selingkuhan suamiku merampok semua hartaku dan papaku, suamiku berubah saat bertemu wanita iblis bernama Syifa, aku tidak menyangka perubahan sikap yang ditunjukkan oleh suamiku karena pengaruh guna-guna wanita iblis bernama Syifa itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
surat cerai untuk alice
Syifa keluar dari kamar mandi, air masih menetes dari rambutnya yang panjang dan hitam. Ia mengenakan handuk putih yang membalut tubuhnya, menampakkan lekuk tubuhnya yang indah. Dengan langkah ringan dan penuh keyakinan, ia berjalan menuju ruang tamu, di mana Richard tengah duduk di sofa, menatap layar televisi yang menampilkan tayangan berita.
Syifa duduk di samping Richard, menempatkan handuk di sofa agar tidak membasahi sandaran. Ia menatap Richard dengan tatapan yang tajam dan penuh harap, sekaligus sedikit cemas. Suasana di ruang tamu terasa tegang, hanya diiringi oleh suara televisi yang pelan.
Setelah beberapa saat terdiam, Syifa akhirnya membuka suara. "Richard," panggilnya, suaranya lembut namun tegas. Richard menoleh, tatapannya bertemu dengan tatapan Syifa. Di matanya, Syifa melihat sedikit keraguan dan kerisauan.
"Kapan kau akan menceraikan Alice?" tanya Syifa, suaranya sedikit bergetar. Pertanyaan itu telah lama terpendam di hatinya, pertanyaan yang kini harus terjawab. Ia menunggu jawaban Richard dengan napas yang sedikit terengah-engah, jantungnya berdebar kencang. Masa depannya, masa depannya dengan Richard, bergantung pada jawaban yang akan diberikan Richard.
Melihat kecemburuan dan kekesalan yang tergambar jelas di wajah Syifa, Richard menghela napas pelan. Ia mengerti perasaan Syifa. Ketidakpastian memang menyakitkan, dan menunggu adalah hal yang paling melelahkan. Ia harus melakukan sesuatu untuk menenangkan Syifa, untuk meyakinkannya bahwa ia serius dengan janjinya.
Dengan lembut, Richard merentangkan tangannya dan memeluk Syifa. Tubuh Syifa yang awalnya tegang, perlahan-lahan menjadi rileks dalam pelukan Richard. Aroma tubuh Richard yang maskulin menenangkan Syifa, mengurangi kecemasannya sedikit demi sedikit.
Richard membelai rambut Syifa dengan lembut, jari-jarinya memainkan helai-helai rambut hitam Syifa. Sentuhan Richard begitu menenangkan, membuat Syifa merasa aman dan terlindungi. Ia memejamkan mata, merasakan kehangatan tubuh Richard yang menenangkan hatinya yang gelisah.
Setelah beberapa saat terhanyut dalam pelukan Richard, Richard menunduk dan mencium kening Syifa dengan lembut. Ciuman itu penuh dengan kasih sayang dan kelembutan, sebuah ungkapan cinta dan penghiburan. Ciuman itu seakan menghapus semua keraguan dan kecemasan yang ada di hati Syifa.
Richard kemudian mencium bibir Syifa dengan lembut, sebuah ciuman yang penuh dengan janji dan komitmen. Ciuman itu bukan hanya sebuah ciuman biasa, tetapi sebuah perwujudan dari keseriusan Richard dalam menjalankan janjinya. Ciuman itu membuat Syifa merasa lebih tenang, lebih yakin, dan lebih mencintai Richard.
"aku nggak bohong sayang, apa sih yang nggak untuk princesku ini" goda Richard kepada Syifa.
Udah Yo keluar aja. Kita ke restoran yang kamu sukai dan habis itu kita shopping.
Syifa keluar dari kamarnya dengan langkah yang anggun dan menawan. Mata Syifa berbinar-binar dengan keinginan untuk berbelanja dan menikmati hidangan lezat di restoran favoritnya.
Ia melihat Richard yang sudah menunggunya di teras. Richard terlihat tampan dengan pakaian yang rapi dan rambut yang teratur.
"Sayang," sapa Syifa dengan senyum yang manis. "Kau sudah siap?"
Richard menatap Syifa dengan tatapan yang penuh kekaguman. Ia terpesona oleh kecantikan Syifa.
"Aku selalu siap untukmu," jawab Richard dengan suara yang lembut.
