.
" Yaa...meskipun Maria harus ikut agama Fikri, dia pasrah saja. Dia putus asa tidak tau harus bergantung pada siapa lagi sehingga rela ikut Fikri. Apa itu salah, Mi ? "
" Haa ? Dia mualaf ? " Umi dan Abi terkejut lalu menatap Fikri dengan tatapan tak bisa diartikan.
" Semudah itu dia membuang agamanya hanya demi mendapatkan perlindungan ? Apa dia tau kau sudah beristri. " Ujar Umi dengan wajah gusar.
" Maria sangat tau kalau Fikri sudah beristri. Semua karyawan hotel tahu kalau Fikri sudah menikah. " Tegas Fikri menjawab ujaran Umi.
" Cih...dia tau kau beristri, tapi mau dinikahi. Apapun alasannya, jika dia wanita bermartabat dia tidak mau dinikahi oleh pria beristri. Apa pula dia sampai membuang agamanya. " Cibir Umi tidak jadi bersimpati dengam Maria.
" Kita lihat kedepannya bagaimana nanti. Umi tidak suudzon, tapi Umi sudah bisa membaca seperti apa istri keduamu itu. " Tandas Umi dengan nada tegas.
Fikri tertunduk. " Jujur Fikri pun menyesal, Mi. Kenapa Fikri mengambil keputusan buru-buru seperti ini. Fikri tidak menyangka, Dilara sangat marah pada Fikri. Padahal, Fikri dan Mari menikah hanya formalitas saja. Sumpah demi apapun, Fikri tidak pernah tertarik dengan perempuan manapun termasuk Maria, selai Dilara. " Desah Fikri.
" Itulah kebodohanmu. Andai kau melibatkan Dilara dalam masalahmu, Abi rasa tidak akan seperti ini keadaannya. Tapi apa mau dikata nasi sudah jadi bubur. Semuanya sudah terlanjur terjadi. Semua konsekuensinya harus kau terima. Keputusan yang kau ambil, harus kau pertanggung jawabkan dengan jantan. " Celetuk Abi setelah sekian lama diam.
Aku selalu meninggalkan jejak kok Thor...
boleh yaa double up /Pray//Pray/
double up dong Thor ...pliss !/Pray//Pray//Pray/
double up dong
tidak anak tidak ibu,dua duanya bikin kesel /Panic//Panic/
lanjut kak
dan pergi jauh dari fikri
Fikri Maruk...
mau dua duanya.
mana ada perempuan normal, yang rela melihat suaminya dengan perempuan lain ?
agak laen memang kau, Bambang !!
penulisannya rapi dan sesuai dengan kaidah menulis. Semangat berkarya Thor /Good//Good//Good/