Syifa tersenyum puas dan menarik tangan Richard. Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.
"Kita akan menikmati hari ini," bisik Syifa sambil menuntun Richard ke mobilnya. "Aku akan memberimu kebahagiaan."
Richard mengangguk setuju dan ikut Syifa menaiki mobilnya. Mereka berdua kemudian meninggalkan rumah dan menuju restoran favorit Syifa.
"Kita akan makan di restoran Italia terbaik di kota ini," bisik Syifa sambil mengunci sabuk pengamannya. "Setelah itu, kita akan berbelanja di mal terbesar."
Richard tersenyum bahagia mendengar rencana Syifa. Ia merasa sangat beruntung bisa bersama Syifa.
"Aku sangat mencintai kamu," bisik Richard sambil memeluk tangan Syifa.
"Aku pun mencintai kamu," jawab Syifa dengan senyum yang manis.
Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan menuju restoran Italia. Richard merasa sangat bahagia bisa bersama Syifa. Ia merasa bahwa ia telah menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari.
Mobil Richard berhenti tepat di depan restoran mewah yang terkenal dengan hidangan Italia-nya. Lampu-lampu restoran yang terang benderang memantulkan cahaya ke mobil, menciptakan suasana yang elegan dan romantis. Richard mematikan mesin mobil, kemudian menoleh ke arah Syifa yang duduk di sampingnya.
"Kita sampai," kata Richard, suaranya lembut. Ia tersenyum ke arah Syifa, menunjukkan ekspresi penuh kasih sayang. Syifa membalas senyuman Richard, hatinya berdebar-debar karena gugup dan juga bahagia. Ini adalah kencan pertama mereka setelah Richard berjanji akan mengurus perceraiannya dengan Alice.
Richard membuka sabuk pengamannya, kemudian keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Syifa. Syifa keluar dari mobil, langkahnya sedikit ragu-ragu karena gugup. Richard meraih tangan Syifa, menuntunnya menuju pintu masuk restoran. Sentuhan Richard membuat Syifa merasa lebih tenang dan nyaman.
Begitu mereka memasuki restoran, mereka disambut oleh aroma masakan Italia yang harum dan menggiurkan. Suasana restoran yang elegan dan romantis semakin menambah debaran jantung Syifa. Richard menuntun Syifa menuju meja yang telah dipesan, meja yang terletak di sudut ruangan, memberikan mereka privasi yang cukup. Mereka duduk berhadapan, tatapan mereka bertemu, dan senyum mereka terpancar satu sama lain, menunjukkan kebahagiaan yang mereka rasakan.
Mobil Richard berhenti tepat di depan restoran mewah yang terkenal dengan hidangan Italia-nya. Lampu-lampu restoran yang terang benderang memantulkan cahaya ke mobil, menciptakan suasana yang elegan dan romantis. Richard mematikan mesin mobil, kemudian menoleh ke arah Syifa yang duduk di sampingnya.
"Kita sampai," kata Richard, suaranya lembut. Ia tersenyum ke arah Syifa, menunjukkan ekspresi penuh kasih sayang. Syifa membalas senyuman Richard, hatinya berdebar-debar karena gugup dan juga bahagia. Ini adalah kencan pertama mereka setelah Richard berjanji akan mengurus perceraiannya dengan Alice.
Richard membuka sabuk pengamannya, kemudian keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Syifa. Syifa keluar dari mobil, langkahnya sedikit ragu-ragu karena gugup. Richard meraih tangan Syifa, menuntunnya menuju pintu masuk restoran. Sentuhan Richard membuat Syifa merasa lebih tenang dan nyaman.
Begitu mereka memasuki restoran, mereka disambut oleh aroma masakan Italia yang harum dan menggiurkan. Suasana restoran yang elegan dan romantis semakin menambah debaran jantung Syifa. Richard menuntun Syifa menuju meja yang telah dipesan, meja yang terletak di sudut ruangan, memberikan mereka privasi yang cukup. Mereka duduk berhadapan, tatapan mereka bertemu, dan senyum mereka terpancar satu sama lain, menunjukkan kebahagiaan yang mereka rasakan.
"sayang gimana kamu suka kan, semua ini sudah ku siapkan untuk kita berdua" ujar Richard. Nuansa rumah makan yang tampak romantis dimana tempat itu dihiasi bunga mawar.